Pages

Selasa, 11 April 2023

Dharma Wacana Dewi Saraswati ; Dewi Kata-Kata

Dharma Wacana Dewi Saraswati ; Dewi Kata-Kata

Om Swastiastu

Yang Kami hormati, Bapak-bapak/ibu-ibu peserta seleksi dan hadirin yang berbahagia

Bapak2 Ibu2 Umat Sedharma


Pada hari yang berbahagia ini, marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat asung kerta waranugraha-Nya, kita dapat berkumpul pada hari ini, dalam keadaan sehat dan bahagia

Bapak2 Ibu2 Umat Sedharma yang kami banggakan, pada kesempatan yang baik ini, dalam kegiatan seleksi Penyuluh Agama Hindu Non PNS Prov.Banten ijinkan kami menyampaikan Dharma Wacana yang bertema Dewi Saraswati adalah Dewi Kata-kata.

Seperti kita ketahui bersama hari raya suci umat Hindu dalam kaitannya dengan turunnya Ilmu Pengetahuan ke dunia adalah Hari Raya Saraswati. Dewi Saraswati yang sudah kita pelajari sejak dibangku sekolah tentunya sudah kita pahami dengan baik. Ilmu pengetahuan itu memang menarik seperti seorang dewi yang cantik, siapa yang tidak tertarik dengan kecantikan ?

(bila ada yang tidak tertarik kecantikan, sebaiknya periksa ke dokter ….)

Hari ini, kami akan mengupas hal yang sedikit berbeda, Dewi Saraswati juga dikenal dengan Dewi Kata-kata.

Kita mulai dari cerita Kumbhakarna, Ada kisah yang menarik dari saudara kandung Rahwana ini. Ia telah melakukan tapa dengan kuat yang menyebabkan kekhawatiran para Dewa akan kesaktian yang akan dianugrahkan kepadanya sebagai hasil tapanya itu.

Dewa Brahma atas desakan para Dewa meminta Saraswati berada di ujung lidah Sang Kumbhakarna lalu membelokkan kata-katanya apabila tiba saatnya ia memohon anugerah atas pelaksanaan tapanya.

Dan ketika saat itu tiba. Kumbhakarna pun berkata “ Prasupta-supta juga, meww-iwu warsanya taman pawungwa “ . Artinya “Memohon supaya hamba dapat tidur terus, bertahun-tahun tidak bangun-bangun.”

Apa yang dinyatakan ternyata berbeda dengan apa yang diinginkan, Dewa Brahma pun memberi anugerah sesuai dengan apa yang dinyatakannya.

Kisah ini yang termuat dalam kitab Uttarakanda dan Kakawin Arjuna Wijaya bukan saja menarik untuk direnungkan tetapi juga memberi pengetahuan kepada kita tentang kehadiran Dewi Saraswati. Dewi Saraswati kita ketahui sebagai Dewi Ilmu Pengetahuan, dan hadir dengan kecantikannya yang mempesonakan.

Tetapi Dewi Saraswati adalah juga Dewi Kata-Kata, Sang Hyang Wagiswari, yang berstana di ujung lidah. Untuk itu marilah kita menggunakan ujung lidah ini dengan baik, karena kata-kata kita bisa guyub, karena kata-kata pulalah kita bisa berpisah.

Bapak Ibu dan Umat Sedharma yang berbahagia, selain kisah Kumbhakarna, ada juga seorang Pengarang Kakawin Saraswati-puja, setelah memohon supaya Dewi Saraswati menghilangkan kebodohan dirinya – sapunggungi hatingku hilangakna denta sapwani – mohon hilangkan kebodohan ku. Selanjutnya memohon supaya Dewi Saraswati berstana di dalam hati dan di ujung lidah dan di dalam kata-katanya – ring jihwantaraning tutuk ri wanananku kita juga gumantya tan saha.


Artikel Terkait Vasudhaiva Kutumbakam :

 

Pada kisah yang lain, peran Dewi Saraswati sangatlah besar sebagai Dewi Kata-Kata.

Mpu Tanakung menjadikan Sang Hyang Wagiswari sebagai istadewatanya ketika menulis Kakawin Wrettasancaya,  sebuah Kakawin yang memuat kaidah-kaidah prosodi kakawin. (Prosodi adalah hal yang berkaitan dengan sastra, kajian tentang persajakan yaitu mengkaji tekanan, matra, rima, irama, dan bait dalam sajak) . Mpu Tanakung menulis :

Sang Hyang Wagiswari ndah lihati satata bhaktingku i jong Dhatredewi

Pinrih ring citta munggwing sarasija ri dalem twaslanenastawangku

Nityaweha ng waranugraha kaluputa ring duhka sangsara wighna

Lawan tastu wruheng sastra sakala gunaning janma tapwan haneweh

Artinya :

Sang Hyang Wagiswari (Saraswati) lihatlah senantiasa bhaktiku yang tak hentinya kehadapan-Mu Dewi Pencipta Alam

Hamba mengharapkanmu bersemayam dalam hatiku, yang senantiasa hamba puja

Agar senantiasa menganugrahi kemuliaan, sehingga luput dari duka nestapa dan halangan

Dan semoga hamba dapat memahami sastra, serta memiliki ketrampilan sebagai manusia, dan tidak ditimpa kesulitan.

 

Lewat bait Kakawin ini Mpu Tanakung menyatakan menstanakan Dewi Saraswati dalam padma hatinya. Kehadapan-Nya Mpu Tanakung memohon anugerah keselamatan dan pemahaman terhadap sastra, sebelum beliau melaksanakan keinginannya dengan menyusun buku pelajaran kakawin –kedomrakretang canda-sastra.

 

Demikianlah Dewi Saraswati mendapat pemujaan istimewa oleh para pujangga di masa lalu. Dewi Saraswati juga dijadikan perumpamaan bagi seorang putri yang cantik, berilmu dan bijaksana, seperti halnya Dyah Tantri dalam cerita Tantri Kamandaka

 

Bapak Ibu dan Umat Sedharma yang berbahagia,

Apabila pada hari Saniscara Umanis Wuku Watugunung kita mengadakan Puja Saraswasti, itu berarti kedudukan Dewi Saraswati dalam agama Hindu begitu penting. Apabila pada hari suci itu kita mengumpulkan semua kitab suci, sruti dan smerti,  buku-buku agama kita, itu berarti kita telah ingat akan keberadaan kita sebagai umat beragama.

Dan apabila pada saat itu kita juga mengumpulkan dan mengupacarai kitab-kitab ilmu pengetahuan yang lain itu berarti kita mengangkat semua imu pengetahuan ke tingkat kesucian, ketingkat yang nantinya mengangkat martabat manusia.

Tetapi yang lebih penting marilah kita senantiasa memohon kehadapan Dewi Saraswati supaya menuntun kita ke jalan yang benar, jalan yang diterangi. Karena Beliau adalah penguasa Kata-Kata, semoga kata-kata yang kita ucapkan adalah wacika-parisuda dan tidak seperti Sang Kumbhakarna, apa yang kita pikirkan ternyata tidak sama dengan apa yang kita katakan.

Karena Beliau, Dewi Saraswati adalah penguasa Ilmu Pengetahuan, Dewi Kata-Kata, dan pada malam hari ini marilah kita sama-sama menstanakan Beliau dihati kita dan di ujung lidah kita. Semoga kita diberi ilmu pengetahuan yang dapat mengangkat derajat kemanusiaan kita dan tidak malah menyesatkan.

Bapak Ibu dan Umat Sedharma yang berbahagia, asapunika atur Dharma Wacana yang dapat kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat. Apabila dalam penyampaiannya terdapat kekeliruan, tutur kata, titiang nunas geng rena sinampura.

Puputang titiang antuk paramasanti

Om Santih-Santih-Santih Om

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas kunjungan dan kesan yang telah disampaikan