OM. SA, BA, TA, A, I, NA, MA, SI, WA, YA, AM, UM, OM

PRAKATA

Selamat Datang

Semangat Hindu merupakan blog bersama umat Hindu untuk berbagi berita Hindu dan cerita singkat. Informasi kegiatan umat Hindu ini akan dapat menumbuhkan semangat kebersamaan.
Semangat Hindu semangat kita bersama.

Bersama Semangat Hindu kita berbagi berita dan cerita, info kegiatan, bakti sosial dan kepedulian, serta kegiatan keagamaan seperti ; pujawali, Kasadha, Kaharingan, Nyepi, Upacara Tiwah, Ngaben, Vijaya Dhasami dan lain sebagainya.

Marilah Berbagi Berita, Cerita, Informasi, Artikel Singkat. Bagi yang mempunyai Web/Blog, dengan tautan URL maka dapat meningkatkan SEO Web/ blog Anda.

Terima Kasih
Admin

RANBB

---#### Mohon Klik Share untuk mendukung blog ini ####---

Sabtu, 05 April 2014

Tutur dan Tutud

TUTUR dan TUTUD. Tutur dan Tutud tidak berasal dari bahasa Sanskerta, namun keduanya menjadi istilah yang sarat makna dalam ajaran spiritual Hindu yang mengakar di Indonesia. Tutur dan Tutud adalah bahasa Kawi, bahasa yang dipakai oleh para Kawi-Wiku dalam menulis karya-karya sastra dan filsafat.

Tutur berarti "sadar" , lawan kata kata lupa (lupa), dalam bahasa Sanskerta disebut Smrti; sementara itu tutud berarti "pusat ati", dalam bahasa Sanskerta disebut hredaya. Apa hubungan kedua kata ini ?

Dalam lontar Maha-padma kedua kata ini tersurat dalam suatu deretan kata yang sangat menarik, dalam sebuah tuangan makna yang mendalam : Hana ta ya otot apetak-putih ring tutud. Ya sanghyang Tutur Jati ngaran. Yeka ta paraning matutur, yang mengeta mwang lupa. Apan ing menget matutur, sangkan ing lupa. Apan sangkan in matutur, sangkan ing menget. Apan sangkan ing menget, ya sangkan ing lupa. Ya ta sira ingaranan ta rasa lupa. Rasa lupa, ngaran, yan ta hana karana ring bhuwana, mwang sarira. Apan sira sinangguh Sang Hyang Siwa, apangawak tutur langgeng. 

Adalah "otot" yang berwarna putih di ari, itu disebut Sang Hyang Tutur-Jati. Itulah pusat kesadaran, ingat dan lupa. Karena ingat dan sadar adalah asal dari lupa. Karena asal sadar adalah juga asal ingat. Karena asal ingat adalah juga asal lupa. Itulah yang disebut rasa-lupa. Yang dimaksud rasa-lupa adalah apabila pikiran telah tidak dibelenggu oleh dunia (bhuwana) adan badan (sarira).

Kesimpulannya : Kesadaran Abadi itulah yang "Kuasa", karena Beliau disebut Sang Hyang Siwa, yang berbadankan ("kesadaran Abadi")
Hyang Siwa bersthana di dalam "tutud" yang berwarna putuh. Bagi seorang Sadhaka, seorang yogi, tutud berada dalam diri di ati, namun bagi masyarakat luas, mereka perlu membuat "tutud" di luar dirinya. Maka mereka lalu mendirikan tempat suci, mendirikan Padmasana untuk mensthanakan lalu memuja Hyang Siwa. Dan para Kawi menjadikan karya sastranya sebagai "tempat suci" lalu mensthanakan Hyang Siwa di tempat suci yang disusun dengan untaian indah batu-bata kata itu.

Mpu Kanwa misalnya dalam candi bahasa kakawin Arjunawiwaha, secara khusus menempatkan kata tutur dalam konteks yang sangat menarik, yaitu dalam kidung pujaan ke hadapan Hyang Siwa : .... sang maksat metu yang hana wwang amuter tutur pinahayu. "Hyang Siwa akan nampak dengan nyata apa bila ada orang memerah "tutur" dengan benar ". Sebelumnya Mpu Kanwa menyusun kata-kata sebagai berikut: Yang langgeng ikan Siwasmrti dateng sredhha Bhatareswara . "Kalau langgeng kesadaran Siwa di hati tentu Beliau akan memberikan anugerah".

Siwasmrti sama dengan Siwatutur, maka kalimat itu dimaksudkan juga untuk mengatakan : Sang Hyang Siwa apangawak tutur langgeng, sebagaimana tersurat dalam lontar Maha-padma diatas.
Maha-padma juga menyuratkan bahwa tutud yang menjadi pusat tutur adalah juga berada di rongga dalam bunga kadali atau kadalipuspa (mareng kuwung dalem ing kadali puspa, nga, tutud). Sementara itu Lontar Nawaruci menyatakan bahwa tutud adalah ujungnya bunga kadali (ring kadali puspa tungtung ing tutud). Dan menurut Jnanasiddhanta akasara suci OM ketika diuncarkan oleh seorang sadhaka, oleh orang suci, jalannya melewati tutud (sang hyang Pranawa makahawan tutud)

Demikianlah tutud dan tutur menjadi bahan renungan bagi para pemuja Hyang Siwa. Renungan yang juga seharusnya dilakukan pada hari Raya Siwaratri. Sumber bacaan buku Wija Kasawur, Ki Nirdon. (RANBB)

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas kunjungan dan kesan yang telah disampaikan

Cari Artikel di Blog ini

Berita Terkait Semangat Hindu

Artikel Agama Hindu

108 Mutiara Veda 3 kerangka agama hindu advaita visistadviata dvaita Agama Hindu Dharma agama islam Ajaran Hindu aksara suci om Apa yang dimaksud Cuntaka Apa yang dimaksud dengan Japa Apa yang dimaksud dengan Puja arcanam nyasa aris widodo artikel hindu arya dharma Arya Wedakarna Asta Brata Atharvaveda Atman babad Badan Penyiaran Hindu bagian catur weda bahasa jawa kuno bahasa kawi bahasa sanskerta Banggalah Menjadi Hindu banten hindu bali Belajar Hindu bhagavad gita Bhagawadgita bhagawan bhuta yadnya Bimas Hindu BPH Banten brahma wisnu siwa Brahman Atman Aikyam brahmana ksatriya wesia sudra budaya bali budha kliwon sinta Bukan Heroisme Canakhya Nitisastra cara sembahyang hindu catur asrama Catur Brata Catur Cuntakantaka Catur Purusha Artha Catur Purusharta catur veda Catur Warna Catur Weda Cendekiawan Hindu Dana Punia dewa dewi hindu dewa yadnya dewata nawa sanga dewi kata-kata dewi saraswati dharma artha kama moksa Dharma Santi dharma wacana Doa Anak Hindu epos mahabharata ramayana filsafat agama hindu ganesha Gayatri Sebagai Mantra Yoga Hari Raya Galungan Hari Raya Kuningan Hari Raya Nyepi Hari Raya Pagerwesi Hari Raya Saraswati Hari Raya Siwaratri HINDU adalah ARYA DHARMA HINDU ADALAH SANATHANA DHARMA HINDU ADALAH VAIDHIKA DHARMA Hindu Agama Terbesar di Dunia Hindu Banten Hindu beribadah di Pura Hindu Festival Hindu Indonesia hindu nusantara Hindu Tengger Hinduism Facts Hinduism the Greatest Religion in the Word Hukum Karma Ida Pedanda sakti isi catur weda Jadilah Manusia Setia Japa dan Mantram Jiwa kakawin Kamasutra Keagungan Aksara Suci OM Kekawin Lubdhaka kepemimpinan jawa kuna Kerajaan Hindu kesadaran diri kidung dewa yadnya Kitab Suci Weda lontar Lontar Kala Maya Tattwa manawa dharma sastra Mantra Mantra Yoga manusa yadnya Meditasi Matahari Terbit Mengapa Kita Beragama menghafal sloka Mimbar Agama Hindu Moksha Motivasi Hindu Mpu Jayaprema nakbalibelog Naskah Dialog Nuur Tirtha Om or Aum one single family opini hindu moderat Panca Sradha panca yadnya Panca Yajna pandita Panglong 14 Tilem Kepitu parahyangan agung jagatkartta paras paros segilik seguluk Pasraman Pasupati Pembagian Kitab Suci Veda Pemuda Hindu Indonesia pendidikan hindu pengertian catur weda Pengertian Cuntaka penyuluh agama hindu Peradah percikan dharma Percikan Dharma Dewa Yajna phdi pinandita Pitra Yadnya Ngaben Pitrapuja potong gigi Principle Beliefs of Hinduism Proud To Be Hindu Puja dan Prathana Pujawali purana purnama tilem Purwaning Tilem Kapitu Radio online Bali rare angon nak bali belog Reinkarnasi Rgveda ritual hindu Roh Rsi yadnya sabuh mas sad darsana sad guru Samaveda sanatana dharma sang hyang pramesti guru Sang Kala Amangkurat Sang Kala Dungulan Sang Kala Galungan Sang Kala Tiga Sapta Timira Sarassamuscaya Sarassamuscaya Sloka sattvam rajah tamah Sekta Hindu Semangat Hindu seni budaya hindu Sex and Hinduism siwa budha waesnawa siwa ratri Sloka sloka bhagawad gita sloka Rgveda sloka yayurveda Slokantara Sloka Spiritual Bersifat Misterius spiritualitas hindu spma ribek sradha dan bhakti sri rama krishna paramahansa Sri Sathya Sai Baba Sri Svami Sivananda sumpah dalam perkara tabuh gesuri tabuh kreasi baru tabuh telu lelambatan tantri kamandaka tat twam asi tattwa susila upakara Tempat Suci Hindu tiga hubungan harmonis tri hita karana Tri kaya parisudha tri kerangka agama hindu tri mala tri pramana Triji Ratna Permata tujuan perkawinan tumimbal lahir upacara hindu upacara menek deha Upanisad Utsawa Dharma Gita vaidhika dharma Vasudhaiva Kutumbakam Vijaya Dashami widhi tatwa wija kasawur wiwaha agama hindu Yajna dan Sraddha yajna dan sradha Yayurveda Yoga Kundalini