OM. SA, BA, TA, A, I, NA, MA, SI, WA, YA, AM, UM, OM

PRAKATA

Selamat Datang

Semangat Hindu merupakan blog bersama umat Hindu untuk berbagi berita Hindu dan cerita singkat. Informasi kegiatan umat Hindu ini akan dapat menumbuhkan semangat kebersamaan.
Semangat Hindu semangat kita bersama.

Bersama Semangat Hindu kita berbagi berita dan cerita, info kegiatan, bakti sosial dan kepedulian, serta kegiatan keagamaan seperti ; pujawali, Kasadha, Kaharingan, Nyepi, Upacara Tiwah, Ngaben, Vijaya Dhasami dan lain sebagainya.

Marilah Berbagi Berita, Cerita, Informasi, Artikel Singkat. Bagi yang mempunyai Web/Blog, dengan tautan URL maka dapat meningkatkan SEO Web/ blog Anda.

Terima Kasih
Admin

RANBB

---#### Mohon Klik Share untuk mendukung blog ini ####---

Jumat, 18 Oktober 2019

Percikan Dharma Hadapi Berbagai Bentuk Kejahatan



Percikan Dharma
Hadapi Berbagai Bentuk Kejahatan

Umat se-dharna, dalam kehidupan ada saja bentuk kejahatan yang harus dihadapi oleh umat manusia. Janganlah mundur menghadapi kejahatan? Hadapi orang hahat atau curang dengan ke
bijaksanaan, taklukkan orang yang bengkok dengan akal yang sehat, perlakukan orang yang jahat sesusi hukum (biarlah hukum yang melindungi atau menghukum mereka), jangan gentar menghadapi pelaku kejahatan, demikian pula jangan memakai ilmu sihir, sebab membahayakan pemakainya. Perlakukan orang lain sepantasnya dan bahkan sebagai sahabat.

Hadapi orang yang curang dengan bijaksana



Tvam mayabhir apa mayino
adham ah, svadhabhir ye adhi
suptav ajuhvata.

Rg Veda I. 52. 5

Artinya
Sang Hyang Indra, Engkau meremukan orang-orang yang licik yang menaruh sesaji-sesaji di dalam mulut mereka sendiri, dengan alat-alatmu yang baik.

Ulasan
Bahwa dalam kehidupan ini ada saja yang melakukan kecurangan atau kejahatan sehingga membahayakan hidup manusia. Untuk itu hadapi semua kejahatan atau kecurangan dengan sikap bijaksana agar kita tetap wasapada dan terhindar dari segala bahaya yang setiap saat menghampiri hidup kita.

Demikian yang bisa dilakukan agar bisa terhindar dari kejahatan atau kecurangan dalam hidup di dunia ini. Oleh karena itu jangan ragu untuk tetap melaksanakan kebajikan agar selalu tetap terhindar dari segala kejahatan atau kecurangan dalam hidup ini.

Sabtu, 07 September 2019

Percikan Dharma Pikiran Yang Baik



Percikan Dharma
Pikiran Yang Baik

Umat se-dharna, dalam kehidupan ini kita harus selalu berpikir yang baik atau positif karena akan membawa aura yang positif pula. Oleh karena itu hendaklah pikiran jangan sampai kosong sehingga tidak mudah dimasuki hal-hal yang tidak baik.

Seperti dalam kitab Yajur Veda XXXIV. 2



Yat prajananam uta ceto dhrtisca
Yajjyotirantar amrtam prajasu,
yasmanna 'rte kincana karma kriyate
tanme manah sivasamkalpam astu.

Artinya
Yang menjadi sumber pengetahuan utama, dan merupakan kecerdasan serta kekuatan pikiran, yang merupakan api yang tak kunjung padam pada makhluk hidup, apa adanya itu kita tidak mampu berbuat apa-apa, semoga pikiran kami selalu mengarah kepada yang baik.

Ulasan
Bahwa sesungguhnya pikiran harus dibiasakan pada hal-hal yang baik dan positif sehingga apa yang ada dalam pikiran nantinya itu yang akan dikerjakan atau dilalsanakan. Untuk itu dengan pikiran yang selalu baik dan positif tentunya akan membawa dampak yang baik pula dalam kehidupannya.

Oleh : Bapak Aris Widodo

Minggu, 23 Juni 2019

Percikan Dharma Kedamaian



Percikan Dharma
Kedamaian

Umat se-dharna, dalam kehidupan sering kali kedamaian menjadi impian setiap orang. Kedamaian atau ketentraman batin adalah dambaan setiap makhluk, tidak hanya bagi umat manusia, tumbuhan dan binatang pun memerlukan kedamaian itu.

Demikianlah sabda suci Veda mendambakan kedamaian untuk segalanya, utamanya lingkungan sekitar kita. Kedamaian yang sejati sumbernya adalah bersatunya Atman, sumber hidup setiap makhluk dengan Brahman atau Tuhan Yang Maha Esa. Kedamaian bukan untuk saat ini, tetapi juga untuk masa yang akan datang.

Semoga seluruh dunia memperoleh kedamaian.

Santa dyauh santa prthivi,
santam idam urvantariksam.
santa udanvatir apah,
santa nah santu-osadhih.

Atharva Veda XIX. 9.1



Artinya
Semoga langit penuh damai. Semoga bumi bebas dari gangguan-gangguan. Semoga suasana lapisan udara yang meliputi bumi (atmosfir) yang luas menjadi tenang. Semoga perairan yang mengalir menyejukkan dan semoga semua tanaman dan tumbuhan menjadi bermanfaat untuk kami.

Ulasan
Bahwa kedamaian merupakan kebutuhan setiap manusia untuk kehidupan saat ini maupun yang akan mendatang karena selalu dinantikan. Oleh karena itu dengan kedamaian pasti akan memudahkan untuk dapat berbuat sesuai dengan hati nurani.

Demikian dalam kehidupan ini yang dicari kedamaian dihati, damai di dunia, dan damai selamanya sesuai dengan penutup salam untuk umat Hindu yaitu Om Santih, Santih, Santih Om.

Kamis, 16 Mei 2019

Percikan Dharma Kesejahteraan, Keserasian dan Kerukunan Keluarga

Percikan Dharma
Kesejahteraan, Keserasian dan Kerukunan Keluarga

Umat se-dharma, perlu diketahui bahwa dalam kehidupan ini keluarga merupakan dasar sebuah masyarakat. Oleh karena itu tanpa adanya keluarga-keluarga kecil ini masyarakat tidak terbentuk, sehingga dengan keluarga kecil-kecil ini menjadi besar akhirnya membentuk masyarakat dan jadinya sebuah negara.



Pasangan suami-istri mampu mewujudkan kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan dengan mengembangkan cinta kasih yang mendalam, melakukan kerja keras untuk kemakmuran, menumbuhkan keserasian dalam keluarga, tidak memperturutkan dorongan nafsu seksualitas, tetap riang genbira, memperhatikan kesehahteraan orang tua, memiliki keberanian, tidak takut, sabar dan percaya diri, menjadikan rumah sebagai sorga di bumi, dengan menanam bunga-bunga yang indah dan mengembangkan pikiran mulia serta hidup nyaman.

Lakukan kerja keras untuk kemakmuran

Agne sardha mahate saubhagaya
tava dyumnani-uttamani santu.

Rg Veda V. 28. 3

Artinya
Wahai orang yang mulia, berusahalah yang lebih besar. Semoga kemasyuranmu dan kekayaanmu menjadi unggul.

Ulasan
Bahwa dalam kehidupan sebuah keluarga yang akan dicari adalah kemakmuran dan kesejahteraan, agar kehidupannya menjadi sejahtera. Oleh karena itu hendaknya berusaha dengan bekerja keras yang akhirnya akan mendapatkan hasil yang majsimal.

Demikian keluarga menjadi tumpuhan bagi anak istri yang selalu mendambakan hidup makmur dan sejahtera yang hanya bisa didapatkan dengan kerja keras dengan jalan dharma yang mampu memberikan kesejahteraan yang sesungguhnya. Inilah yang menjadi modal dalam keluarga sehingga kerukunan dalam keluarga akan terbina dengan baik dan nyaman.

Oleh : Aris Widodo



Rabu, 15 Mei 2019

Percikan Dharma Jalan Perbuatan (Karma Marga)

Percikan Dharma
Jalan Perbuatan (Karma Marga)

Umat se-dharma, dalam kehidupan ini untuk dapat mencapai tujuan utama umat Hindu yaitu Moksartham Jagadhita ya ca iti dharma salah satunya yaitu jalan perbuatan. Oleh karena berbuat baik, benar, giat, jujur dan tidak malas disabdakan dalam sabda suci Hyang Widhi.

Jalan perbuatan ini disebut jalan Karma Marga. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa jalam Karma Marga dan Bhakti , demikian Karma dan Jnana, Jnana dan Raja Marga. Sesungguhnya semua jalan hampir sama cuma pemahaman dan kemampuan umat manusia mengkuti jalan-jalan itu berbeda-beda. Jalan perbuatan menekankan pada kerja keras, kejujuran dan meyakini setiap perbuatan bila dikerjakan dengan baik sesuai dengan ajaran-Nya, maka seseorang juga akan sampai kepada-Nya.

Kerja yang jujur



Aksair ma divyah krsim it krsasva
vite ramasva bahu manyanmanah,
tatra gavah kitava tatra jada
tanme vi caste sarvitayam aryah.

Rg Veda X. 34. 13

Artinya
Jangan bermain dadu, tanamilah ladangmu; Berbahagialah  dengan kekayaan itu, banggakanlah itu. Wahai penjudi, ingat ternakmu dan ingat istrimu. Demikianlah nasehat Swanita yang mulia.

Ulasan
Bahwa dalam hidup ini penuh liku-liku maka jangan pernah gunakan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Karena kesempatan hidup tidak selamanya seperti ini kadang kehidupan nanti tidak sama karena karna wasana mengikuti kehidupan selanjutnya.

Oleh karena itu gunakan kesempatan seperti ini untuk kerja kerja dan kerja secara jujur agar dapat hasil yang maksimal. Demikian dengan kerja secara jujur tanpa pamrih bisa membawa kita menuju Moksartham jagadhita ya ca iti dharma.

Oleh : Aris Widodo


Senin, 08 April 2019

Percikan Dharma Pengorbanan Suci (Yajna).

Percikan Dharma
Pengorbanan Suci (Yajna).


Umat se-dharma, dalam hidup ini pasti ada suatu pengorbanan suci yang harus dilakukan oleh manusia itu sendiri. Untuk itu perlu sekali dilakukan agar hidup ini menjadi lebih indah dan memberikan inspirasi untuk selalu melakukan korban suci.

Yajna adalah korban suci, yaitu yang dilandasi oleh kesucian hati, ketulusan dan tanpa pamrih. Yajna mengandung pengertian yang sangat luas, jauh lebih luas dibandingkan dengan pengertian upacara atau upakara. Yajna merupakan pusat alam semesta, diciptakan atas dasar Yajna, keiklhasan-Nya selanjutnya beliau bersabda supaya setiap manusia mengikuti jejak-Nya.

Orang yang telah melakukan yajna memperoleh pencerahan batin. Demikian pula dalam kehidupan modern, donor darah ataupun donor organ tubuhpun dapat disebut sebagai Yajna yang utama. Oleh karena itu dengan yajna yang kita lakukan niscaya semua anugrah pasti didapatkannya.

Pengorbanan untuk kebahagiaan abadi

Svar yanto napeksanta,
a dyam rohanti rodasi

yajnam ye vi vatodharam,
suvidvamso vitenire

Yajur Veda XVII. 68

Artinya
Para sarjana yang terkenal yang melaksanakan pengorbanan, mencapai kahyangan (swarga) tanpa suatu bantuan apapun. Mereka membuat jalan masuk mereka dengan mudah ke kahyangan (Swarga), yang menyeberangi bumi dan wilayah pertengahan.

Ulasan
Bahwa sesungguhnya dalam hidup ini ada sesuatu yang perlu dikorbankan yaitu apa yang kita punya tentunya, namun demikian apapun yang Ä·ita korbankan apabila didasari dengan keikhlasan niscaya akan membuahkan hasil yang sesuai dengan pengorbanan tersebut.

Dengan pengorbanan yang tulus dan ikhlas dan tanpa pamrih pasti Hyang Widhi akan memberikan yang terindah dalam hidupnya.

oleh : Bapak Aris Widodo


Jumat, 29 Maret 2019

Percikan Dharma Susila



Percikan Dharma
Susila

Umat se-dharma, bahwa dalam kehidupan ini sangat diperlukan untuk menjalankan semua aktivitas sehari-hari yaitu tentang susila. Dalam suatu percakapan antara sisya dan guru, sisya. bapa, saya sangat jarang mendengar kata-kata Tat Twam Asi, apa yang dimaksudkan.

Guru, Tat Twam Asi yaitu kata-kata yang ada di filsafat Hindu yang mengajarkan tentang tingkah laku yang adiluhung tanpa batas sebab dimengerti oleh semua umat manusia, sebab aku adalah kamu, aku yaitu kamu dan semua makhluk hidup saling tolong menolong orang lain maksudnya menolong dirinya sendiri. Dan apabila kita menyakiti orang lain berarti menyakiti diri sendiri.

Tat artinya itu (aku), Twam artinya kamu dan Asi artinya yaitu. Untuk dapat mewujudkan jiwa sosial, fiksafat hidup Tat Twam Asi wujud dari dasar dari susila atau etika Hindu.

Susila artinya tingkah laku atau perbuatan yang baik dan mulia yang sesuai dengan peraturan-oeraturan tentang dharma dan yadnya. Bahwa dharma dalam susila itu yaitu hubungan yang baik antara manusia dengan Tuhan, hubungan dengan manusia lainnya dan hubungan debgan alam semesta. Hubungan yang selaras dengan dasar yadnya yaitu korban suci yang berdasar rasa ikhlas serta kasih sayang, memberikan kamakmuran.

Demikian susila atau etika yang bisa membuat manusia memanjakan hidupnya dengan baik, karena susila mengajarkan hal-hal yang baik dan bijak.

oleh : Aris Widodo

Minggu, 10 Maret 2019

Percikan Dharma Pemimpin Menurut Asta Brata

Percikan Dharma
Pemimpin Menurut Asta Brata


Umat se-dharma, perlu kita ketahui bahwa suatu bangsa pasti ada seseorang yang akan menjadi pemimpin. Untuk itu pemimpin yang baik dalam memimpin suatu bangsa menurut Asta Brata. Asta Brata artinya ajaran utama rentang kepemimpinan, yang merupakan petunhuk Sri Rama kepada Bharata (adiknya) yang akan dinobatkan menjadi raja Ayodhya.



Asta Brata disimbolkan dari sifat-sifat mulia dari alam semesta yang patut dijadikan pedoman bagi setiap pemimpin yaitu:



1. Indra Brata. Seorang pemimpin hendaknya seperti hujan yaitu senantiasa mengusahakan kemakmuran bagi rakyatnya dan dalam tindakannya dapat membawa kesejukan dan penuh kewibawaan.

2. Yama Brata. Pemimpin hendaknya meneladani sifat-sifat Dewa Yama yaitu berani menegakkan keadilan menurut hukum atau peraturan yang berlaku demi mengayomi masyarakat.

3. Surya Brata. Pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat seperti Matahari (Surya) yang mampu memberikan semangat dan kekuatan pada kehidupan  yang penuh dinamika dan sebagai sumber energi.

4. Candra Brata. Pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat seperti Bulan yaitu mampu memberikan penerangan bagi rakyatnya yang berada dalam kegelapan/kebodohan dengan menampilkan wajah yang penuh kesejukan dan penuh simpati sehingga masyarakatnya merasa tentram dan hidup nyaman.

5. Vayu Brata. Pemimpin hendaknya ibarat angin, senantiasa berada ditengah-tengah masyarakatnya, memberikan kesegaran dan selalu turun ke bawah untuk mengenal denyut kehidupan masyarakat yang dipimpinnya.

6. Bhumi Brata (Danada). Pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat utama dari Bumi yaitu teguh, menjadi landasan berpijak dan memberi segala yang dimiliki untuk kesejahteraan masyarakatnya.

7. Varuna Brata. Pemimpin hendaknya bersifat seperti Samudra yaitu memuliki wawasan yang luas, mampu mengatasi setiap gejolak (riak) dengan baik, penuh kearifan dan kebijaksanaan.

8. Agni Brata. Pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat mulia dari Api yaitu mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan, tetap teguh dan tegak dalam prinsip dan menindal/menghanguskan ysng bersalah tanpa pilih kasih.

Demikianlah seharusnya seorang pemimpin harus memiliki semua sifat-sufat alam semesta kalau bisa minimal salah dua atau satu sehingga rakyat benar-benar diperhatikan oleh pemimpin tersebut.

Narasumber : Aris Widodo

Senin, 04 Maret 2019

Percikan Dharma : Empat jalan menuju Moksa



Empat jalan menuju Moksa




Umat sedharma, perlu diketahui bahwa dalam perjalanan hidup ini ada empat jalan menuju Moksa yaitu:
1. Bhakti Marga
2. Karma Marga
3. Jnana Marga
4. Raja Marga

Bhakti Marga, jalan yang biasa dan mudah dilaksanakan umat Hindu untuk menuju Moksa yaitu dengan jalan kasih sayang, sembahyang sehari-hari, denfan melaksanakan itu semua dengan lascarya niscaya akan mendapatkan kemudahan jalan menuju Moksa. Dengan kasih sayang, mencintai atau menyayangi semua makhluk hidup merupakan sebuah kebutuhan dimana semua mahkluk hidup diciptakan oleh Hyang Widhi, oleh karena itu kita harus saling nemyayanginya. Sembahyang merupakan sembah dan Hyang artinya kita harus selalu ingat bahwa kita diciptakan oleh Hyang Widhi sehingga harus bersyukur dan bhakti kepada Beliau agar selalu diberikan keselamatan dan kebahagiaan.

Bagaimana Cara Mendapat Moksa


Karma Marga, jalan yang harus dilaksanakan umat Hindu untuk menuju Moksa yaitu jalan kerja, kerja dan kerja tanpa pamrih yang harus dilaksanakan untuk dapat tiket menuju Moksa karena dengan jalan kerja tanpa pamrih niscaya semua akan mudah menuju Moksa. Hanya dengan kerja, kerja dan kerja tanpa memikirkannhasilnya itulah yang biasa digunakan untuk bhakti kepada Hyang Widhi.

Jnana Marga, jalan yang harus dilaksanakan umat Hindu untuk menuju Moksa yaitu jalan pengetahuan, dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya bisa mengantarkan kita menuju Moksa. Oleh karena itu gunakan ilmu pengetahuan yang kita miliki sebarkan atau bagikan kepada mereka yang membutuhkan sehingga bermanfaat untuk kehidupannya di dunia ini. Hanya dengan jalan pengetahuan ini bisa mengantakan kita menggapai Moksa yang menjadi tujuan akhir umat Hindu.

Raja Marga, jalan yang harus dilaksanakan umat Hindu menuju Mojsa yaitu jalan tapa, brata, yoga dan semadi, dengan jalan ini umat Hindu bisa menuju Moksa. Namun jalan ini sangatlah sulit untuk dilaksanakan karena harus dengan niat yang tulus dan kemampuan yang lebih untuk dapat melaksanakannya. Karena jalan tapa, brata, yoga dan semadi ini sangat membutuhkan energi yang lebih, namun apabila mau dan.mampu untuk melaksanakannya niscaya lebih cepat untuk mencapai Moksa.

Demikian empat jalan menuju Moksa ini dapat dilaksanakan dengan penuh percaya diri niscaya semua mendapatkan  hasil sesuai dengan kemampuannya, bileh dipilih mana jalan yang bisa untuk mencapai Moksa itulah kita sendiri yang bisa memprediksinya. Namun jangan disalah artikan bahwa empat jalan ini diputarbalikkan dengan jalan bahwa bisa memakai jalan agama lain, hanya di Hindu lah Hyang Widhi memberikan jalan untuk menuju Moksa yang lain lewat.

nara sumber : Aris Widodo

Selasa, 19 Februari 2019

Konsepsi Hukum Menurut Weda



Percikan Dharma
Kewaspadaan
Umat se-dharma, dalam kehidupan selalu butuh kewaspadaan agar selalu selamat dari orang-orang yang tidak menyukainya. Untuk itu sebagai manusia berusaha waspada agar kehidupannya mampu membuat terlepas dari keresahan dalam hidupnya.

Kewaspadaan menuntun seseorang mencapai keberhasilan. Dengan waspada  tumbuh kesadaran tentang sesuatu, bermanfaat atau tidak. Kesadaran ini melindungi kehidupan umat manusia. Kewaspadaan mengasah perhatian dal pencegahan tindakan yang membayakan. Bila seseorang senantiasa waspada, maka ia akan memperoleh keselamatan.

Kewaspadaan melindungi manusia

Bodhasca tva pratibodhasca raksatam.

Atharva Veda VIII. 1. 13

Artinya
Kewaspadaan dan pengetahuan melindungi anda.

Ulasan
Bahwa kewaspadaan dalam hidup yang serba global ini sangat membutuhkan sesuatu yang akan membuat nyaman dan tentram, sehingga nantinya mereka akan merasakan manfaat kewaspadaan yang telah mereka lakukan. Oleh karena itu dengan kewaspadaan yang sangat tinggi akan membuat hidup mereka lebih percaya diri dalam kehidupannya.

Perciksn Dharma
Konsepsi Hukum Menurut Weda
Umat se-dharma, dalam ilmu hukum dibedakan antara Statuta Law dan Common Law atau Natural Law. Statuta Law adalah hukum yang dibentuk dengan  sengaja oleh penguasa, sedangjan Common Law atau Natural Law adalah hukum alam yang ada secara alamiah.

Unsur-unsur yang terpenting dalam peraturan-peraturan hukum memuat dua hal yaitu:
1. Unsur yang sifatnya mengatur atau normatif.
2. Unsur yang sifatnya memaksa atau represif.
Rta dan Dharma dalam Weda mempunyai pengertian yang sama tentang unsur-unsur hukum. Baik Rta dan Dharma, kedua-duanya berarti hukum dalam hukum Hindu. Rta adalah hukum alam yang bersifat abadi, sedangkan Dharnma adalah hukum duniawi, baik yang ditetapkan maupun tidak.

Istilah lain tentang hukum dalam hukum Hindu adalah Widhi, Drsta, Acara, Wyawahara, Nitisastra, Rajaniti, Arthasastra yang penggunaannya relatif menurut tujuannya. Yang terpenting dari istilah-istilah itu adalah Dharma sebagai istilah yang umum dalam ilmu hukum Hindu, karena kata Dharma mengandung 2 (dua) pengertian yaitu:
1. Dharma sebagai norma.
2. Dharma sebagai pengertian keharusan yang kalau tidak dilakukan atau dilaksanakan dapat diancam dengan suatu sanksi hukum.

Percikan Dharma
Ikuti Jalan Kebajikan

Umat se-dharma, dalam kehidupan ini adakalanya kita sering lupa akan jalan yang seharuanya kita jalani. Oleh karenanya ikuti jalan kebajikan agar hidup ini menjadi lebih baik lagi dari pada kehidupan dahulu.

Seseorang hendaknya selalu mengikuti jalan yang benar, jalan kabajikan, sebab siapa saja yang berjalan di jalan yang benar (dharma) akan memperoleh kemakmuran, jasa dan kabajikan. Dekatkanlah diri kita kepada Hyang Widhi untuk senantiasa mendapatkan bimbngan-Nya.

Orang yang memiliki keyakinan menjalankan kebenaran, maka kebajikannya itu akan melenyapkan kesusaham dan dengan kebajikan dapat menolong diri sendiri. Dengan menjalankan dharma tentu kita akan mudah dalam mengarungi kehidupan dalam masyarakat yang majemuk ini.

Selalu mengikuri jalan kebajikan

Svasti pantham anu carema
surya-candramasav iva.
punar dadataghnata
janata sam gamemahi.

Rg Veda V. 51. 15

Artinya
Mari kita terus berjalan pada jalan yang benar seperti jalannya matahari dan bulan. Kita seharusnya bergaul dengan orang-orang yang bermurah hati yang puas (dengan diri sendiri) dan yang berpengetahuan tinggi.

Ulasan
Bahwa dalam kehidupan di dunia ini apabila ingin hidup bahagia dan sejahtera maka kita harus selalu berjalan sesuai dengan ajaran-ajaran yang terdapat dalam kitab suci Veda. Oleh karena itu dengan cara menjalankan setiap ajaran yang terdapat dalam kita suci Veda pasti akan mudah mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia maupun di alam lain setelah kehidupan di dunia berakhir.

Dengan menjalankan kebenaran dalam hidup ini serta bergaul dengan orang-orang yang berpengetahuan tinggi maka akan membawa dampak yang baik buat mereka yang sama-sama menjalankan kebenaran.

Sumber : WA Grup PHDI Banten : Aris Widodo

Senin, 11 Februari 2019

Naskah Mimbar Agama Hindu Acara Talkshow Radio.

Dalam acara Talkshow atau bincang-bincang biasanya dipersiapkan naskah siaran agar dapat berjalan dengan baik dan lancar. Naskah yang dipersiapkan disesuaikan dengan tema yang akan diperbincangkan. Seperti halnya kegiatan Talkshow mengenai Mimbar Agama Hindu dengan tema Makna Sembahyang bagi umat Hindu. Berikut Admin postingkan naskah Talkshow yang dapat dipersiapkan saat acara Talkshow, sumber-sumber naskah dari literatur kami, klik disini semoga bermanfaat.


Penyiar :
Membuka acara talkshow
Penyiar :   
Apa yang dimaksud dengan bersembahyang menurut agama Hindu. Mohon penjelasannya.
Narasumber :
Pendengar yang budiman. Sembahyang atau bisa disebut puja, artinya menyembah atau memuja Tuhan, Ida SangHyang Widhi Wasa, yang disampaikan dengan mantra, baik itu mantra dalam bahasa Sanskerta ataupun bahasa daerah kita, kemudian dilakukan dengan sikap tubuh tertentu, seperti duduk bersila untuk laki-laki dan duduk bersimpuh untuk perempuan serta dengan sikap tangan tertentu.

Penyiar :     
Lalu apa yang dimaksud denan  berdoa. Mohon penjelasannya.


Narasumber : 
Sedangkan berdoa, doa berasal dari bahasa Arab yang artinya memohon, bisa dilakukan dengan bebas, tidak perlu bahasa khusus atau sikap khusus. Ada yang hanya dengan menengadahkan tangan saja atau menundukkan kepala.

Penyiar :    
Apakah bisa diuraikan arti kata Sembahyang ?
Narasumber :
Sebutan “Sembahyang” berasal dari dua kata yaitu sembah dan hyang .
Sembah adalah memberikan dengan tulus ikhlas rasa hormat atau menyajikan dengan hati yang bersih tanpa meminta imbalan. Tata krama bersembah merupakan laku layan atas dasar pengabdian. Sama sekali tidak ada unsur paksaan atau dibawah tekanan dan ancaman apapun karena laku sembah merupakan kesadaran tertinggi.
Hyang ( eyang, biyang, moyang ) adalah bibit-bibit (cikal bakal) atau inti segala sumber. Pada pengertian yang lebih luah-mendalam maknanya ialah yang menyebabkan terjadinya sesuatu keberadaan dan keadaan atau sebagai sebab atas segala kejadian.
Maka Ber-Sembahyang  adalah menyediakan atau memberikan diri secara tulus penuh kepasrahan (sukarela) untuk dihidupkan oleh Hyang Maha Kuasa (sebagai sumber inti dari segala keberadaan dan keadaan).

Penyiar :     
Lalu benarkah bersembahyang itu lama ?
Narasumber  :
Para Pendengar Radio RRI Banten yang berbahagia. Bersembahyang itu tidak lama. Segala sesuatu yang kita lakukan dengan penuh keyakinan dan ketulusan, tidak ada waktu yang relatif lama. Duduk di hadapan Hyang Widhi seharusnya kita berbahagia, gembira dan tenang, karena waktu kita memang untuk Hyang Widhi.

Penyiar :     
Bersembahyang itu  kenapa harus didahului dengan ber-Trisandya.
Narasumber   :
Ber-Trisandya termasuk dalam bersembahyang harian, karena dalam agama kita ada waktu-waktu tertentu dalam bersembahyang, yang pertama pada hari raya umum, seperi Galungan dan Kuningan, Saraswati, Siwaratri dan lain sebagainya. Kemudian yang kedua kita bersembahyang pada saat ada upacara-upacara Panca Yadnya, yang ketiga secara berkala, seperti Purnama-Tilem, Tumpek, atau Rerainan. Dan Tri Sandya dikatagorikan dalam bersembahyang harian, rutin, Nitya Karma Puja yang dilakukan tiga kali sehari yang menurut petunjuk Kitab Suci Rg Weda Mandala V sukta 54 mantra 6 dan Rg Weda Mandala VIII sukta 31 mantra 1. Ini disebut Tri Sandya  (Tiga Peralihan Waktu)

Penyiar :   
 Dalam Sastra atau kitab suci Hindu, dimana terdapat petunjuk yang berkaitan dengan Tri Sandya itu.
Narasumber   :
Petunjuk tentang Tri Sandya terdapat dalam Veda dan di dalam Taittiriya Upanisad bahwa pelaksanaan sembahyang waktunya adalah pada saat sandya (peralihan waktu, yaitu pagi, tengah hari dan menjelang malam). Demikian juga petunjuk di dalam Chandogya Upanisad; prapataka II, canda 24, mantra 1, ketiga waktu sembahyang itu disebut dengan istilah Pratah Savanam (pagi), Madyandina Savanam (tengah hari) dan Trtiya Savanam atau disebut juga Sandya Savanam (menjelang malam).

Penyiar : 
Tadi disampaikan bahwa bersembahyang itu adalah menyembah Ida Sanghyang Widhi yang diiringi dengan mantra. Apakah Mantra itu ? Mohon pencerahannya.
Narasumber  :
 Pendengar yang budiman. Salah satu kata yang paling luas dipergunakan dalam teks keagamaan yang berbahasa Sanskerta adalah Mantra. Secara etimologi Mantra didefinisikan sebagai “Itu yang melindungi” . TRA ; Melindungi, to protect, ketika diucapkan secara berulang dan direnungkan. MAN ; berpikir, merenung, to think, to reflect.
Kata Mantra mempunyai dua arti; bagian-bagian yang berbentuk puisi dari Veda dan nama-nama dan suku kata yang digunakan untuk mengidentifikasikan atau mengambil hati para Dewa. Yang pertama bersifat Veda dan yang kedua bersifat Tantrik.

Penyiar :  
Selain dengan cara Bersembahyang, kegiatan apa lagi yang merupakan bagian dari ibadah Umat Hindu ?
Narasumber :
Dalam agama Hindu, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan Tuhan bisa dalam bentuk Yadnya dan Yoga. Pemujaan kepada Tuhan dengan penuh cinta;
bhajan, atau bhajana , dari akar bhaj = mencintai, memuja, memuji, kidung, japa bhakti secara individu atau kelompok untuk memuja Yang Suci.
Kirtana atau kirtanam = menyanyikanpujian kepada Tuhan,
Japa, salah satu dari sembilan bentuk bhakti.
Kidung-kidung yang indah itu adalah ekspresi rasa cinta dan keindahan kita kepada Tuhan, dalam aspek Saguna Brahman.
Sembahyang sebenarnya adalah bentuk dari Bhakti Yoga. Sedangkan Jnana Yoga dan Raja Yoga, meditasi (Dhyana Yoga) adalah bentuk hubungan kita dengan Tuhan dalam aspek Nirguna Brahman.

Penyiar :
Apa perbedaan masing-masing sembah pada sembahyang Panca Sembah ? mohon pencerahannya
Narasumber    :
Sembah pertama itu adalah penyucian atman, sembah kedua memohon agar Siwa Raditya berkenan sebagai saksi. Sembah ketiga, pemujaan untuk Brahman atau Istadewata, termasuk para leluhur yang setingkat dengan dewata. Sembah keempat permohonan anugrah, dan ke lima ucapan terima kasih.

Penyiar : 
Setelah bersembahyang kita mendapat Tirtha dan Bija, mohon pencerahannya Apa manfaat Tirtha dan Bija ?
Narasumber    :
Di dalam Veda disebutkan manfaat tirtha sebagai berikut :
“Bersihkan, Air, apapun dosaku, kesalahanku apapun yang telah kulakukan, kutukan apapun yang telah kukatakan, dan kebohongan apapun yang telah kuucapkan”
Tirtha adalah air suci, yaitu air yang telah disucikan dengan suatu cara tertentu; Pertama dengan cara memohon dihadapan pelinggih Ida Bhatara melalui upacara tertentu. Yang kedua dengan cara membuat (ngareka) yang dilakukan dengan mengucapkan puja-mantra tertentu, tentunya hanya oleh orang yang sudah berwenang, yaitu seorang Pandita, Pedanda, Sulinggih lainnya.
Kemudian Bija, mebija dilakukan setelah metirtha merupakan rangkaian terakhir dari suatu upacara persembahyangan. Bija atau Wija adalah lambang dari Kumara, yaitu putra atau wija Bhatara Siwa. Mabija mengandung makna menumbuh-kembangkan benih ke-Siwa-an itu dalam diri manusia.

Penyiar : Closing



Selasa, 22 Januari 2019

Percikan Dharma : Jangan Berjudi

Percikan Dharma
Jangan Berjudi
Sumber : Bapak Aris Widodo

Umat se-dharma, dalam kehidupan di dunia ini sering terjadi hal yang seharusnya tidak dilakukan sebaliknya dilakukan yaitu berjudi. Mengapa demikian karena berjudi akan membuat hidup tidak akan tentram.

Tuhan Yang Maha Esa/ Sang Hyang Widhi Wasa mengamanatkan supaya umat-Nya jangan melakukan berjudi. Hal ini ditegaskan dalam kitab suci Weda. Berjudi apapun bentuknya tidak dibenarkan oleh agama. Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa menyatakan bahwa merusak keharmonisan hidup masyarakat.


Judi sering dikaitkan dengan kesenangan sesaat yang mampu membius mereka yang suka melakukan berjudi sehingga sampai lupa akan tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga yang harus mereka hidupi. Kalau judi sudah merasuk dalam sanubari sering lupa akan anak dan istrinya karena kesenangan sesaat yang mampu menghancurkan biduk rumah tangganya.

Berjudi merusak kehidupan keluarga



Jaya tapyate kitavasya hina
mata putrasya caratah kva svit,
mava bibhyad dhanam icchamanah
anyesam astam upa naktam eti.

Rg Veda X. 34. 10

Artinya
Isteri seorang penjudi yang mengembara mengalami penderitaan yang mendalam di dalam kemelaratan dan ibu seorang putra yang berjudi semacam itu tetap dirudung derita. Dia, yang dalam lilitan hutang dan dalam kekurangan uang, memasuki rumah orang-orang lainnya dengan diam-diam di malam hari.

Ulasan
Bahwa dalam kehidupan ini sering terjadi rumah tangga yang tidak harmonis disebakkan oleh karena perjudian. Ini semua karena kesenangan sesaat yang dijumpai dalam kehidupan dimana masyarakat masih belum sepenuhnya sadar akan arti kesenangan sesaat tersebut.

Memang dalam berjudi dapat membuat kita terlena akan kesenangan sesaat yang bisa dinikmati pada saat itu saja, namun tidak terpikirkan dampak yang akan diterima oleh keluarga yang di tinggalkan dalam perjudian tersebut. Terkadang karena telalu asyiknya dalam berjudi lupa akan kewajiban sebagai seorang kepala keluarga, sehingga bisa berhari-hari tidak pulang hanya karena perjudian belum usai bahkan sampai apa saja yang dipunyainya dipertaruhkan dalam perjudian.

Untuk itu perjudian janganlah hemdaknya dilakukan karena akan menyengsarakan keluarga dan masyarakat di sekitarnya. Oleh karena dalam kitab suci Veda juga melarang segala jenis perjudian agar kehidupan mereka tetap harmonis dan bahagia selalu.

Demikian yang harus diperhatikan bahwa perjudian selamanya akan membuat sengsara dan tidak membawa kebahagiaan bagi keluarga dan masyarakat sekelilingnya.

Selasa, 15 Januari 2019

Percaya Diri Percikan Dharma



Percikan Dharma
Percaya Diri


Umat se-dharma, perlu diketahui bahwa percaya diri merupakan keyakinan yang mwngantarkan menuju keberhasilan. Orang yang memiliki kepercayaan diri tidak ragu-ragu untuk bertindak di jalan yang benar. Orang yang bijaksana menjadikan kepercayaan diri sebagai sebagai bentuk pertolongan yang menyelamatkan. Keparcayaan diri akan tumbuh bila kita memiliki wawasan yang luas terhadap kebenaran, kebajikan, hukum dan keluhuran budi.

Kepercayaan diri memberi keyakinan

Svah svaya dhayase
krnutam rtvig rtvijam.
stomam yajnam cad aram
vanema rarima vayam.

Reg Veda II. 5.7

Artinya
Buatlah dirimu sendiri cukup dan tergantung atas dirimu sendiri, hendaklah penganut melaksanakan persembahan (yajna) musiman. Kami memberikan uang dalam derma (amal/punia), oleh karenanya kami mencapai kehormatan dan kemasyuran.

Ulasan
Bahwa apabila kita punya keyakinan atas diri sendiri niscaya semua masalah yang ada dalam dirinya akan teratasi dengan sendirinya. Oleh karena itu hendaklah kepercayaan yang ada dalam dirinya itu harus selalu dipupuk agar tambah besar kepercayaannya tersebut sehingga akan menimbulkan kepercayaan yang lebih besar dalam dirinya.

Dengan demikian apabila kepercayaan dalam dirinya sendiri telah terbangun dengan baik maka dengan begitu akan menjadi keyakinan dalam tubuhnya. Sehingga dengan adanya kepercayaannya tersebut akan timbul keyakinan dalam dirinya untuk dapat dilaksanakan dengan baik dan dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.

Oleh : Aris Widodo

Senin, 07 Januari 2019

Gayatri Dalam Tri Guna



Percikan Dharma
Gayatri Dalam Tri Guna

Umat se-dharma, bahwa Gayatri mantram sebagai mantra Yoga, perlu pula dikenal adanya pembagian sifat mantram. Ada mantram yang bersifat Sattvam (kebaikan, kesucian, rohani), ada yang bersifat Rajah (kenafsuan), ada yang bersifat Tamah ( kegelapan).



Mantra di bawah pengaruh sattvam guna memberikan hasil kepada pelakunya berupa kedamaian, kesucian, keinsafan diri dan bhakti pada Sang Hyang Widhi Wasa. Mantra di bawah pengaruh rajah guna memberikan hasil kepada pelakunya berupa kesaktian, kekayaan, dan kepentingan duniawi lainnya. Sedangkan mantra di bawah pengaruh tamah guna memberikan hasil kepada pelakunya berupa merusak, menguasai, menyakiti dan bahka membunuh.

Gayatri mantra adalah mantra yang berada dalam sifat saytvam. Ini memberikan ketenangan, kesucian, kerohanian, dan keinsafan diri. Tetapi jika kesadaran sang pelaku dan aturan-atutan pengucapan berada dalam sifat rajah maka gayatri mantra akan memberikan hasil berupa keperluan duniawi seperti apa yang sedang diangankan dalam kesadaran sang pelaku di saat ia menguncapkan mantra.

Aris Widodo

Cari Artikel di Blog ini

Berita Terkait Semangat Hindu

Artikel Agama Hindu

108 Mutiara Veda 3 kerangka agama hindu advaita visistadviata dvaita Agama Hindu Dharma agama islam Ajaran Hindu aksara suci om Apa yang dimaksud Cuntaka Apa yang dimaksud dengan Japa Apa yang dimaksud dengan Puja aris widodo artikel hindu arya dharma Arya Wedakarna Asta Brata Atharvaveda Atman babad Badan Penyiaran Hindu bagian catur weda bahasa jawa kuno bahasa kawi bahasa sanskerta Banggalah Menjadi Hindu banten hindu bali Belajar Hindu bhagavad gita Bhagawadgita bhagawan bhuta yadnya Bimas Hindu BPH Banten brahma wisnu siwa Brahman Atman Aikyam brahmana ksatriya wesia sudra budaya bali budha kliwon sinta Bukan Heroisme Canakhya Nitisastra cara sembahyang hindu catur asrama Catur Brata Catur Cuntakantaka Catur Purusha Artha Catur Purusharta catur veda Catur Warna Catur Weda Cendekiawan Hindu Dana Punia dewa dewi hindu dewa yadnya dewata nawa sanga dewi kata-kata dewi saraswati dharma artha kama moksa Dharma Santi dharma wacana Doa Anak Hindu epos mahabharata ramayana filsafat agama hindu ganesha Gayatri Sebagai Mantra Yoga Hari Raya Galungan Hari Raya Kuningan Hari Raya Nyepi Hari Raya Pagerwesi Hari Raya Saraswati Hari Raya Siwaratri HINDU adalah ARYA DHARMA HINDU ADALAH SANATHANA DHARMA HINDU ADALAH VAIDHIKA DHARMA Hindu Agama Terbesar di Dunia Hindu Banten Hindu beribadah di Pura Hindu Festival Hindu Indonesia hindu nusantara Hindu Tengger Hinduism Facts Hinduism the Greatest Religion in the Word Hukum Karma Ida Pedanda sakti isi catur weda Jadilah Manusia Setia Japa dan Mantram Jiwa kakawin Kamasutra Keagungan Aksara Suci OM Kekawin Lubdhaka kepemimpinan jawa kuna Kerajaan Hindu kidung dewa yadnya Kitab Suci Weda lontar Lontar Kala Maya Tattwa manawa dharma sastra Mantra Mantra Yoga manusa yadnya Meditasi Matahari Terbit Mengapa Kita Beragama menghafal sloka Mimbar Agama Hindu Moksha Motivasi Hindu Mpu Jayaprema nakbalibelog Naskah Dialog Nuur Tirtha Om or Aum one single family opini hindu moderat Panca Sradha panca yadnya Panca Yajna pandita Panglong 14 Tilem Kepitu parahyangan agung jagatkartta paras paros segilik seguluk Pasraman Pasupati Pembagian Kitab Suci Veda Pemuda Hindu Indonesia pendidikan hindu pengertian catur weda Pengertian Cuntaka penyuluh agama hindu Peradah percikan dharma Percikan Dharma Dewa Yajna phdi pinandita Pitra Yadnya Ngaben Pitrapuja potong gigi Principle Beliefs of Hinduism Proud To Be Hindu Puja dan Prathana Pujawali purana purnama tilem Purwaning Tilem Kapitu Radio online Bali rare angon nak bali belog Reinkarnasi Rgveda ritual hindu Roh Rsi yadnya sabuh mas sad darsana sad guru Samaveda sanatana dharma sang hyang pramesti guru Sang Kala Amangkurat Sang Kala Dungulan Sang Kala Galungan Sang Kala Tiga Sapta Timira Sarassamuscaya Sarassamuscaya Sloka sattvam rajah tamah Sekta Hindu Semangat Hindu seni budaya hindu Sex and Hinduism siwa budha waesnawa siwa ratri Sloka sloka bhagawad gita sloka Rgveda sloka yayurveda Slokantara Sloka Spiritual Bersifat Misterius spiritualitas hindu spma ribek sradha dan bhakti sri rama krishna paramahansa Sri Sathya Sai Baba Sri Svami Sivananda sumpah dalam perkara tabuh gesuri tabuh kreasi baru tabuh telu lelambatan tantri kamandaka tat twam asi tattwa susila upakara Tempat Suci Hindu tiga hubungan harmonis tri hita karana Tri kaya parisudha tri kerangka agama hindu tri mala tri pramana Triji Ratna Permata tujuan perkawinan tumimbal lahir upacara hindu upacara menek deha Upanisad Utsawa Dharma Gita vaidhika dharma Vasudhaiva Kutumbakam Vijaya Dashami widhi tatwa wija kasawur wiwaha agama hindu Yajna dan Sraddha yajna dan sradha Yayurveda Yoga Kundalini