Pages

Senin, 11 April 2022

FILSAFAT HINDU SAD DARҪANA

Apakah Sad Darҫana itu ?

 Apakah Sad Darҫana itu ? Sad Darҫana : berarti enam sistem filsafat Hindu yang terdiri dari : (1) Nyaya, (2) Vaisesika, (3) Sankhya, (4) Yoga, (5) Purwa Mimamsa, (6) Vedanta.

Adapun penjelasan singkat daripada sistem-sistem tersebut adalah sebagai berikut :






Artikel Terkait Vasudhaiva Kutumbakam :

1.      NYAYA

Adalah sistem realisme yang logis (Logical Realism). Sistem ini mempercayai eksistensi dunia luar yang tidak tergantung dari jiwa-jiwa yang memikirkannya dan berusaha untuk membentuk kepercayaan melalui pemikiran yang logis.

Menurut sistem Nyaya, ada empat alat untuk mencapai pengetahuan yang valid, yang memenuhi persyaratan, yaitu : persepsi (perception = pengamatan indria = pratyaksa), inferensi (inference = penarikan kesimpulan = anumana), komparasi (comparison = perbandingan = umpamanya), dan testimony (bukti yang berasal dari authoritas = ҫabda).

Sistem Nyaya ini mengenal 16 katagori yaitu :

1.          Alat-alat untuk memperoleh pengetahuan yang valid, yang memenuhi persyaratan (Pramana).

2.          Obyek-obyek pengetahuan yang memenuhi persyaratan (Prameya)

3.          Keragu-raguan (Samsaya)

4.          Tujuan (Prayojana)

5.          Contoh-contoh (Drstanta)

6.          Kesimpulan-kesimpulan yang telah terbentuk (Siddhanta)

7.          Bagian-bagian dari sylogisme (Avayava)

8.          Reductio ad absurdum (Tarka)

9.          Pengetahuan yang tertentukan (Nirnaya)

10.      Pengargumentasian untuk memperoleh  kenyataan (Vada)

11.      Pengargumentasian secara konstruktif atau secara destruktif untuk mencapai kemenangan (Jalpa)

12.      Pengargumentasian yang melulu bersifat destruktif (Vitanda)

13.      Alasan-alasan yang salah (Hetvabhasa)

14.      Permainan kata (Chala)

15.      Penolakan untuk memenangkan, yang tampaknya benar, tetapi sebenarnya salah (Jati)

16.      Titik-titik kelemahan (Nigrahasthana)

 

2.      VAISESIKA

Adalah sistem pluralisme atomistis, yang mempercayai pluralitas dari realitas dan menganggap dunia physik, alam jasmani ini, sebagai terdiri dari benda-benda, yang masing-masing dapat diredusir menjadi sejumlah atoom-atoom.

Sekalipun sistem Vaisesika ini pada mulanya merupakan sistem yang berdiri sendiri, tetapi begitu memulai masa perkembangannya segera bergabung dengan sistem Nyaya, karena ada hubungan meta-physika yang erat dengan sistem Nyaya.

Syncretisme dari Nyaya dan Vaisesika begitu lengkap, sehingga para penulis pada masa-masa belakangan, memperlakukannya sebagai sistem hyphenated, yaitu sistem Nyaya Vaisesika, yang merupakan gabungan theori pramana dari Nyaya, dan schema katagori-katagori (padartha) dari Vaisesika.

Doktrin yang paling penting dari Vaisesika, ialah mengenai katagori-katagori. Sistem katagori (padartha) adalah apa yang diketahui (jneya), dapat dikenal dengan melalui persyaratan-persyaratan (prameya), dan dapat dinamai atau ditunjukkan (abhid heyi). Jumlah katagori itu ada tujuh, yaitu : substansi (dravya), kwalitas (guna), aktivitas (karma), generalitas (samanya), particularitas (visesa), inherensi (samavaya), dan non-existensi (abhava).

Aslinya hanya ada enam katagori saja, lalu dengan ditambah katagori non-existensi (abhava), menjadi berjumlah tujuh.

 

 

3.      SANKHYA

Adalah suatu sistem realisme, dualisme dan pluralisme. Kita namakan realisme, karena Sankhya itu mengenal realitas dunia yang tidak tergantung dari jiwa atau roh; kita namakan dualisme karena Sankhya itu berpendapat bahwa ada dua realitas yang fundamental, dimana keadaannya yang satu berbeda dengan yang lain, yaitu zat (matter) dan roh (spirit); kita namakan pluralisme, karena Sankhya mengajarkan ajaran tentang pluralitasnya roh atau jiwa. Dengan pendek dapat kita katakan bahwa Sankhya itu adalah sistem dualisme yang bersifat kwalitatif dan adalah sistem pluralisme yang bersifat numerical.

Doktrin pokok dari Sankhya adalah bahwa di alam semesta ini terdapat dua katagori fundamental yang bersifat constitutive, dari realitas, yaitu purusa dan prakerti, atau roh (spirit) dan zat (matter). Purusa adalah kesadaran murni yang tidak mengalami perubahan dan bersifat multiple (banyak); prakreti adalah prius (dasar utama) dari sesuatu ciptaan yang sifatnya kaku dan tunggal.

Kedua hal tersebut yaitu purusa dan prakreti berlawanan secara diametrical, yang satu terhadap yang lainnya. Sekaligus purusa dan prakreti itu merupakan antithetical satu terhadap yang lainnya, namun terdapat kenyataan bahwa adanya evolusi dunia itu karena adanya kerja sama dari kedua unsur tersebut.

4.      YOGA

Sistem Yoga tidak mempunyai metaphysicanya sendiri. Sistem yoga menerima filsafat Sankhya dan memformulasikan suatu methode untuk mencapai tujuan manusia, seperti yang digambarkan oleh Sankhya.

Untuk mencapai tujuan hidup, yang harus dikerjakan ialah mengisolasikan purusa  dari  prakreti; pengisolasian itu dapat dilaksanakan dengan proses pengontrolan pikiran.


Artikel Terkait Vasudhaiva Kutumbakam :

Apabila pikiran dapat diterangkan dan dikosongkan, dan apabila di situ tidak ada refleksi lagi, maka purusa akan dapat menyadari sifatnya sendiri dan dapat menghindari jeratan prakreti. Methode untuk dapat menyadarkan purusa akan sifatnya sendiri itu disebut yoga.

5.      PURWA-MIMAMSA

Sistem-sistem filsafat yang telah kita bicarakan di muka, sekalipun menerima autoritas Kitab Suci Weda, dengan demikian kita namakan astika,  tetapi sistem-sistem filsafat tersebut tidak menggantungkan diri sepenuhnya kepada ajaran-ajaran Veda.

Sekarang akan kita bicarakan sistem-sistem filsafat yang secara ketat menggantungkan diri kepada Kitab Suci Weda; yaitu Purwa-Mimamsa dan Uttara-Mimamsa.

Seperti namanya telah menyebutkan, kedua mazab filsafat tersebut berturut-turut berusaha untuk mengadakan penyelidikan tentang bagian permulaan (Purwa) dari Kitab Suci Weda, dan bagian akhir (=Uttara) dari Kitab Suci Weda. Bagi Purwa-Mimamsa, bagian Weda yang penting yang diselidiki adalah, mengenai Brahmana;  sedangkan bagi Uttara-Mimamsa yang diselidiki adalah Upanisad.

Sekalipun kedua sistem tersebut mengikut secara setia kepada text-text dari Kitab Suci Weda dan mempelajarinya menurut ilhamnya sendiri-sendiri, tetapi kedua sistem itu dapat kita namai filsafat, karena yang menonjol dari ajarannya adalah segi methodenya yang berdasarkan penyelidikan yang rasional atau berdasar logika (mimamsa) itu.

Kalau Uttara-mimamsa  itu lebih dikenal dengan nama Vedanta,  maka Purwa-mimamsa demi untuk singkatnya kita namai mimamsa saja. Tujuan utama dari mimamsa ialah untuk membentuk authoritas Kitab Suci Weda, dan menonjolkan segi ritualnya dari Weda. Oleh karena itu dalam Purwa-Mimamsa ini juga dikenal dengan nama Karma-Mimamsa. Mengenai posisi philosophisnya, Purwa-Mimamsa ini banyak sedikitnya sama dengan realisme-pluralitasnya Nyaya-Vaisesika.

6.      VEDANTA

Berarti bagian akhir dari Kitab Suci Weda (Veda+anta). Perkataan anta , seperti perkataan bahasa Inggris end berarti titik akhir atau tujuan. Kitab Suci Upanisad dinamakan Vedanta, karena Kitab Suci Upanisad itu kebanyakan merupakan bagian penutup dari Kitab Suci Weda dan karena makna atau inti sari Weda itu terdapat pada Kitab-Kitab Suci Upanisad.

Sistem-sistem filsafat yang menganggap Kitab Suci Upanisad sebagai text-text-nya yang fundamental, dikenal juga dengan Vedanta. Kalau Mimamsa dan Vedanta itu dua-duanya berhubungan dengan Kitab Suci Weda, dan menganggapnya sebagai pramana  yang paling agung, maka perbedaannya terletak pada masalah : Bagian yang mana dari Kitab Suci Weda itu yang primair ?

Kalau segi ritualnya, maka Vedanta mendapatinya ada segi pengetahuannya. Karena di dalam ajaran Kitab Suci Upanisad yang membentuk bagian pengetahuan dari Kitab  Suci Veda itu, Brahman (Tuhan Yang Maha Esa) merupakan realitas yang tertinggi, maka Vedanta dinamakan Brahma-Mimamsa.

Oleh karena Kitab Suci Vedanta itu juga membicarakan sifat dari roh yang mempergunakan badan jasmani, maka Vedanta juga dinamakan Sariraka-Mimamsa.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas kunjungan dan kesan yang telah disampaikan