Pages

Selasa, 22 Januari 2019

Percikan Dharma : Jangan Berjudi

Percikan Dharma
Jangan Berjudi
Sumber : Bapak Aris Widodo

Umat se-dharma, dalam kehidupan di dunia ini sering terjadi hal yang seharusnya tidak dilakukan sebaliknya dilakukan yaitu berjudi. Mengapa demikian karena berjudi akan membuat hidup tidak akan tentram.

Tuhan Yang Maha Esa/ Sang Hyang Widhi Wasa mengamanatkan supaya umat-Nya jangan melakukan berjudi. Hal ini ditegaskan dalam kitab suci Weda. Berjudi apapun bentuknya tidak dibenarkan oleh agama. Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa menyatakan bahwa merusak keharmonisan hidup masyarakat.


Judi sering dikaitkan dengan kesenangan sesaat yang mampu membius mereka yang suka melakukan berjudi sehingga sampai lupa akan tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga yang harus mereka hidupi. Kalau judi sudah merasuk dalam sanubari sering lupa akan anak dan istrinya karena kesenangan sesaat yang mampu menghancurkan biduk rumah tangganya.

Berjudi merusak kehidupan keluarga



Jaya tapyate kitavasya hina
mata putrasya caratah kva svit,
mava bibhyad dhanam icchamanah
anyesam astam upa naktam eti.

Rg Veda X. 34. 10

Artinya
Isteri seorang penjudi yang mengembara mengalami penderitaan yang mendalam di dalam kemelaratan dan ibu seorang putra yang berjudi semacam itu tetap dirudung derita. Dia, yang dalam lilitan hutang dan dalam kekurangan uang, memasuki rumah orang-orang lainnya dengan diam-diam di malam hari.

Ulasan
Bahwa dalam kehidupan ini sering terjadi rumah tangga yang tidak harmonis disebakkan oleh karena perjudian. Ini semua karena kesenangan sesaat yang dijumpai dalam kehidupan dimana masyarakat masih belum sepenuhnya sadar akan arti kesenangan sesaat tersebut.

Memang dalam berjudi dapat membuat kita terlena akan kesenangan sesaat yang bisa dinikmati pada saat itu saja, namun tidak terpikirkan dampak yang akan diterima oleh keluarga yang di tinggalkan dalam perjudian tersebut. Terkadang karena telalu asyiknya dalam berjudi lupa akan kewajiban sebagai seorang kepala keluarga, sehingga bisa berhari-hari tidak pulang hanya karena perjudian belum usai bahkan sampai apa saja yang dipunyainya dipertaruhkan dalam perjudian.

Untuk itu perjudian janganlah hemdaknya dilakukan karena akan menyengsarakan keluarga dan masyarakat di sekitarnya. Oleh karena dalam kitab suci Veda juga melarang segala jenis perjudian agar kehidupan mereka tetap harmonis dan bahagia selalu.

Demikian yang harus diperhatikan bahwa perjudian selamanya akan membuat sengsara dan tidak membawa kebahagiaan bagi keluarga dan masyarakat sekelilingnya.

Selasa, 15 Januari 2019

Percaya Diri Percikan Dharma



Percikan Dharma
Percaya Diri


Umat se-dharma, perlu diketahui bahwa percaya diri merupakan keyakinan yang mwngantarkan menuju keberhasilan. Orang yang memiliki kepercayaan diri tidak ragu-ragu untuk bertindak di jalan yang benar. Orang yang bijaksana menjadikan kepercayaan diri sebagai sebagai bentuk pertolongan yang menyelamatkan. Keparcayaan diri akan tumbuh bila kita memiliki wawasan yang luas terhadap kebenaran, kebajikan, hukum dan keluhuran budi.

Kepercayaan diri memberi keyakinan

Svah svaya dhayase
krnutam rtvig rtvijam.
stomam yajnam cad aram
vanema rarima vayam.

Reg Veda II. 5.7

Artinya
Buatlah dirimu sendiri cukup dan tergantung atas dirimu sendiri, hendaklah penganut melaksanakan persembahan (yajna) musiman. Kami memberikan uang dalam derma (amal/punia), oleh karenanya kami mencapai kehormatan dan kemasyuran.

Ulasan
Bahwa apabila kita punya keyakinan atas diri sendiri niscaya semua masalah yang ada dalam dirinya akan teratasi dengan sendirinya. Oleh karena itu hendaklah kepercayaan yang ada dalam dirinya itu harus selalu dipupuk agar tambah besar kepercayaannya tersebut sehingga akan menimbulkan kepercayaan yang lebih besar dalam dirinya.

Dengan demikian apabila kepercayaan dalam dirinya sendiri telah terbangun dengan baik maka dengan begitu akan menjadi keyakinan dalam tubuhnya. Sehingga dengan adanya kepercayaannya tersebut akan timbul keyakinan dalam dirinya untuk dapat dilaksanakan dengan baik dan dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.

Oleh : Aris Widodo

Senin, 07 Januari 2019

Gayatri Dalam Tri Guna



Percikan Dharma
Gayatri Dalam Tri Guna

Umat se-dharma, bahwa Gayatri mantram sebagai mantra Yoga, perlu pula dikenal adanya pembagian sifat mantram. Ada mantram yang bersifat Sattvam (kebaikan, kesucian, rohani), ada yang bersifat Rajah (kenafsuan), ada yang bersifat Tamah ( kegelapan).



Mantra di bawah pengaruh sattvam guna memberikan hasil kepada pelakunya berupa kedamaian, kesucian, keinsafan diri dan bhakti pada Sang Hyang Widhi Wasa. Mantra di bawah pengaruh rajah guna memberikan hasil kepada pelakunya berupa kesaktian, kekayaan, dan kepentingan duniawi lainnya. Sedangkan mantra di bawah pengaruh tamah guna memberikan hasil kepada pelakunya berupa merusak, menguasai, menyakiti dan bahka membunuh.

Gayatri mantra adalah mantra yang berada dalam sifat saytvam. Ini memberikan ketenangan, kesucian, kerohanian, dan keinsafan diri. Tetapi jika kesadaran sang pelaku dan aturan-atutan pengucapan berada dalam sifat rajah maka gayatri mantra akan memberikan hasil berupa keperluan duniawi seperti apa yang sedang diangankan dalam kesadaran sang pelaku di saat ia menguncapkan mantra.

Aris Widodo