OM. SA, BA, TA, A, I, NA, MA, SI, WA, YA, AM, UM, OM

PRAKATA

Selamat Datang

Semangat Hindu merupakan blog bersama umat Hindu untuk berbagi berita Hindu dan cerita singkat. Informasi kegiatan umat Hindu ini akan dapat menumbuhkan semangat kebersamaan.
Semangat Hindu semangat kita bersama.

Bersama Semangat Hindu kita berbagi berita dan cerita, info kegiatan, bakti sosial dan kepedulian, serta kegiatan keagamaan seperti ; pujawali, Kasadha, Kaharingan, Nyepi, Upacara Tiwah, Ngaben, Vijaya Dhasami dan lain sebagainya.

Marilah Berbagi Berita, Cerita, Informasi, Artikel Singkat. Bagi yang mempunyai Web/Blog, dengan tautan URL maka dapat meningkatkan SEO Web/ blog Anda.

Terima Kasih
Admin

RANBB

---#### Mohon Klik Share untuk mendukung blog ini ####---

Senin, 25 November 2013

Tempat Suci Sebagai Obyek Wisata

Tempat Suci Sebagai Obyek Wisata





Banyak sekali tempat suci berbagai agama yang menjadi obyek wisata. Beragam hal yang menarik bisa dilihat wisatawan. Ada mengenai artsitekturnya, sejarahnya, lokasi tempatnya berdiri yang begitu indah, atau gabungan dari unsur-unsur  itu.

Orangyang ke Roma (Italia) pasti berniatmengunjungi Kota Suci Vatikan.Kota Vatikan adalah salah satu obyek wisata menarik di dunia. Wisatawan mengagumi arsitekturnya, koleksi yang bersejarah, tentu pula suasana religius untuk wisatawan yang beragama Katolik. Karena ini adalah tempat suci, tak semua ruangan bisa dimasuki wisatawan. Kapel Sistina, misalnya, di mana para kardinal berkumpul pada saat pemilihan Paus yang baru, tak bisa dimasuki wisatawan. Pada hari-hari tertentu keagaman Katolik beberapa bangunan juga steril dari pengunjung.

Di India, tempat suci umat Hindu pun menjadi obyek wisata yang menarik, tak hanya dikunjungi oleh pemeluk Hindu. Bahkan ada masjid atau tempat suci umat Islam yang menjadi obyek wisata yang penuh sesak pengunjung. Yakni Taj Mahal yang terletak di Agra. Arsitekturnya sangat dikagumi orang.
Di dalam negeri begitu banyak tempat suci di luar tempat suci umat Hindu yang jadi obyek wisata. Bukan saja pura yang dikunjungi wisatawan, juga masjid, gereja dan wihara. Masjid Istiqlal di Jakarta tiap hari (kecuali Jumat) dikunjungi pelancong yang tak semuanya beragama Islam. Ini masjid terbesar di Asia Tenggara yang dibangun oleh Presiden Soekarno pada 21 Agustus 1951. Arsitektur masjid bertingkat lima ini justru dibuat oleh penganut Kristen Protestan yaitu Frederich Silaban.

Masyarakat non-Muslim yang berkunjung ke masjid ini sebelumnya mendapat pembekalan informasi mengenai Islam dan Masjid Istiqlal, seperti halnya wisatawan yang berkunjung ke Pura Besakih mendapat informasi dari pemandu wisata. Tentu ada aturan yang harus dipatuhi, misalnya, melepas alas kaki, tidak merokok dan berlaku sopan. Saya beberapa kali berkeliling ke sini terutama melihat perpustakaannya. Kebetulan di masjid ini juga berkantor berbagai ormas Islam.

Masjid Kudus yang lebih dikenal dengan nama Masjid Menara Kudus, juga menjadi daya tarik wisatawan. Masjid yang dibangun tahun 1530oleh Sunan Kudus (nama asli Ja’far Sodiq)ini memanfaatkan peninggalan kuil Hindu yang dijadikan menara masjid, sampai kini. Bahkan karena memakai peninggalan budaya Hindu, Sunan Kudus meminta masyarakatnya untuk tidak menyembelih sapi, menghormati agama Hindu yang memuliakan sapi. Sampai sekarang tak ada penyembelihan sapi di Kudus, di sana yang terkenal daging kerbau. Kalau pun ada dijual sate sapi, daging sapi itu didatangkan dari Pati. Masjid Menara Kudus dijadikan lambang perpaduan harmonis budaya Hindu dan Islam dengan arsitekturnya yang tinggi. Saya berkali-kali ke masjid ini.

Masjid Agung Demak pun menarik bagi wisatawan. Ini masjid peninggalan Wali Songo yang dibangun tahun 1479. Masjid ini mengungkap banyak sekali sejarah Islam di Tanah Jawa selain arsitekturnya yang sangat dikagumi dengan begitu banyak tiang penyangga. Kisah unik adalah pembangun soko guru (tiang utama) masjid. Sunang Bonang membuat tiang di bagian barat lau, Sunan Kalijaga di timur laut, Sunan Ampel di tenggara, Sunan Gunung Jati di barat daya. Satu dari tiang utama ini tidak memakai kayu yang utuh, tetapi potongan-potongan kayu yang direkatkan begitu saja.

Masjid Menara Kudus dan Masjid Agung Demak sudah masuk ke dalam destinasi pariwisata nasional. Dalam rencana induk kepariwisataan nasional 2011-2026 masjid-masjid ini masuk dalam KPPN (Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional) dan belum berhasil masuk ke dalam KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional). Tinggal menunggu giliran saja.

Gereja Katedral Jakarta yang berdiri kokoh di sebelah utara Lapangan Banteng Jakarta setiap hari dikunjungi banyak wisatawan. Bahkan gereja umat Katolik yang bangunannya bergayaarsitektur neo-Gotik ini dijadikancagar budaya nasional.  Ini membuat gereja itu terpelihara dengan baik dan koleksinya terus bertambah. Kita di Bali jangankan menjadikan Pura Besakih sebagai cagar budaya, untuk dijadikan warisan budaya dunia saja menolak, bahkan kini masuk KSPN juga ditolak. Takut kesuciannya luntur, padahal terbukti gereja dan masjid terkenal tak pernah takut kesuciannya luntur hanya karena wisatawan.

Tentu ada bagian-bagian yang suci dan bagian-bagian yang bebas untuk dinikmati. Gereja Katedral Jakarta yang dibangunpada 1891 ini dilengkapi museum yang padat dikunjungi wisatawan.  Salah satu yang menarik, misalnya, bagian yang menyimpan busana rohaniawan Katolik, mulai dari jubah, topi, kasula berbagai warna. Kasula adalah lapisan terluar busana yang dikenakan rohaniwan Katolik. Warna kasula yang dikenakan seorang pastor memiliki makna tertentu. Kasula berwarna putih biasanya dipakai untuk ibadah sehari-hari, sedangkan ungu dan merah digunakan untuk acara duka seperti misa tutup peti dan paskah.

Hal serupa juga saya lihat ketika mengunjungi vihara yang disebut-sebut sebagai terbesar di Asia, yaitu Maha Vihara Duta Maitreya di kota Batam. Banyak sekali ornamen yang digunakan oleh para bhiku dalam ritual maupun pernik-pernik ritual itu sendiri. Pengunjung bahkan bisa membeli replikanya untuk kenang-kenangan.

Belajar dari sejumlah tempat suci non-Hindu yang jadi obyek wisata dan mau dikembangkan menjadi kawasan strategis pariwisata, saya lalu membayangkan Pura Besakih menjadi tempat suci yang juga kawasan strategis pariwisata. Boleh saja Pura Besakih tak perlu dijadikan cagar budaya seperti Kaderal Jakarta, karena kita takut. Atau tetap menolak dijadikan warisan budaya dunia seperti Taj Mahal dan sebagainya, karena kebetulan pendaftarannya sudah selesai. Namun, sekiranya Besakih mau dimasukkan dalam KSPN “Besakih – Gunung Agung dan Sekitarnya” dan kemudian terbentuk Badan Otorita Besakih, maka pura ini akan bersinar kesuciannya dan menjadi obyek wisata yang menarik.

KSPN Besakih itu yang  dibangun pusat, hanya jalan lokal ke hutan lindung untuk melindungi flora dan fauna. Namun karena target wisata adalah tempat ibadah atau peninggalam masa lalu, dana dari pusat bisa dikelola Badan Otorita untuk membangun hal-hal di luar areal suci. Seperti halnya Katedral yang areal kebaktiannya tak bisa dimasuki turis, Pura Besakih tak bisa dimasuki turis pada bagian manda utama (jeroan). Semua jeroan tak boleh dimasuki apalagi yang mahasuci Penataran Padma Tiga. Apapun alasannya, jika tidak bersembahyang, tak boleh masuk ke sana. Nah di luar itu lorong-lorong dibangun yang bagus. Wantilan Besakih di jaba bisa dijadikan museum (atau membangun yang baru), pamerkan berbagai sarana ritual, dokumentasi yadnya dan – meniru Katedral – pamerkan busana sembahyang. Kalau walaka (orang biasa) bagaimana busananya, kalau pemangku bagaimana, kalau sulinggih bagaimana pernik-pernik dan artinya itu. Sekarang ini banyak yang tak tahu apa arti warna ketu (bawa) sulinggih, apa arti genitri dan sebagainya.

Kesucian Besakih tak akan ternoda kalau kita meniru Katedral. Juga meniru masjid-masjid, di mana saat  sholat Jumat tak boleh ada kunjungan turis. Nanti di Besakih diperlakukan pula, saat ada Panca Wali Krama dan sejenisnya Pura Besakih ditutup untuk wisatawan. Besakih jadi semakin suci (dibandingkan sekarang) dan semakin tertata rapi jika Badan Otorita mau menata lingkungannya. Dana KSPN bisa ditarik untuk ini. Tapi kalau KSPN sudah ditolak, ya sudahlah, kita akan tetap melihat Besakih yang semerawut seperti sekarang, pedagang merangsek sampai lorong-lorong dan turis seenaknya masuk Penataran asal memakai kain. Kita kekurangan dana mengelola tempat suci ini jika hanya mengandalkan Pemda. Mengurusi sampah upacara saja sulit.
sumber : http://m.mpujayaprema.com/index.php/?x=r&i=286

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas kunjungan dan kesan yang telah disampaikan

Cari Artikel di Blog ini

Berita Terkait Semangat Hindu

Artikel Agama Hindu

108 Mutiara Veda 3 kerangka agama hindu advaita visistadviata dvaita Agama Hindu Dharma agama islam Ajaran Hindu aksara suci om Apa yang dimaksud Cuntaka Apa yang dimaksud dengan Japa Apa yang dimaksud dengan Puja arcanam nyasa aris widodo artikel hindu arya dharma Arya Wedakarna Asta Brata Atharvaveda Atman babad Badan Penyiaran Hindu bagian catur weda bahasa jawa kuno bahasa kawi bahasa sanskerta Banggalah Menjadi Hindu banten hindu bali Belajar Hindu bhagavad gita Bhagawadgita bhagawan bhuta yadnya Bimas Hindu BPH Banten brahma wisnu siwa Brahman Atman Aikyam brahmana ksatriya wesia sudra budaya bali budha kliwon sinta Bukan Heroisme Canakhya Nitisastra cara sembahyang hindu catur asrama Catur Brata Catur Cuntakantaka Catur Purusha Artha Catur Purusharta catur veda Catur Warna Catur Weda Cendekiawan Hindu Dana Punia dewa dewi hindu dewa yadnya dewata nawa sanga dewi kata-kata dewi saraswati dharma artha kama moksa Dharma Santi dharma wacana Doa Anak Hindu epos mahabharata ramayana filsafat agama hindu ganesha Gayatri Sebagai Mantra Yoga Hari Raya Galungan Hari Raya Kuningan Hari Raya Nyepi Hari Raya Pagerwesi Hari Raya Saraswati Hari Raya Siwaratri HINDU adalah ARYA DHARMA HINDU ADALAH SANATHANA DHARMA HINDU ADALAH VAIDHIKA DHARMA Hindu Agama Terbesar di Dunia Hindu Banten Hindu beribadah di Pura Hindu Festival Hindu Indonesia hindu nusantara Hindu Tengger Hinduism Facts Hinduism the Greatest Religion in the Word Hukum Karma Ida Pedanda sakti isi catur weda Jadilah Manusia Setia Japa dan Mantram Jiwa kakawin Kamasutra Keagungan Aksara Suci OM Kekawin Lubdhaka kepemimpinan jawa kuna Kerajaan Hindu kesadaran diri kidung dewa yadnya Kitab Suci Weda lontar Lontar Kala Maya Tattwa manawa dharma sastra Mantra Mantra Yoga manusa yadnya Meditasi Matahari Terbit Mengapa Kita Beragama menghafal sloka Mimbar Agama Hindu Moksha Motivasi Hindu Mpu Jayaprema nakbalibelog Naskah Dialog Nuur Tirtha Om or Aum one single family opini hindu moderat Panca Sradha panca yadnya Panca Yajna pandita Panglong 14 Tilem Kepitu parahyangan agung jagatkartta paras paros segilik seguluk Pasraman Pasupati Pembagian Kitab Suci Veda Pemuda Hindu Indonesia pendidikan hindu pengertian catur weda Pengertian Cuntaka penyuluh agama hindu Peradah percikan dharma Percikan Dharma Dewa Yajna phdi pinandita Pitra Yadnya Ngaben Pitrapuja potong gigi Principle Beliefs of Hinduism Proud To Be Hindu Puja dan Prathana Pujawali purana purnama tilem Purwaning Tilem Kapitu Radio online Bali rare angon nak bali belog Reinkarnasi Rgveda ritual hindu Roh Rsi yadnya sabuh mas sad darsana sad guru Samaveda sanatana dharma sang hyang pramesti guru Sang Kala Amangkurat Sang Kala Dungulan Sang Kala Galungan Sang Kala Tiga Sapta Timira Sarassamuscaya Sarassamuscaya Sloka sattvam rajah tamah Sekta Hindu Semangat Hindu seni budaya hindu Sex and Hinduism siwa budha waesnawa siwa ratri Sloka sloka bhagawad gita sloka Rgveda sloka yayurveda Slokantara Sloka Spiritual Bersifat Misterius spiritualitas hindu spma ribek sradha dan bhakti sri rama krishna paramahansa Sri Sathya Sai Baba Sri Svami Sivananda sumpah dalam perkara tabuh gesuri tabuh kreasi baru tabuh telu lelambatan tantri kamandaka tat twam asi tattwa susila upakara Tempat Suci Hindu tiga hubungan harmonis tri hita karana Tri kaya parisudha tri kerangka agama hindu tri mala tri pramana Triji Ratna Permata tujuan perkawinan tumimbal lahir upacara hindu upacara menek deha Upanisad Utsawa Dharma Gita vaidhika dharma Vasudhaiva Kutumbakam Vijaya Dashami widhi tatwa wija kasawur wiwaha agama hindu Yajna dan Sraddha yajna dan sradha Yayurveda Yoga Kundalini