Pages

Selasa, 19 Februari 2019

Konsepsi Hukum Menurut Weda



Percikan Dharma
Kewaspadaan
Umat se-dharma, dalam kehidupan selalu butuh kewaspadaan agar selalu selamat dari orang-orang yang tidak menyukainya. Untuk itu sebagai manusia berusaha waspada agar kehidupannya mampu membuat terlepas dari keresahan dalam hidupnya.

Kewaspadaan menuntun seseorang mencapai keberhasilan. Dengan waspada  tumbuh kesadaran tentang sesuatu, bermanfaat atau tidak. Kesadaran ini melindungi kehidupan umat manusia. Kewaspadaan mengasah perhatian dal pencegahan tindakan yang membayakan. Bila seseorang senantiasa waspada, maka ia akan memperoleh keselamatan.

Kewaspadaan melindungi manusia

Bodhasca tva pratibodhasca raksatam.

Atharva Veda VIII. 1. 13

Artinya
Kewaspadaan dan pengetahuan melindungi anda.

Ulasan
Bahwa kewaspadaan dalam hidup yang serba global ini sangat membutuhkan sesuatu yang akan membuat nyaman dan tentram, sehingga nantinya mereka akan merasakan manfaat kewaspadaan yang telah mereka lakukan. Oleh karena itu dengan kewaspadaan yang sangat tinggi akan membuat hidup mereka lebih percaya diri dalam kehidupannya.

Perciksn Dharma
Konsepsi Hukum Menurut Weda
Umat se-dharma, dalam ilmu hukum dibedakan antara Statuta Law dan Common Law atau Natural Law. Statuta Law adalah hukum yang dibentuk dengan  sengaja oleh penguasa, sedangjan Common Law atau Natural Law adalah hukum alam yang ada secara alamiah.

Unsur-unsur yang terpenting dalam peraturan-peraturan hukum memuat dua hal yaitu:
1. Unsur yang sifatnya mengatur atau normatif.
2. Unsur yang sifatnya memaksa atau represif.
Rta dan Dharma dalam Weda mempunyai pengertian yang sama tentang unsur-unsur hukum. Baik Rta dan Dharma, kedua-duanya berarti hukum dalam hukum Hindu. Rta adalah hukum alam yang bersifat abadi, sedangkan Dharnma adalah hukum duniawi, baik yang ditetapkan maupun tidak.

Istilah lain tentang hukum dalam hukum Hindu adalah Widhi, Drsta, Acara, Wyawahara, Nitisastra, Rajaniti, Arthasastra yang penggunaannya relatif menurut tujuannya. Yang terpenting dari istilah-istilah itu adalah Dharma sebagai istilah yang umum dalam ilmu hukum Hindu, karena kata Dharma mengandung 2 (dua) pengertian yaitu:
1. Dharma sebagai norma.
2. Dharma sebagai pengertian keharusan yang kalau tidak dilakukan atau dilaksanakan dapat diancam dengan suatu sanksi hukum.

Percikan Dharma
Ikuti Jalan Kebajikan

Umat se-dharma, dalam kehidupan ini adakalanya kita sering lupa akan jalan yang seharuanya kita jalani. Oleh karenanya ikuti jalan kebajikan agar hidup ini menjadi lebih baik lagi dari pada kehidupan dahulu.

Seseorang hendaknya selalu mengikuti jalan yang benar, jalan kabajikan, sebab siapa saja yang berjalan di jalan yang benar (dharma) akan memperoleh kemakmuran, jasa dan kabajikan. Dekatkanlah diri kita kepada Hyang Widhi untuk senantiasa mendapatkan bimbngan-Nya.

Orang yang memiliki keyakinan menjalankan kebenaran, maka kebajikannya itu akan melenyapkan kesusaham dan dengan kebajikan dapat menolong diri sendiri. Dengan menjalankan dharma tentu kita akan mudah dalam mengarungi kehidupan dalam masyarakat yang majemuk ini.

Selalu mengikuri jalan kebajikan

Svasti pantham anu carema
surya-candramasav iva.
punar dadataghnata
janata sam gamemahi.

Rg Veda V. 51. 15

Artinya
Mari kita terus berjalan pada jalan yang benar seperti jalannya matahari dan bulan. Kita seharusnya bergaul dengan orang-orang yang bermurah hati yang puas (dengan diri sendiri) dan yang berpengetahuan tinggi.

Ulasan
Bahwa dalam kehidupan di dunia ini apabila ingin hidup bahagia dan sejahtera maka kita harus selalu berjalan sesuai dengan ajaran-ajaran yang terdapat dalam kitab suci Veda. Oleh karena itu dengan cara menjalankan setiap ajaran yang terdapat dalam kita suci Veda pasti akan mudah mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia maupun di alam lain setelah kehidupan di dunia berakhir.

Dengan menjalankan kebenaran dalam hidup ini serta bergaul dengan orang-orang yang berpengetahuan tinggi maka akan membawa dampak yang baik buat mereka yang sama-sama menjalankan kebenaran.

Sumber : WA Grup PHDI Banten : Aris Widodo

Senin, 11 Februari 2019

Naskah Mimbar Agama Hindu Acara Talkshow Radio.

Dalam acara Talkshow atau bincang-bincang biasanya dipersiapkan naskah siaran agar dapat berjalan dengan baik dan lancar. Naskah yang dipersiapkan disesuaikan dengan tema yang akan diperbincangkan. Seperti halnya kegiatan Talkshow mengenai Mimbar Agama Hindu dengan tema Makna Sembahyang bagi umat Hindu. Berikut Admin postingkan naskah Talkshow yang dapat dipersiapkan saat acara Talkshow, sumber-sumber naskah dari literatur kami, klik disini semoga bermanfaat.


Penyiar :
Membuka acara talkshow
Penyiar :   
Apa yang dimaksud dengan bersembahyang menurut agama Hindu. Mohon penjelasannya.
Narasumber :
Pendengar yang budiman. Sembahyang atau bisa disebut puja, artinya menyembah atau memuja Tuhan, Ida SangHyang Widhi Wasa, yang disampaikan dengan mantra, baik itu mantra dalam bahasa Sanskerta ataupun bahasa daerah kita, kemudian dilakukan dengan sikap tubuh tertentu, seperti duduk bersila untuk laki-laki dan duduk bersimpuh untuk perempuan serta dengan sikap tangan tertentu.

Penyiar :     
Lalu apa yang dimaksud denan  berdoa. Mohon penjelasannya.


Narasumber : 
Sedangkan berdoa, doa berasal dari bahasa Arab yang artinya memohon, bisa dilakukan dengan bebas, tidak perlu bahasa khusus atau sikap khusus. Ada yang hanya dengan menengadahkan tangan saja atau menundukkan kepala.

Penyiar :    
Apakah bisa diuraikan arti kata Sembahyang ?
Narasumber :
Sebutan “Sembahyang” berasal dari dua kata yaitu sembah dan hyang .
Sembah adalah memberikan dengan tulus ikhlas rasa hormat atau menyajikan dengan hati yang bersih tanpa meminta imbalan. Tata krama bersembah merupakan laku layan atas dasar pengabdian. Sama sekali tidak ada unsur paksaan atau dibawah tekanan dan ancaman apapun karena laku sembah merupakan kesadaran tertinggi.
Hyang ( eyang, biyang, moyang ) adalah bibit-bibit (cikal bakal) atau inti segala sumber. Pada pengertian yang lebih luah-mendalam maknanya ialah yang menyebabkan terjadinya sesuatu keberadaan dan keadaan atau sebagai sebab atas segala kejadian.
Maka Ber-Sembahyang  adalah menyediakan atau memberikan diri secara tulus penuh kepasrahan (sukarela) untuk dihidupkan oleh Hyang Maha Kuasa (sebagai sumber inti dari segala keberadaan dan keadaan).

Penyiar :     
Lalu benarkah bersembahyang itu lama ?
Narasumber  :
Para Pendengar Radio RRI Banten yang berbahagia. Bersembahyang itu tidak lama. Segala sesuatu yang kita lakukan dengan penuh keyakinan dan ketulusan, tidak ada waktu yang relatif lama. Duduk di hadapan Hyang Widhi seharusnya kita berbahagia, gembira dan tenang, karena waktu kita memang untuk Hyang Widhi.

Penyiar :     
Bersembahyang itu  kenapa harus didahului dengan ber-Trisandya.
Narasumber   :
Ber-Trisandya termasuk dalam bersembahyang harian, karena dalam agama kita ada waktu-waktu tertentu dalam bersembahyang, yang pertama pada hari raya umum, seperi Galungan dan Kuningan, Saraswati, Siwaratri dan lain sebagainya. Kemudian yang kedua kita bersembahyang pada saat ada upacara-upacara Panca Yadnya, yang ketiga secara berkala, seperti Purnama-Tilem, Tumpek, atau Rerainan. Dan Tri Sandya dikatagorikan dalam bersembahyang harian, rutin, Nitya Karma Puja yang dilakukan tiga kali sehari yang menurut petunjuk Kitab Suci Rg Weda Mandala V sukta 54 mantra 6 dan Rg Weda Mandala VIII sukta 31 mantra 1. Ini disebut Tri Sandya  (Tiga Peralihan Waktu)

Penyiar :   
 Dalam Sastra atau kitab suci Hindu, dimana terdapat petunjuk yang berkaitan dengan Tri Sandya itu.
Narasumber   :
Petunjuk tentang Tri Sandya terdapat dalam Veda dan di dalam Taittiriya Upanisad bahwa pelaksanaan sembahyang waktunya adalah pada saat sandya (peralihan waktu, yaitu pagi, tengah hari dan menjelang malam). Demikian juga petunjuk di dalam Chandogya Upanisad; prapataka II, canda 24, mantra 1, ketiga waktu sembahyang itu disebut dengan istilah Pratah Savanam (pagi), Madyandina Savanam (tengah hari) dan Trtiya Savanam atau disebut juga Sandya Savanam (menjelang malam).

Penyiar : 
Tadi disampaikan bahwa bersembahyang itu adalah menyembah Ida Sanghyang Widhi yang diiringi dengan mantra. Apakah Mantra itu ? Mohon pencerahannya.
Narasumber  :
 Pendengar yang budiman. Salah satu kata yang paling luas dipergunakan dalam teks keagamaan yang berbahasa Sanskerta adalah Mantra. Secara etimologi Mantra didefinisikan sebagai “Itu yang melindungi” . TRA ; Melindungi, to protect, ketika diucapkan secara berulang dan direnungkan. MAN ; berpikir, merenung, to think, to reflect.
Kata Mantra mempunyai dua arti; bagian-bagian yang berbentuk puisi dari Veda dan nama-nama dan suku kata yang digunakan untuk mengidentifikasikan atau mengambil hati para Dewa. Yang pertama bersifat Veda dan yang kedua bersifat Tantrik.

Penyiar :  
Selain dengan cara Bersembahyang, kegiatan apa lagi yang merupakan bagian dari ibadah Umat Hindu ?
Narasumber :
Dalam agama Hindu, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan Tuhan bisa dalam bentuk Yadnya dan Yoga. Pemujaan kepada Tuhan dengan penuh cinta;
bhajan, atau bhajana , dari akar bhaj = mencintai, memuja, memuji, kidung, japa bhakti secara individu atau kelompok untuk memuja Yang Suci.
Kirtana atau kirtanam = menyanyikanpujian kepada Tuhan,
Japa, salah satu dari sembilan bentuk bhakti.
Kidung-kidung yang indah itu adalah ekspresi rasa cinta dan keindahan kita kepada Tuhan, dalam aspek Saguna Brahman.
Sembahyang sebenarnya adalah bentuk dari Bhakti Yoga. Sedangkan Jnana Yoga dan Raja Yoga, meditasi (Dhyana Yoga) adalah bentuk hubungan kita dengan Tuhan dalam aspek Nirguna Brahman.

Penyiar :
Apa perbedaan masing-masing sembah pada sembahyang Panca Sembah ? mohon pencerahannya
Narasumber    :
Sembah pertama itu adalah penyucian atman, sembah kedua memohon agar Siwa Raditya berkenan sebagai saksi. Sembah ketiga, pemujaan untuk Brahman atau Istadewata, termasuk para leluhur yang setingkat dengan dewata. Sembah keempat permohonan anugrah, dan ke lima ucapan terima kasih.

Penyiar : 
Setelah bersembahyang kita mendapat Tirtha dan Bija, mohon pencerahannya Apa manfaat Tirtha dan Bija ?
Narasumber    :
Di dalam Veda disebutkan manfaat tirtha sebagai berikut :
“Bersihkan, Air, apapun dosaku, kesalahanku apapun yang telah kulakukan, kutukan apapun yang telah kukatakan, dan kebohongan apapun yang telah kuucapkan”
Tirtha adalah air suci, yaitu air yang telah disucikan dengan suatu cara tertentu; Pertama dengan cara memohon dihadapan pelinggih Ida Bhatara melalui upacara tertentu. Yang kedua dengan cara membuat (ngareka) yang dilakukan dengan mengucapkan puja-mantra tertentu, tentunya hanya oleh orang yang sudah berwenang, yaitu seorang Pandita, Pedanda, Sulinggih lainnya.
Kemudian Bija, mebija dilakukan setelah metirtha merupakan rangkaian terakhir dari suatu upacara persembahyangan. Bija atau Wija adalah lambang dari Kumara, yaitu putra atau wija Bhatara Siwa. Mabija mengandung makna menumbuh-kembangkan benih ke-Siwa-an itu dalam diri manusia.

Penyiar : Closing