Pages

Jumat, 20 Februari 2015

Landasan Sastra Upacara Potong Gigi

Landasan Sastra yang menjadi Dasar Upacara Potong Gigi, adalah Pustaka Dharma Kahuripan, Pustaka Siwa Eka Samapta Pratama, Pustaka Puja Kala Pati dan Pustaka Puja Kalib. 


Pustaka Dharma Kahuripan
Pustaka Dharma Kahuripan memuat tentang Manusa Yadnya dari segi upacara dan upakaranya baik tingkat kecil (Kanistama), sedang (Madhyama) maupun besar (Utama). Juga ada penjelasan tentang Upacara Potong Gigi yang disebut Atatah. Baca tentang Mepandes, Potong Gigi, Metatah, Mesangih

Pustaka Siwa Eka Samapta Pratama
Pustaka Siwa Eka Samapta Pratama ini memuat tentang Manusa Yadnya dari segi Upacara dan Upakaranya sama seperti Pustaka Dharma Kahuripan tetapi agak ringkas dan menyebut juga Upacara Potong Gigi dengan Atatah

Pustaka Puja Kala Pati
Pustaka Puja Kali Pati ini menjelaskan tentang Upacara Potong Gigi mengenai tata cara juga pengertian filsafatnya. Dalam pustaka Puja Kala Pati ini ada petunjuk dari Bhatara Siwa kepada manusia kenapa harus melaksanakan Upacara Potong Gigi. Karena jika tidak melakukan maka mereka nanti setelah meninggal dunia maka arwahnya tidak akan bertemu dengan orang tuanya atau leluhurnya di alam Paratra atau Sorga. Baca tentang Dharmaning Yayah Rama Rena ring Putra

Pustaka Puja Kalib
Pustaka Puja Kalib memuat tentang Puja Astawa yang dipergunakan oleh para Sulinggih dalam memimpin Upacara Potong Gigi.

Sumber makalah Upacara Potong Gigi oleh Narasumber : Ida Pedanda Nabe Gde Putra Sidemen (RANBB)

Rabu, 11 Februari 2015

KUSUMADEWA

KUSUMADEWA LONTAR

Lontar Kusumadewa ini memaparkan tentang gegelaran pamangku yang meliputi kegiatan pamangku dalam urutan penyelesaian upacara di pura bersama dengan saa yang mengiringi. Urutan-urutan kegiatan itu ialah menyapu, membersihkan coblong, menggelar tikar, memetik daun, memasang caniga, membersihkan dan mengisi jun air. 



Menempatkan dupa di halaman palinggih, mempersembahkan dupa, mempersembahkan prayascita pada semua pelinggih, menyelesaikan segala sesuatu perlengkapan penyucian. Setelah urutan-urutan persiapan itu selesai, maka pamangku mohon perkenan Bhatara Siwa sudi hadir secara seksama pada diri pamangku itu. Baca Tugas Manggala Upacara

Pamangku mengucapkan saa pujian, mohon agar para Dewa/Bhatara menganugrahkan berkah, terhindar dari semua penderitaan. Dalam saa pujian itu terdapat mantra dewa-dewa dalam pengider-ider yang sesungguhnya semua dewa-dewa itu adalah ada Guru Dewa atau Bhatara Siwa

Kemudian Pamangku mempersembahkan semua banten piodalan, mulai dari Sanggar Agung, lanjut ke Padmasana, semua pelinggih, dan panggungan. 


Bagian akhir dari rangkaian upacara ini adalah persembahan kepada Bhatari Durga, Kala, Bhuta berupa bebangkit dan gelar sanga. Sebagai siddha ning don, tercapainya tujuan, pamangku mempersembahkan peras, dilanjutkan dengan masegeh agung, nglukar dan terakhir dengan matirtha.
Sumber : http://baliculturegov.com/2009-10-06-09-01-33/konsep-konsep-budaya.html

Senin, 09 Februari 2015

Lontar Dewa Tatwa

DEWA TATTWA 


Adapun materi pokok yang diajarkan dalam Lontar Dewa Tatwa ini adalah uraian tentang tata upacara mendirikan bangunan suci, arca, dan juga bermacam pedagingan bangunan suci dengan segala upakaranya. 

Dalam membangun tempat suci, seperti Meru, Gedong, Prasada, Padmasana, Ibu, semuanya hendak dilengkapi dengan Padagingan Nista, Madya, Utama. 

Tentang proses pembangunan tempat suci sepatutnya terlebih dahulu disucikan dengan upakara Prayascita, Suci, Pajati, Rayunan Putih Kuning, Pangambeyan, Sasayut Durmanggala, Pras, Panyeneng, Rantasan, Daksina, Sesari 500. 



Tentang Kahyangan tempat suci yang terkena musibah (cuntaka) hendaknya disucikan dengan upacara Manyawang, mohon perkenan wara nugraha Sang Hyang widhi dengan rentetan upacara Ngenteg Linggih Bhatara, menghilangkan kekotoran, akhirnya melaksanakan upacara Pasasapuh dengan menghaturkan upacara Guru Piduka, dan lain-lain. 

Selain itu, dalam lontar ini juga diuraikan mengenai Upacara Ngusabha Desa Nini dengan segala upakaranya, tata cara membangun Palinggih Prajapati dan juga upacara di Kuburan, upacara Malabuh Gentuh di laut, Panjegjengan Hyang Narmada, Pancawalikrama, tentang jenis sesayut dan kepada siapa ditujukan, tentang ruwatan Sang Hyang Aghora untuk menghilangkan segala kekotoran dalam tubuh, dll.

Sumber : http://baliculturegov.com/2009-10-06-09-01-33/konsep-konsep-budaya.html