OM. SA, BA, TA, A, I, NA, MA, SI, WA, YA, AM, UM, OM

PRAKATA

Selamat Datang

Semangat Hindu merupakan blog bersama umat Hindu untuk berbagi berita Hindu dan cerita singkat. Informasi kegiatan umat Hindu ini akan dapat menumbuhkan semangat kebersamaan.
Semangat Hindu semangat kita bersama.

Bersama Semangat Hindu kita berbagi berita dan cerita, info kegiatan, bakti sosial dan kepedulian, serta kegiatan keagamaan seperti ; pujawali, Kasadha, Kaharingan, Nyepi, Upacara Tiwah, Ngaben, Vijaya Dhasami dan lain sebagainya.

Marilah Berbagi Berita, Cerita, Informasi, Artikel Singkat. Bagi yang mempunyai Web/Blog, dengan tautan URL maka dapat meningkatkan SEO Web/ blog Anda.

Terima Kasih
Admin

RANBB

---#### Mohon Klik Share untuk mendukung blog ini ####---

Rabu, 09 November 2022

Percikan Dharma Tri Guna

Percikan Dharma Tri Guna



Om Swastyastu

Umat Se-dharma, perlu diketahui bahwa dalam kehidupan di dunia ini ada sifat-sifat yang dimiliki manusia yaitu Sattwam, Rajas dan Tamas. Ketika manusia berbuat sesuatu dalam mengejar artha dan kama itu sering dikuasai oleh berbagai cobaan, apabila tidak hati-hati dapat menjerumuskannya ke dalam kesengsaraan. Sesekali ia cenderung menjadi pemalas, pemarah, dikuasai oleh nafsu-nafsu untuk melakukan yang kurang baik hingga tega menyabut nyawa sesama, bersikap masa bodoh dan sebagainya.



Sebaliknya ia sering dikuasai oleh kecenderungan berbuat baik, berkorban, menolong sesama, timbul perasaan kasih sayang, merasakan tanggungjawab, berani berbuat sesuatu untuk kebaikan, bersemangat mengatakan yang benar dan seterusnya. Semua kecenderungan-kecenderungan dapat digolongkan tiga tkngkatan yaitu sattwam, rajas dan tamas.


1. Sattwam, artinya semua perbuatan yang selalu mendasarkan kebenaran, kehujuran, kesucian, kasih sayang, tenang, tidak keburu nafsu, bijaksana, senantiasa sesuai dengan sifat kedewassaan. 


2. Rajas, artinya kegiatan yang terdorong oleh nafsu, semangat dan kemauan yang besar untuk mencapai srsuatu. 


3. Tamas, artinya sifat-sifat yang dikuasai oleh tamalk cenderung bersifat jahat, tidak betanggung jawab, loba, bodoh, egois, tidak ada rasa kepedulian dan seterusnya.


Agama senantiasa tertentu menekankan agar manusia berbuat yang dikuasai oleh sifat-sifat sattwam dan menjauhkan perbuatan yang dikuasai okeh rajas dan tamas.


Dalam situasi tertentu mungkin dapat dibenarkan melakukan sesuatu denfan sifat rajas dalam arti bersemangat untuk mendorong terlaksananya sesuatu yang diperlukan, asalkan tetap berpegangan pada dharma (kejujuran, kebenaran dan perasaan keadilan). Inilah yang harus menjadi pedoman umat Hindu dalam mengusahakan kebahagiaan hidup.

Om Santih Santih Santih Om


Aris Widodo

Penyuluh Agama Hindu

Kota Serang

Sabtu, 01 Oktober 2022

Percikan Dharma Cara Sembahyang Hindu

 Percikan Dharma

Cara Sembahyang



Om Swastyastu

Umat se-dharma, perlu diketahui dan dilaksanakan dalam agama Hindu yaitu bagaimana cara sembahyang yang baik dan benar. Dalam agama Hindu ada tiga hal yang harus diketahui mengenai cara-cara sembahyang (muspa) yaitu :

1. Muspa bersamaan dengan diiringi oleh Pinandita, Pandita atau Sulinggih.

2. Muspa bersamaan yang tidak diiringi oleh Pinandita, Pandita atau Sulinggih.

3. Muspa yang dilaksanakan sendiri.


Dalam hal muspa atau sembahyang ini juga ada ketentuan-ketentuan yaitu untuk membangkitkan dan menjaga suasana kesucian, maka sebelum sembahyang harus dilaksanakan yaitu :

1. Mandi dengan air bersih, kalau bisa pakai air harum atau wangi (air kumkuman).

2. Pakaian atau busana yang bersihz khusus untuk sembahyang, jangan lupa pakai kampuh atau slendang (kain) putih kuning.

3. Tempat dan sarana persembahyangan yang bersih dan suci.

4. Waktu menuju tempat sembahyang pikiran sudah ditujukan ke hal-hal yang suci dengan kidung-kidung keagamaan.

5. Duduk yang baik (pria = sila, dan wanita = simpuh atau matimpuh).

6. Mekaksanakam Acamana yaitu membersihkan tangan dan mutut dengan air atau kembang.

7. Menyediakam dupa, kembang dan kembang isi sesari untuk dana punia yaitu kewangen.


Setelah semua tersedia maka sembahyang Puja Tri Sandya dimulai dipimpin oleh Pinandita, Pandita atau Sulinggih. Dan setelah Puja Tri Sandya selesai dilanjutkan dengan Kramaning Sembah yaitu

1. Muspa (sembah) tanpa sarana, tangan dicakupkan, diangkat di depan kening sejajar  ubun-ubun tanpa bunga.

2. Sembah dengan sarana bunga ditujukan kepada Sang Hyang Siwa Raditya.

3. Sembah dengan sarana bunga atau kewangen ditujukan kepada Ista Dewata.

4. Sembah panugrahan dengan bunga atau kewangen ditujukan kepada Dewa Samudaya atau Sarwa Dewa.

5. Muspa (sembah) tanpa sarana, dengan tangan dicakupkan di depan kening sejajar ubun-ubun tanpa bunga dengan keinginan untuk menerima wara nugraha Hyang Widhi dan membayangkan Hyang Widhi lagi. 


Demikian cara sembanhyang yang dilakukan umat Hindu sehingga kesucian dalam sembahyang terjaga dengan baik. Oleh karena itu urutan cara sembahyang ada untuk dapat dijadikan pedoman seluruh umat Hindu dimanapun berada.

Om Santih Santih Dantih Om


Aris Widodo

Penyuluh Agama Hindu

Kota Serang



Rabu, 24 Agustus 2022

Percikan Dharma Jadilah Manusia Setia

 Percikan Dharma

Jadilah Manusia Setia


Om Swastyaatu

Umat se-dharna, perlu kita ketahui bahwa dalam hidup ini sering manusia disuruh memilih mana yang harus dilakukannya, sehingga butuh keberanian untuk itu semua. Untuk itu mereka yang sudah mengetahui apa yang harus diperbuatnya maka dengan sendirinya berjalan sesuai dengan apa yang sedang dijalaninya.



Seperti dalam Slokantara 3. 7


Nasti satyat paro dharmo nanrtat patakam param, triloke ca hi dharma syat tasmat satyam na lopayet.


Kalinganya, tan hana dharma lewiha sangkeng kasatyan, matangyan haywa lupa ring kasatyan ikang wwang


Artikel Terkait Vasudhaiva Kutumbakam :


Artinya

Tidak ada dharma (kewajiban suci) yang lebih tinggi dari kebenaran  (satya), tidak ada dosa yang lebih rendah dari dusta. Dharma harus dilaksanakan di tiga dunia ini dan kebenaran harus tidak dilanggar.


Ulasan

Dikatakan bahwa tidak ada kewajiban suci yang melebihi kebenaran oleh karena itu jangan lupa bahwa manusia harus melakukan kebenaran. Oleh karena itu mereka yang merasa punya kelebihan dalam melaksanakan dharma dalam kesehariannya.


Dengan demikian jadilah manusia yang mampu menjalankam dharma setiap langkah kehidupannya sehingga akan mudah setiap langkah hidupnya.

Om Santih Santih Santih Om


Aris Widodo

Penyuluh Agama Hindu

Kota Serang




Jumat, 20 Mei 2022

Percikan Dharma Saya Bangga Menjadi Hindu

 Percikan Dharma

Saya Bangga Menjadi Hindu


Om Swastyastu

Umat se-dharma yang saya banggakan, pertama-tama mati kita panjatkan puji astuti angayubagyo kepada Sang Hyang Widhi Wasa karena atas asung kertha wara nugraha-Nya kita dapat berkumpul  bersama-sama di tempat ini dalam keadaan sehat. Sejarah telah membuktikan bahwa apa yang terjadi di dunia ini adalah karena adanya Tuhan/ Sang Hyang Widhi Wasa yang mana Agama Hindu adalah Agama tertua di dunia tanpa ada yang menyangkalnya. Dalam kurun waktu yang sangat panjang Agama Hindu tetap eksis di dunia dan tidak akan ketinggalan jaman walaupun usia dunia semakin tua karena Agama Hindu bisa menyesuaikan dengan perubahan jaman yang semajin modern. 



Agama Hindu memang menjadi barometer untuk dapat menyeimbangkan keserasian antara alam semesta dengan manusia yang senantiasa saling membutuhkan guna untuk kepentingan yang lebih berdaya guna. Saya bangga menjadi Hindu karena dalam ajaran yang ada dikitab Suci Weda sangat universal dan bisa mengikuti perkembangan jaman sehingga hal-hal yang tak mungkin menjadi mungkin dan ini semua telah  terbukti bisa dikupas dalam Weda. 

Dalam Agana Hindu menjangkau pada umat manusia mengenai hal-hal yang bisa dimengerti dan cepat  dipahami oleh umat  manusia serta dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus membutuhkan biaya yang lebih. Kalau kita bisa berpikir lebih jauh mengenai kehidupan di dunia ini maka tidak ada yang namanya peperangan, permusuhan, pertikaian, dan kecurangan karena dalam ajaran Agama Hindu telah banyak memberikan pengertian yang begitu dalam tentang arti kehidupan  itu. Kita bisa mengambil contoh dari isi yang terkandung dalam ajaran Tri Kaya Parisudha yang begitu agung ajarannya sehingga kita sebelum melakukan suatu tindakan harus tetlebih dahulu memikirkan apa yang akan terjadi dan bagaimana akibat yang akan ditimbulkan. Untuk itu berpikirlsh yang baik berkatalah yang baik dan berbuatlah yang baik sesuai dengan aps yang akan menjadiksn diri kita diterima oleh siapapun yang berhubungan dengan segala sesuatu dalam kehidupan ini. Kalau kita sudah bisa menjalankan ajaran Tri Kaya Parisidha dengan baik maka hal-hal yang berbau anarkis tidak akan terjadi dalam kehidupan ini sehingga apa yang akan terjadi hanyalah tentang kebaikan-kebaikan dalam hidup  dan kehidupan. 


Artikel Terkait Vasudhaiva Kutumbakam :


Dalam ajaran Agama Hindu ada keserasian /keseimbangan antara manusia dengan Tuhan , manusia dengan alam semesta dan manusia dengan manusia yang semua itu terdapat dalam ajaran Tri Hita Karana, Yang semua itu mengajarkan pada kita supaya umat manusia bisa menjaga hubungan yang harmonis dengan Tuhan/Sang Hyang Widhi Wasa, manusia dengan alam semesta dan manusia dengan manusia sehingga dalam kehidupan ini bisa harmonis diantara manusia dengan Tuhan/Sang Hyang Widhi Wasa, manusia  dengan alam semesta, dan msnusia dengan manusia sehingga dalam kehidupan harmonis serta jagat raya ini lestari. Disinilah kita diajarkan bagaimana untuk menjaga  serta melestarikan alam semesta ini dari kepunahan dsn kehancuran dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. 


Di dalam Agama Hindu ada kebebasan manusia untuk memilih jalan yang ditempuh dalam usahanya mencari Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan sehingga manusia bebas memilih jalan yang akan dilaluinya apa akan memilihh jalan Bhakti Marga, Jnana Marga, Karma Marga dan Raja Yoga Marga. Keempat jalan ini bida dipakai untuk menuju Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan yang kesemua itu di sebut Catur Marga Yoga. Berikut ini kami kutibkan mantram-mantram Weda yang mengajarkan ajaran Bhakti Marga sebagai berikut :

Om Bhur bhuah swah

tat savitur varinyam

bhargo devasya di mahi

dhiyo yonah pra codayat


Yajur Veda XXXVI.3

Artinya 

Ya Tuhan Yang Maha Kuasa sumber segala yang ada, luhur dan maha mulia, pencipta alam semesta, Kami memuja Kemahaesaan yang akan dilaluinya dalam kehidupan ini. Di samping itu manusia juga diberikan kelebihan dari pada makhluk lain sehingga manusia bisa menentukan mana yang baik maupun yang tidak baik.


Agama Hindu memberikan banyak tuntunan bagi umat manusia dalam menjalani hidup dan kehidupan sehingga manusia tingg





Kamis, 19 Mei 2022

Percikan Dharma Kebenaran Melindungi Hidup Seseorang

 Percikan Dharma

Kebenaran Melindungi Hidup Seseorang


Om Swastyastu

Umat se-dharma, benar adanya bahwa kebenaran pasti aksn selalu melindungi seseorang yang melaksanakan dalam hidupnya. Untuk itu gunakan kesempatan hidup ini mekaksanakan hal-hal yang bernuansa kebenaran dan kebaikan sehingga benar-benar mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan.



Sa ma satyoktih pari patu visavatah,

dyava ca yatra tatanan ahani ca.

visvam anyan-ni visate yad ejati

visvahapo visvahodeti suryah.


Rg Veda X. 37.2


Artinya

Hendaknyalah pembicaraan kebenaran-Mu memberikan suatu perlindungan yang teliti kepada kami. Kahyangan (sorga) dan bumi, siang dan malam dikembangkan oleh kebajikan kebenaran. Semua makhluk yang bergerak bertempat tinggal di dalam kebenaran. Sungai-sungai mengalir dan matahari terbit setiap hari dengan memjalankan hukum alam.


Artikel Terkait Vasudhaiva Kutumbakam :


Ulasan

Bahwa dalam suatu kehidupan apabila selalu menjalankan kebenaran niscaya semua masalah dapat teratasi dengan campur tangan Hyang Widhi. Karena hanya dengan kebenaran dan kebajikan dalam hidup di dunia ini yang mampu menyelamatkan umat manusia dari segala macam rintangan di dunia ini.


Untuk itu jalankan kebenaran ini dalam setiap langkah kehidupan yang kita jalani karena hanya inilah jalan yang mampu membebaskan kita dari marabahaya. Demikian dengan melaksanakan kebenaran dan kebajikan dalam hidup ini tentu akan memudahkan langkah kita menuju yang lebih baik.

Om Santih Santih Santih Om


Aris Widodo

Penyuluh Agama Hindu

Kota Seramg




Rabu, 18 Mei 2022

Percikan Dharma Catur Asrama

 Percikan Dharma Catur Asrama  (Empat tahapan hidup manusia)

Om Swastyastu

Umat sedharma, dalam kehidupan ini ada empat tahapan kehidupan yang disebut Catur Asrama.

1. Brahmacasri Asrama, artinya suatu tingkatan atau tahapan untuk menuntut ilmu pengetahuan. Dalam kitab manawa dharma sastra disebutkan bahwa umur untuk mulai belajar adalah semasa ansk-anak yaitu dimulai dari umur 5 tahun dam selambat-lambatnya umur 8 tahun. Pada masa ini wajib menuntut ilmu pengetahuan untuk mempersiapkan diri menuju masa depan yang gemilsng, "taki katining sewaka guna widya". Artinya seorang siswa wajib menuntut mu samasa muda.


2. Grhasta, artinya suatu tingkatsn atau tahapan hidup berumah tangga. Grhasta berasal dari dua kata grha dan stha. Grha  artinya rumah, stha artinya berdiri atau membina. Jadi Grhasta artinya masa membina rumah tangga. Pada masa grhasta tujusn hidup yang diprioritaskan adalah mendapatkan artha dan memenuhi kama. Adapun tujuan grhasta yang utama adalah mencari harta benda untuk dapat memenuhi hidup (kama) dengan berdasarkan dharma. Kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang grhasta adalah

1. Bekerja mencari harta

2. Menjadi pemimpin rumah tangga

3. Menjadi anggota masyarakat yang baik

4. Melanjutkan keturunan.


3. Wanaprastha, artinya suatu tingkatan atau tahapan hidup manusia pada masa persiapan untuk melepaskan diri dari ikatan keduniawian. Wanaprastha artinya mengasingkan diri ke dalam hutan dengan mendirikan pertapaan. Pada masa ini kewajiban sudah tidak ada lagi di dunia seperti anak-anaknya sudah pada berumah tangga.tujuan hidup pada masa grhastha adalah persiapan mental dan fisik untuk dapat menyatu dengan Hyang Widhi.


4. Bhiksuka atau Sannyasin, artinya peminta-minta, maksudnya pada masa ini orang sudah tidak mampu lagi untuk mencari kehidupannya sendiri, sehingga mereka hidup dari belas kasihan dari anak-anaknya. Bhiksika atau Sannyadin adalah tingkatan atau tahapan kehidupan telah lepas sama sekali dari segala ikatan keduniawian (Moksa) dan hanya mengabdikan diri kepada Hyang Widhi.


Demikian umat sedharma bahwa dalam Catur Asrama yang harus dijalaninya sesuai tahapan-tahapan yang sudah diberikan dari Hyang Widhi melalui para Maharsi kita sehingga kita tinggal menjalaninya.

Om Santih Santih Santih Om


Aris Widodo

Penyuluh Agama Hindu

Kota Serang

Sabtu, 16 April 2022

Apakah Tumimbal Lahir itu ada ?

Apakah Tumimbal Lahir itu ada ?

Swami Sivananda menulis dalam majalahnya “Divine Life”, bahwa Tumimbal Lahir itu benar-benar ada. Swamiji mengatakan, bahwa 20 tahun yang lampau Delhi (India) telah gempar oleh karena ada kejadian yaitu seseorang gadis kecil dapat mengingat kehidupannya (inkarnasi) yang telah lewat.

 


Gadis kecil itu bernama Shanti Dewi, lahir pada tanggal 12 Oktober 1962 di Delhi. Ia dapat menceritakan berbagai pengalaman dalam kehidupannya yang lalu itu secara jelas samai pada kejadian-kejadian yang kecil.

 

Ia hidup dahulu di India juga, yaitu di Kota Muttra, suaminya bernama Pandit Kedar Nath Chaubey. Suaminya dahulu itu masih hidup pada saat itu dan masih menetap di tempat itu. Orang tua yang sekarang dari gadis itu tidak percaya akan cerita gadis itu mengenai pengalaman-pengalaman dalam hidupnya yang lalu. Mereka menganggapnya hanya sebagai obrolan anak-anak belaka (cerita khayalan). Tetapi kemudian gadis kecil itu diijinkan juga untuk berkunjung ke Kota Muttra. Kepada orang yang disebut sebagai bekas suaminya, yaitu Pandit Kedar Nath Chaubey dikirim sepucuk surat. Kemudian bekas suaminya itu yang masih terdiam di Muttra membalas surat itu. Bahkan ia menyarankan agar gadis kecil tersebut itu menemui keluarganya yang bernama Pandit Kanji Mal dan bekerja pada Messers Bhana Mal Gulseri Mal di Delhi, serta mengadakan tanya jawab dengannya. Oleh karena pembicaraan yang dilakukan tadi memang benar menunjukkan adanya hubungan keluarga dari hidupnya yang lampau, maka bekas suaminya, Kedar Nath Chaubey, berkunjung ke Delhi dengan mengajak putranya yang berumur sepuluh tahun serta istrinya yang baru untuk menemui Shanti Dewi.

 

Demikian Shanti Dewi berhadapan dengan Pandit Kedar Nath Chaubey, segera dapat mengenalnya; bahwa pria yang baru datang itu adalah bekas suaminya dan sangat terharu melihat putranya itu, sehingga bekas istrinya dan ibu mencucurkan air mata.

Setelah Shanti Dewi mengadakan percakapan dengan Pandit Kedar Nath, tak dapat diragukan lagi bahwa Shanti Dewi benar-benar adalah penjelmaan dari roh bekas istrinya yang pertama.

 

Bekas suaminya menyatakan, bahwa segala sesuatu yang diutarakan oleh Shanti Dewi semuanya tepat. Shanti Dewi kemudian diijinkan pula berkunjung ke Muttra. Sebelum sampai di tempat itu terlebih dahulu ia sudah dapat menceritakan mengenai warna rumah yang pernah didiaminya di Muttra itu, serta nama-nama jalan yang menuju ke rumah tersebut, tentang Mandira (temple) di Dvarakadeesh dan lain-lain, yang hanya dapat diketahui oleh bekas istri Pandit Kdar Nath.

 

Shanti Dewi menceritakan pula tentang uang yang dipendam di kamar loteng rumahnya di Muttra sebanyak seratus Rupee, yang sedianya akan disumbangkan kepada Mandira (temple) di Dvarakadeesh. Perjalanan ke Muttra itu disertai oleh suatu Panitia Penyelidik, termasuk pula ibu bapaknya yang baru. Ketika kereta api memasuki stasiun Muttra, Shanti Dewi meloncat-loncat kegirangan. Sambil senyum-senyum bahwa mereka telah tiba di Muttra. Seorang laki-laki tua yang ada di antara orang banyak di stasiun itu segera dikenal oleh Shanti Dewi sebagai kakak bekas suami yang bernama Babu Ram Chaubey.

 

Setibanya di Muttra, justru Shanti Dewilah yang menjadi petunjuk jalan dari stasiun ke rumah bekas suaminya. Sepanjang jalan ia menceritakan tentang keadaan jalan di situ. Tatkala Shanti Dewi diajak berkunjung ke Dharmashala di Muttra, ia juga dapat mengenal dengan segera saudara laki-lakinya yang pada saat berjumpa itu berumur 20 tahun dan langsung mengenal pula salah seorang saudara Bapak mertuanya.

 

Waktu tiba di rumah bekas suaminya di Muttra dan menginjakkan kaki di pelataran rumah, ia dapat menunjuk dimana dahulu ada sumur tanpa dinding, yang kemudian ternyata sudah ditutup dengan batu oleh suaminya. Ketika naik ke loteng Shanti Dewi menggali suatu tempat dimana dahulu ia pernah memendam uang, namun uang tersebut sudah tidak ada lagi. Menurut pengakuan Pandit Kedar Nath, bekas suaminya, uang tersebut sudah diambilnya setelah istrinya meninggal.

Ketika diajak berkunjung ke rumah bekas ibu bapaknya yang pada waktu itu masih hidup, Shanti Dewi juga dapat mengenal mereka. Pertemuan itu demikian mengharukan sehingga menimbulkan cucuran air mata. Kisah Shanti Dewi seperti yang diceritakan di atas, bukanlah suatu kisah yang luar biasa di India.

 

Baru-baru ini juga ada kisah-kisah serupa. Misalnya : seorang anak perempuan dapat mengenal ibu bapaknya dari kehidupannya (inkarnasinya) yang lampau. Ketika diselidiki dan ternyata benar, maka bekas ibu-bapaknya itu yang memang adalah keluarga kaya, lalu memberikan tunjangan kepada anak perempuan itu, sebab dalam kelahirannya sekarang ini ia mempunyai orang tua yang kurang mampu.

 

Maka sangatlah disayangkan bila orang tidak percaya adanya Tumimbal Lahir. Tumimbal Lahir itu bukan saja suatu kenyataan (Spiritual fact), tetapi memang penting bagi kemajuan dan kesadaran hidup sesuatu roh (individual soul) dalam perjalanannya menuju kesempurnaan.


Jumat, 15 April 2022

TERJADINYA PUNARBHAWA (SAMSARA)

 TERJADINYA PUNARBHAWA 

Telah diuraikan bahwa Punarbhawa (Samsara) saling jalin-menjalin dengan hukum Karma, yang meliputi; Karma, pahala, dan WaÒ«ana (sisa atau bekas Karma). Punarbhawa; lahir kembali, Samsara; rentetan daripada kelahiran yang berulang kali, sebelum mencapai kebebasan yang mutlak (Moksa).

 


Selain dari itu ada suatu istilah : Awatara. Awatara berarti Perwujudan Sang Hyang Widdhi ke dunia dengan mengambil salah satu bentuk yang dengan perbuatan dan ajaran-ajarannya memberi tuntunan untuk membebaskan manusia dari kesengsaraan yang diakibatkan oleh kegelapan (Awidya).

 

Bhagawad Gita IV 7 :

“Kapan saja Dharma (kebenaran) mulai runtuh dan A-Dharma (kejahatan) mulai merajalela, Aku menjelma kembali ke dunia untuk menegakkan Dharma (kebenaran).”

 

Dalam Purana dijelaskan adanya Dasa Awatara, yaitu Penjelmaan Wisnu ke dunia sebanyak 10 kali, namun Awatara yang kesepuluh belum turun. Adapun nama-nama kesepuluh Awatara tersebut adalah :

 

1.      Matsya                      : Ikan

2.      Kurma                       : Kura-kura, Penyu

3.      Waraha                     : Badak, Babi Besar

4.      Narasinga                 : Manusia Berkepalakan kepala Singa

5.      Wamana                    : Orang Kerdil, Cebol, Katek

6.      ParaÒ«urama             : Rama yang bersenjatakan Kampak

7.      Rama                         : Rama (Raghutama) dalam Ramayana

8.      Krishna                     : Krishna Putra Wasudewa,Raja Dwarawati

9.      Buddha                     : Putra Raja Òªuddodhana dengan Dewi Mahamaya

10.  Kalki                          : Awatara yang akan datang

 

Kini mari kita bicarakan bagaimana proses terjadinya Punarbhawa menurut ajaran Agama Hindu (Hindu Dharma). Punarbhawa (Samsara) atau kelahiran ke dunia yang berulang kali ini disebabkan oleh terikatnya Atma (Jiwatma) oleh Maya, Awidya, kegelapan, kebodohan dan Hukum Karma.

Karma yang meliputi : pikiran, kata-kata, perbuatan jasmani, yang digerakkan oleh kehendak (keinginan) mempengaruhi raga Òªarira (Badan Wadag) manusia yang terdiri dari Panca Mahabhuta dan mempengaruhi pula Suksma Òªarira (Badan halus, rohani) yang terdiri dari : Buddhi, Manah, Ahamkara, Indriya dan Panca Tan Matra (benih tak terukur yang menjadikan Panca Mahabhuta). Pada kelahiran ke dunia ini sudah merupakan ikatan Karma dan Samsara.

Pada masa kehidupan ini mulai dari lahir sampai meninggal dunia maka telah tercatat (terekam) timbunan Karma baik dan buruk. Setelah meninggal dunia, badan wadag hancur kembali ke Panca Mahabhuta, sedangkan Suksma Òªarira yang memuat rekaman Karma menerima pahalanya di alam Neraka maupun di alam Sorga, sesuai dengan Òªubha A-Òªubha Karma (baik-buruk perbuatannya).

 

Weda Smreti (Dharma Òªastra) VI. 63 :

“Tentang perpisahan jiwa seseorang dari badannya ini serta tentang kelahiran dari pada rahim lain dan tentang pengembaraan Jiwa melalui sepuluh ribu juta penjelmaan.”

 

Weda Smreti (Dharma Òªastra) VI. 64

“Tentang kesaktian yang dialami Jiwa dalam badan oleh tidak adanya kebajikan serta kebahagiaan abadi yang dinikmati yang disebabkan oleh tercapainya tujuan utamanya yang dihasilkan berkat kebijaksanaan rohaninya.”

 

Adapun menurut penjelasan tersebut bahwa Punarbhawa (Tumimbal Lahir) nya Atma (Jiwatma) ke dunia serta alam lainnya dapat berujud berbagai macam penjelmaan, apakah sebagai Dewa, Manusia, Binatang, Bhuta dan sebagainya, dimana dinyatakan ada sepuluh ribu juta jenis penjelmaan.

 

Setiap Suksma Òªarira yang dihidupi oleh Atma sebelum mencapai kesucian yang mutlak, akan terus menerus mengalami Samsara dari satu kehidupan menuju kehidupan yang lainnya sesuai dengan tingkat Karmanya masing-masing.

 

Dalam Itihasa (Wiracarita) seperti Ramayana dan Mahabharata banyak dikisahkan mengenai Tumimbal Lahir atau penitisan, bahkan para Dewa pun turut lagi menjelma ke dunia menyempurnakan kesuciannya untuk dapat menikmati Moksa (Nirwana)

 

Mengenai alam tempat Punarbhawa banyak jenisnya. Ada Punarbhawa di alam Dewa, alam Manusia, alam Binatang (Bhuta dan sebagainya). Menurut ajaran filsafat Hindu ada tingkatan alam yang disebut Sapta Loka, terdiri dari pada :

  1. Bhur Loka
  2. Bhuwah Loka
  3. Swah Loka
  4. Tapa Loka
  5. Jana Loka
  6. Maha Loka
  7. Satya Loka

 

Sapta Loka itu sering disingkatkan saja menjadi Tri Loka :

  1. Bhur = Alam Bumi
  2. Bhuwah = Alam Atmosfir
  3. Swah = Alam Sinar, Swarga, Surga, Dewa

 

Singkatnya Atma (Jiwatma) atau Suksma Òªarira, mengembara dengan Karma Wasana (sisa, bekas) Karma menuju alam yang sesuai dengan jenis Karmanya.

 

Demikian pula pakaian (badan) baru yang akan diperolehnya semua bergantung dari Karma; mungkinlahir sebagai manusia tetapi kalau Karmanya jelek akan lahir sebagai binatang.

 

Dengan keadaan ini, dapat kita lihat di masyarakat ada yang dilahirkan di tempat orang kaya, ada di tempat orang miskin, ada yang lahirnya tampan, bijaksana dan kaya, tetapi di pihak lain ada yang kelahirannya cacat, miskin, jelek, bodoh dan sebagainya.

 

Itu semua akibat dari pada hasil Karmanya sendiri di masa yang telah lalu. Memang Tuhan (Sang Hyang Widhi) yang menciptakan dunia beserta isinya, secara universal, adil dan cinta kasih, namun kemudian selanjutnya Karma mahluk itu sendirilah yang akan menentukan kehidupan berikutnya.

 

Berikut ini beberapa petikan dari Weda Smreti (Manawa Dharma Òªastra) perlu kita renungkan pengertiannya sehubungan dengan Punarbhawa.

 

Weda Smreti XII.9

“Sebagai akibat dari pada dosanya yang dilakukan oleh badan, seseorang akan menjadi benda tak bernyawa kelak pada kelahirannya kemudian, sebagai akibat dosa yang dibuat oleh kata-kata menjadi burung atau binatang buas dan sebagai  akibat dosa yang dibuat oleh pikiran ia akan lahir ke kelahiran yang rendah.”

 

Weda Smreti XII.15 :

“Dari badannya lahir bermacam-macam untuk kelahiran yang terus-menerus memaksa aneka ragam mahluk untuk berbuat.”

 

Weda Smreti XII.40 :

“Mereka yang memiliki sifat-sifat yang satva akan mencapai alam Dewata, mereka yang memiliki sifat-sifat rajah mencapai alam manusia, dan mereka yang memiliki sifat-sifat tamah akan terbenam pada sifat-sifat alam binatang, itulah tiga jenis jalan perobahan.”

 

 

Weda Smreti XII.74 :

“Dengan mengulang perbuatan-perbuatan dosa yang mereka lakukan, mereka yang sedikit perngertiannya menderita siksaan hidup ini dalam berbagai macam kelahiran.”

 

Karena diri kita sendiri merupakan pusat terjadinya Punarbhawa (Samsara), maka hendaknya dalam kesempatan hidup sebagai manusia ini kita gunakan benar-benar untuk melaksanakan ajaran Dharma, kesempurnaan serta kesucian, supaya dapat tahap demi tahap menuju kesempurnaan serta tujuan terakhir, yaitu Moksa (kebahagiaan yang kekal abadi).

Selanjutnya pada Weda Smreti (Manawa Dharma Òªastra) Bab IV. 239 s/d 242.

 

Weda Smreti (Manawa Dharma Òªastra) IV. 239.

"Karena di dunia sana, bukannya ayah, tidak pula ibu, tidak pula istri, bukannya anak-anak, bukan pula sanak keluarga yang tinggal sebagai kawan-kawannya. Kebajikan-kebajikan Spiritual sajalah yang tinggal bersama dirinya.”

 

Weda Smreti (Manawa Dharma Òªastra) IV. 240.

“Sendirianlah seseorang itu lahir, sendirian pulalah ia meninggal, sendirianlah ia menikmati pahala perbuatan baiknya dan sendirian pulalah ia menerima hukuman dosa-dosanya.”

 

Weda Smreti (Manawa Dharma Òªastra) IV. 241.

“Meninggalkan badan wadagnya di bumi sebagai sepotong kayu atau segumpal tanah sanak keluarga meninggalkan dengan muka berpaling, maka hanya kebajikan-kebajikan spiritual yang terus mengikuti jiwa.”

 

Weda Smreti (Manawa Dharma Òªastra) IV 242.

“Oleh karena itulah hendaknya ia sedikit demi sedikit mengumpulkan kebajikan-kebajikan spiritual untuk nantinya menjadi kawannya setelah meninggal, karena dengan kebajikan sebagai kawannya ia akan bisa menembus kegelapan yang sukar ditempuh dalam perjalanan ke dunia berikutnya.”

 

Demikianlah isi pustaka suci tersebut untuk direnungkan bersama serta melaksanakan amanat-amanat penting yang tercantum di dalamnya.

 

Rabu, 13 April 2022

APAKAH TRI PRAMANA ITU ?

 APAKAH TRI PRAMANA ITU ?

TRI PRAMANA

 

Tri, berarti tiga; pramana, berarti; cara, jalan ukuran. Tri Pramana mengandung pengertian; Tiga cara atau jalan untuk mendapatkan pengetahuan. Tri Pramana terdiri pada : Pratyaksa Pramana, Anumana Pramana dan Agama (Òªabda) Pramana.

 


Pada Wrehaspati Tattwa 26, dijelaskan :


Artikel Terkait Vasudhaiva Kutumbakam :

“Adapun orang yang menggunakan Tri Pramana: Pratyaksa, Anumana, Agama. Pratyaksa artinya dapat dilihat dan dipegang, Anumana artinya sebagai halnya melihat asap dari jauh, sebagai tanda bukti adanya api, dan Agama Pramana ialah pengetahuan yang diberikan (diceritakan) oleh guru. Orang yang menggunakan Tri Pramana untuk mendapatkan pengetahuan, maka dialah yang dapat mencapai pengetahuan yang lengkap”.

 

Penjelasan singkat mengenai Tri Pramana :

Pratyaksa Pramana :

Pengetahuan yang di dapat dengan cara pengamatan, penghayatan, pembuktian langsung dengan panca indriya (penglihatan, penciuman, pendengaran, sentuhan, dan raba).

 

Anumana Pramana

Pengetahuan yang di dapat dengan pemikiran yang logis, teratur, rasional, menimbang dengan akal berdasarkan tanda atau gejala-gejala yang kelihatan untuk menentukan atau menyimpulkan sesuatu. “ Yatra-yatra dhumah, tatra, tatra wahnih “ ( dimana ada asap, disana ada api )

 

Agama ( Òªabda ) Pramana

Pengetahuan yang di dapat dengan jalan mendengarkan kata-kata saja tetapi belum pernah membuktikan secara langsung dengan panca-indriya.





Selasa, 12 April 2022

ADVAITA, VISISTADVIATA, DVAITA

 ADVAITA, VISISTADVIATA, DVAITA

1.  ADVAITA

 

Sistem yang paling besar dan yang paling terkenal, mengenai Vedanta, adalah sistem Advaita. Menurut Advaita, tidak ada suatu apapun yang terpisah dari roh yang absolut, yang mendapat nama Brahman dan Atman itu.

Jadi ajaran yang fundamental dari Advaita adalah non dualisme-nya roh (non dualism of spirit). Sankara mengemukakan keseluruhan filsafat Advaita di dalam setengah syair, yang berbunyi sebagai berikut : “ Brahman adalah riil; dunia adalah penampakan yang palsu; roh individual (jiwa) tidak lain adalah Brahman .”Non dualismenya Brahman, non realitasnya dunia, dan kesamaan antara jiwa dan Brahman, ketiga hal tersebut membentuk ajaran Advaita.

 


2.  VISISTADVIATA

 

Masalah utama yang diperdebatkan oleh para penganut Vedanta, setelah zamannya Sankara, ialah mengenai masalah mana yang benar, Brahman (Tuhan Yang Maha Esa) yang bersifat Nirguna ataukan Brahman yang bersifat Saguna; yang paling terkenal adalah Ramanuja (1017-1137 Masehi), yang sistemnya dikenal dengan nama Visistadviata. Bagi Ramanuja realitas itu tidaklah diragukan, bersifat roh yang non dualistis, tetapi tidak tanpa keaneka-ragaman dan tidak merupakan identitas yang homogen; roh itu hendaklah dibayangkan sebagai analog, sebagai sama, dengan suatu organisme yang mengalami differensiasi di bagian dalam dari dirinya.

 


Artikel Terkait Vasudhaiva Kutumbakam :

Brahman itu adalah suatu substansi yang memiliki attribut-attribut, beberapa dari attribut-attribut itu juga bersifat substansi.Brahman sebagai yang memiliki attribut-attribut dinamai Visista (yang disifatkan= that which is qualified), dan bukan merupakan Nirvisesa-Caitanya (kesadaran yang tidak mengalami differensiasi).

 

Menurut Visistadviata, ada tiga realitas pokok (tattwa traya) = (the ultimate realitas), yaitu; Tuhan (Isvara=God), Roh (Cit = soul), dan Zat (Acit = matter). Dari ketiga realitas ketiga pokok itu, yang berdiri sendiri, tidak tergantung dari sesuatu yang lain, adalah Tuhan; sedangkan realitas pokok yang kedua lagi tergantung kepada Tuhan. Hubungan antara Tuhan dengan dunia roh di suatu pihak, dan hubungan antara Tuhan dengan dunia zat di lain pihak, analog dengan hubungan antara roh (sariri) dan badan (sarira). Tuhan adalah roh dari roh dan roh dari alam. Alam ini diperbedakan dengan Tuhan, tetapi tidak berpisah dari diri Tuhan.

 

3. DVAITA

Madva (1199-1278 Masehi), seperti Ramamuja, mengindentikkan, menyamakan Tuhan dengan Wisnu-Narayana, tetapi tidak sebagai sistem Ramamuja, sistemnya Madva ini adalah pluralisme yang murni (frank Pluralism).Vedanta-nya Madva ini dinamakan Dvaita (dualisme), karena menurut Madva, konsepsinya tentang kebedaan (bheda) menjadi pusat dari filsafatnya.

 

Dvaita Vedanta ini juga merupakan faham realisme, karena sistem Dvaita Vedanta ini mempercayai adanya realitas dunia luar.Dvaita Vedanta ini juga merupakan faham theisme, karena menerima pandangan Tuhan sebagai bersifat pribadi (personal God), yang merupakan satu-satunya realitas yang berdiri sendiri (svatantra), realitas-realitas yang lain sama sekali tergantung dari Tuhan.






Cari Artikel di Blog ini

Berita Terkait Semangat Hindu

Artikel Agama Hindu

108 Mutiara Veda 3 kerangka agama hindu advaita visistadviata dvaita Agama Hindu Dharma agama islam Ajaran Hindu aksara suci om Apa yang dimaksud Cuntaka Apa yang dimaksud dengan Japa Apa yang dimaksud dengan Puja arcanam nyasa aris widodo artikel hindu arya dharma Arya Wedakarna Asta Brata Atharvaveda Atman babad Badan Penyiaran Hindu bagian catur weda bahasa jawa kuno bahasa kawi bahasa sanskerta Banggalah Menjadi Hindu banten hindu bali Belajar Hindu bhagavad gita Bhagawadgita bhagawan bhuta yadnya Bimas Hindu BPH Banten brahma wisnu siwa Brahman Atman Aikyam brahmana ksatriya wesia sudra budaya bali budha kliwon sinta Bukan Heroisme Canakhya Nitisastra cara sembahyang hindu catur asrama Catur Brata Catur Cuntakantaka Catur Purusha Artha Catur Purusharta catur veda Catur Warna Catur Weda Cendekiawan Hindu Dana Punia dewa dewi hindu dewa yadnya dewata nawa sanga dewi kata-kata dewi saraswati dharma artha kama moksa Dharma Santi dharma wacana Doa Anak Hindu epos mahabharata ramayana filsafat agama hindu ganesha Gayatri Sebagai Mantra Yoga Hari Raya Galungan Hari Raya Kuningan Hari Raya Nyepi Hari Raya Pagerwesi Hari Raya Saraswati Hari Raya Siwaratri HINDU adalah ARYA DHARMA HINDU ADALAH SANATHANA DHARMA HINDU ADALAH VAIDHIKA DHARMA Hindu Agama Terbesar di Dunia Hindu Banten Hindu beribadah di Pura Hindu Festival Hindu Indonesia hindu nusantara Hindu Tengger Hinduism Facts Hinduism the Greatest Religion in the Word Hukum Karma Ida Pedanda sakti isi catur weda Jadilah Manusia Setia Japa dan Mantram Jiwa kakawin Kamasutra Keagungan Aksara Suci OM Kekawin Lubdhaka kepemimpinan jawa kuna Kerajaan Hindu kesadaran diri kidung dewa yadnya Kitab Suci Weda lontar Lontar Kala Maya Tattwa manawa dharma sastra Mantra Mantra Yoga manusa yadnya Meditasi Matahari Terbit Mengapa Kita Beragama menghafal sloka Mimbar Agama Hindu Moksha Motivasi Hindu Mpu Jayaprema nakbalibelog Naskah Dialog Nuur Tirtha Om or Aum one single family opini hindu moderat Panca Sradha panca yadnya Panca Yajna pandita Panglong 14 Tilem Kepitu parahyangan agung jagatkartta paras paros segilik seguluk Pasraman Pasupati Pembagian Kitab Suci Veda Pemuda Hindu Indonesia pendidikan hindu pengertian catur weda Pengertian Cuntaka penyuluh agama hindu Peradah percikan dharma Percikan Dharma Dewa Yajna phdi pinandita Pitra Yadnya Ngaben Pitrapuja potong gigi Principle Beliefs of Hinduism Proud To Be Hindu Puja dan Prathana Pujawali purana purnama tilem Purwaning Tilem Kapitu Radio online Bali rare angon nak bali belog Reinkarnasi Rgveda ritual hindu Roh Rsi yadnya sabuh mas sad darsana sad guru Samaveda sanatana dharma sang hyang pramesti guru Sang Kala Amangkurat Sang Kala Dungulan Sang Kala Galungan Sang Kala Tiga Sapta Timira Sarassamuscaya Sarassamuscaya Sloka sattvam rajah tamah Sekta Hindu Semangat Hindu seni budaya hindu Sex and Hinduism siwa budha waesnawa siwa ratri Sloka sloka bhagawad gita sloka Rgveda sloka yayurveda Slokantara Sloka Spiritual Bersifat Misterius spiritualitas hindu spma ribek sradha dan bhakti sri rama krishna paramahansa Sri Sathya Sai Baba Sri Svami Sivananda sumpah dalam perkara tabuh gesuri tabuh kreasi baru tabuh telu lelambatan tantri kamandaka tat twam asi tattwa susila upakara Tempat Suci Hindu tiga hubungan harmonis tri hita karana Tri kaya parisudha tri kerangka agama hindu tri mala tri pramana Triji Ratna Permata tujuan perkawinan tumimbal lahir upacara hindu upacara menek deha Upanisad Utsawa Dharma Gita vaidhika dharma Vasudhaiva Kutumbakam Vijaya Dashami widhi tatwa wija kasawur wiwaha agama hindu Yajna dan Sraddha yajna dan sradha Yayurveda Yoga Kundalini