Pages

Rabu, 11 Januari 2023

PENGERTIAN CUNTAKA DAN RUANG LINGKUPNYA

NASKAH DIALOG : MIMBAR AGAMA HINDU

TEMA 2 : PENGERTIAN CUNTAKA DAN RUANG LINGKUPNYA

Ditulis untuk kegiatan BPH (Badan Penyiaran Hindu) Provinsi Banten oleh Admin Blog.


 

Prolog – Durasi 5 Menit

Menceritakan kegiatan umat Hindu

1.      Kegiatan Karawitan diiringi gambelan Geguntangan.

2.      Dibuka oleh presenter

3.      Dilanjutkan dengan dialog (sesuai skrip)



Dialog – durasi 15 Menit

Presenter & Narasumber : Om Swastiastu,

Presenter : Bapak Ibu se dharma yang berbahagia, pada Mimbar Agama Hindu kali ini kita telah disuguhi Kerawitan yang diiringi Geguntangan. Dari kegiatan kerawitan ini, ada beberapa hal yang memerlukan penjelasan bagi kita umat Hindu. Pada kesempatan yang baik ini telah hadir dihadapan kita, Ida Pandita Dharma Putra Paseban sebagai narasumber dalam Mimbar Agama Hindu ini yang bertema, Cuntaka.

 

Presenter : Ratu Pandita yang sampun meraga suci yang kami muliakan. Apa yang dimaksud dengan Cuntaka ?

Pandita  : Pemirsa yang budiman dan umat Hindu yang berbahagia. Cuntaka adalah keadaan tidak suci atau tidak bersih secara Niskala yang disebabkan oleh beberapa hal tertentu, seperti haid (datang bulan) bagi perempuan, melahirkan, keguguran dan kematian salah seorang anggota keluarga. Demikian ketentuan yang ada dalam Manawa Dharma Sastra, kemudian dalam Widhi Sastra, Catur Cuntakantaka, Pangalantaka, memerinci 11 keadaan yang menyebabkan Cuntaka dengan ruang lingkup dan jangka waktunya.

                   Sehingga Cuntaka itu tidak hanya datang bulan saja, dan tidak hanya perempuan saja. Tidak hanya orang dewasa saja, tetapi juga kepada anak-anak kita apabila ada salah satu anggota keluarga kita, ada yang meninggal.

                   Dalam keadaan Cuntaka umat Hindu tidak diperkenankan untuk memasuki tempat suci ataapun melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang dianggap suci.

 

Presenter : Apakah pekerjaan-pekerjaan suci yang dimaksudkan ?

Pandita  : Dalam agama kita, pekerjaan suci sering dikaitkan dengan pekerjaan yang berhubungan dengan keagamaan. Seperti membuat sesaji, banten atau upakara lainnya. Secara psikologis, wanita yang sedang datang bulan emosinya dalam keadaan tidak stabil, sehingga bisa berpengaruh pada perasaan, jiwa yang mana kita ketahui bersama, membuat banten atau upakara memerlukan jiwa yang tenang, seni, bergembira, penuh ketulus-ikhlasan.

 

Presenter : Apakah dalam keadaan Cuntaka bisa belajar Megeguritan seperti yang kita saksikan tadi ? bagaimana nike Ratu Pandita.

Pandita  : Para Pemirsa Televisi yang berbahagia. Kegiatan megeguritan, megending pupuh dalam keadaan latihan, bukan dalam situasi sedang melaksanakan Yadnya, Upacara Panca Yadnya, dalam keadaan Cuntaka tidak apa-apa. Sepanjang rasa hati kita tidak bertentangan, perasaan kita tidak ada penolakan, kegiatan itu tidak apa-apa. Kembali kepada jiwa emosional kita, semasih hal tersebut menyangkut pribadi kita, dan tidak melibatkan kepentingangan umum, itu dapat dilaksanakan.

Presenter : Bagaimana dengan membaca Sloka-Sloka, atau mempelajari mantra-mantra yang ada dalam lontar, Kitab Suci kita, apakah dalam keadaan Cuntaka diperbolehkan.

Pandita   : Pemirsa televisi yang budiman dan umat Hindu yang berbahagia. Membaca Sloka atau Gegitaan, kemudian ada megeguritan, ada yang disebut Mekidung, Karawitan, itu semua adalah seni Suara atau Dharma Gita. Di Bali kita sudah mengenal yang namanya “Sekar” yang ada empat; yaitu Sekar Rare, Sekar Alit, Sekar Madya dan Sekar Agung. Melalui kreasi seni suara ini ajaran keagamaan diselipkan di dalamnya. Ajaran yang menyangkut Tattwa, Susila dan Upacara, yang mana kita pahami ketiganya ini merupakan tiga kerangka dasar agama Hindu. Dalam bagian Upacara ada Panca Yadnya; Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, Resi Yadnya, Manusa Yadnya dan Bhuta Yadnya.

                   Bagaimana kaitannya dengan keadaan Cuntaka ? Melantunkan “Sekar Rare” dan “Sekar Alit” lebih bersifat hiburan, melila cita, menyenangkan hati, membuat suasana menjadi indah dan tentram, tentu dalam keadaan Cuntaka tidak ada masalah. Berbeda halnya dengan Sekar Madya dan Sekar Agung yang pada umumnya dikaitkan dengan pelaksanaan Yadnya, yaitu Panca Yadnya.

                   Sekar Agung sering disebut dengan kekawin yang dibentuk berdasarkan wrtta, matra. Wrtta artinya banyak suku kata dalam tiap kalimat. Matra artinya kedudukan guru laghu dalam tiam Wrtta. Dalam satu pada kakawin biasanya terdiri dari empat baris kalimat, umumnya adalah sloka-sloka dalam Bhagawad Gita, yang diperdengarkan dalam kegiatan upacara Yadnya. Sehingga tidak boleh dilakukan oleh orang yang sedang Cuntaka.

Presenter : Seperti disebutkan diawal Cuntaka tidak hanya untuk perempuan tetapi juga laki-laki. Apa saja yang menjadi penyebab Cuntaka tersebut ?

Pandita   : Pemirsa yang budiman, adapun Penyebab Cuntaka dan Ruang Lingkupnya serta jangka waktu seseorang masih dalam keadaan Cuntaka adalah

1.      Kematian : Keluarga terdekat sampai dengan mindon, serta orang-orang yang ikut mengantarkan jenasah, demikian pula alat-alat yang dipergunakan dalam keperluan tersebut. Untuk jangka waktunya disesuaikan dengan, Loka Dresta (kebiasaan setempat) dan Sastra Dresta (ketentuan sastra).

2.      Datang Bulan / Haid, Cuntaka hanya untuk yang mengalami saja, termasuk juga kamar tidurnya. Untuk jangka waktu selama masih mengeluarkan darah sampai membersihkan diri.

3.      Bersalin atau melahirkan, Cuntaka untuk yang melahirkan dan suami (laki-laki), beserta seluruh rumah yang ditempati. Jangka waktu sekurang-kurangnya 42 hari dan berakhir setelah mendapat tirtha pebersihan.

4.      Keguguran, Cuntaka untuk yang mengalami dan suami (laki-laki) beserta seluruh rumah yang ditempati dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 42 hari dan berakhir setelah mendapat tirtha pebersihan.

Presenter : Selain yang sudah Ratu Pandita sebutkan, apakah masih ada penyebab Cuntaka ?

Pandita   : Penyebab lain kita dikatakan Cuntaka, tadi baru disebutkan sebanyak 4, kita lanjutkan yang ke-5 

5.      Gamia Gamana, incest hubungan seks antara anak dengan orangtua, antara saudara sekandung. Ada pula yang menggolongkan pedofile, termasuk Gamia Gamana selain tentunya sebagai perbuatan kriminal. Ruang lingkup Cuntaka ini cukup luas, selain pada diri si pelaku juga desa adatnya. Jangka waktu berakhir sampai diadakan pebersihan baik terhadap pribadi pelaku maupun desa adatnya.

6.      Salah Timpal itu artinya berhubungan badan dengan hewan atau binatang, juga disebut dengan Agamia. Yang Cuntaka adalah yang melakukan dan desa adat setempat. Jangka waktu berakhir sampai diadakan pebersihan baik terhadap pribadi pelaku maupun desa adatnya.

7.      Hamil tanpa Upakara Keakaon juga termasuk dalam Cuntaka untuk pribadi dan kamar tidurnya. Jangka waktu berakhir bila telah dilaksanakan upacara Beakaon atau upacara perkawinan yang sah.

8.      Mitra Ngalang (nyolong semara, semara dudu) dalam bahasa Indonesia disebut pemerkosaan. Selain termasuk kriminal juga yang mengalami akan Cuntaka yang akan berakhir bila diadakan upacara beakaon

9.      Perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama dapat dikatagorikan sebagai Cuntaka pada pelakunya, seperti melakukan perbuatan Sad Tatayi yaitu Agnida ; membakar milik /diri orang lain, Visada ; Meracuni, Atharva ; melakukan praktek ilmu hitam, Sastragna ; Mengamuk, gelap mata, Dratikrama ; memperkosa, melakukan pelecehan, dan Rajapisuna ; menghasut,memfitnah.

Hal ini merupakan hal yang berkaitan dengan Susila kita, sehingga dalam kegiatan-kegiatan suci kita diharakan untuk senantiasa dalam keadaan bersih, suci pikiran, perkataan dan perbuatan.

Presenter : Pemirsa televisi yang budiman, demikian sudah dijelaskan kepada kita hal-hal yang berkaitan dengan Cuntaka, jadi tidak hanya perempuan saja yang mengalaminya tetapi juga bisa laki-laki, bahkan suatu desa.

                   Marilah kita sebagai umat Hindu untuk senantiasa meningkatkan Susila kita dalam pergaulan sehari-hari, sehingga kegiatan keagamaan yang kita lakukan senantiasa dapat suci nirmala tanpa leteh.

Umat Hindu Sedharma, demikianlah acara Mimbar Agama Hindu pada hari ini, semoga kita senantiasa dalam lindungan Ida Sanghyang Widhi Wasa.

Presenter & Narasumber : Om Santih-Santih-Santih Om

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas kunjungan dan kesan yang telah disampaikan