OM. SA, BA, TA, A, I, NA, MA, SI, WA, YA, AM, UM, OM

PRAKATA

Selamat Datang

Semangat Hindu merupakan blog bersama umat Hindu untuk berbagi berita Hindu dan cerita singkat. Informasi kegiatan umat Hindu ini akan dapat menumbuhkan semangat kebersamaan.
Semangat Hindu semangat kita bersama.

Bersama Semangat Hindu kita berbagi berita dan cerita, info kegiatan, bakti sosial dan kepedulian, serta kegiatan keagamaan seperti ; pujawali, Kasadha, Kaharingan, Nyepi, Upacara Tiwah, Ngaben, Vijaya Dhasami dan lain sebagainya.

Marilah Berbagi Berita, Cerita, Informasi, Artikel Singkat. Bagi yang mempunyai Web/Blog, dengan tautan URL maka dapat meningkatkan SEO Web/ blog Anda.

Terima Kasih
Admin

RANBB

---#### Mohon Klik Share untuk mendukung blog ini ####---

Tampilkan postingan dengan label filsafat agama hindu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label filsafat agama hindu. Tampilkan semua postingan

Jumat, 12 April 2024

Dharma Wacana ; Banten Arcanam dan Nyasa

 Banten Arcanam dan Nyasa

 

Om Swastiastu;

Om Anobhadrah krtavoyanthu visvatah ; semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru

 

Pinandita Lanang Istri yang sudah disucikan yang saya hormati

Yang saya hormati; Sesepuh dan Penasehat Banjar

Yang saya hormati; Ketua dan Pengurus Banjar Ciledug

Yang saya hormati; ketua dan Pengurus Tempek se Banjar Ciledug

Dan Umat Sedharma yang berbahagia.

 

Pada hari ini saya ……………….. akan membawakan Dharma Wacana yang berjudul Banten Arcanam dan Nyasa

 

Pertama-tama saya menghaturkan rasa puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Sesuhunan Yang Melinggih di Pura Dharma Sidhi karena atas asung kerta waranugraha-Nya lah saya dan kita semua dapat hadir dalam persembahyangan ini dalam keadaan sehat walafiat.

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Banten, Babali, adalah salah satu unsur sadhana bhakti, dalam persembahan dan pemujaan atau yajna yang dilaksanakan oleh masyarakat umat Hindu. Bahkan banten, Babali itu sendiri tergolong juga Dewa wigraha (Arcanam), dan Nyasa (simbul-simbul keagamaan Hindu).

 

Seperti porosan, porosan sebagai pelengkap suatu upakara, memiliki ajaran konsep Nyasa, filsafat dan ajaran tattwa yang basic dan konseptual dengan ajaran Siwasidhanta, yang kita anut di Bali, disamping konsep ajaran filsafat dan tattwa, yang lainnya, seperti Budha Mahayana, sehingga oleh para ahli agama Hindu yang kita anut di Bali, sering kita sebut Siwa Budha.


Unsur-unsur porosan, yang terdiri dari kamben porosan, base, buah, dan pamor itu, adalah nyasa prabhawa Hyang Widhi dalam wujud Dewa Trimurthi.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Buah, yang berwama merah, nyasa Dewa Brahma, sebagai prabhawa utpthi, (pencipta). Base, berwarna hijau, adalah nyasa Dewa Wisnu sebagai prabhawa stithi, (pemelihara, Pembina, dan Pengayo).

 

Sedangkan pamor, yang berwarna putih, adalah sebagai nyasa Dewa Siwa sebagai prabhawa Hyang Widhi, dalam wujud sebagai pelebur atau pamralina.

 

Belum lagi pengungkapan aspek filsafat, tattwa dan nyasa beberapa bentuk dan jenis banten, seperti pabangkit, gayah utuh, sampai telah ditingkatkan menjadi Sate Tegeh, Sate Wayang atau Sate Bingin, yang merupakan nyasa Durgha Dewi, shakti Dewa Siwa itu.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Demikian pula halnya pula gembal, sampai telah ditingkatkan wujudnya menjadi sarad, yang merupakan nyasa Dewa Ganesya (Gana+lsa), putra Dewa Siwa dengan Parwati Dewi, (dasanama lain) Uma Dewi.

 

Dewa Ganesya, atau di Bali lebih dikenal sebagai Bhatara Gana, adalah juga abhiseka Dewa Awighnesura, yang berarti; Dewa Raja Rintangan atau Dewa Penghalang Rintangan.


Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Demikian pula tidak akan mungkin kita membicarakan aspek-aspek ajaran filsafat, tattwa dan nyasa eteh-eteh tatandingan Daksina, Bagia Pulakerti, yang kedua bentuk dan jenis banten itu me-nyasa-kan alam raya (isi Bhwana Agung) ini.

 

Termasuk plawa peselan, plawa munggah ring sanggar tawang, yang dalam upaweda merupakan pancavrikshu, (lima tumbuh-turnbuhan sorga), dari indraloka, yang ditanam di taman Nandhane, Taman Dewa Indra di indraloka yang penuh dengan tumbuh-tumbuhan suci, seperti ; (1) Mandara, (2) Kalpa Vriksha, (3) Parijataka, (4) Hari-Chendanaka, dan Bodi, (di Bali, sering diganti dengan ancak).

 

Lalu bagaimana kisah Panca Vriksha itu sampai tumbuh di Madyapada atau dunia ini, menurut sumber Upaweda.

 

Dan kenapa Panca Vriksha selalu digunakan khusus sebagai Plawa Sanggar Tawang, Sanggar Tutuan atau Sanggar Surya, Panggunga, yang menurut tradisi Bali, di samping yang pokok mempergunakan (1) Bingin, (2) Ancak, tiga jenis plawa lainnya, sebagai pengganti, biasa digunakan (3) Uduh, (4) Peji dan (5) Biyu Lalung.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Di samping kelima tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai plawa Sanggar Tawang, Sanggar Tutuan atau Sanggar Surya dan panggungan merupakan nyasa sorga, juga sebagai tuntunan ajaran tata susila, yang pengungkapannya secara kirata basa, yakni dimana dipasang plawa uduh, irika patut kapituduhang ngunggahang banten (upakara).

 

Dimana dipasang plawa peji, yang sampun ngunggahang banten, punika sane kapuji.

 

Sedangkan plawa biyu lalung, pisang adalah juga disebut salah satu species tumbuh-tumbuhan atau buah sorga, yang dalam beberapa lontar Mpu Lutuk dan Prembon Babantenan, sebagai nyasa tateken atau Tungked Bathara Surya.

Selain dari itu, banten juga merupakan nyasa paragan Widhi, atau nyasa wujud fisik Widhi (Brahman), seperti yang dikemukakan dalam Lontar Medang Kemulan, yang petikannya sebagai berikut:

 

Umat Sedharma yang berbahagia;



" ... saha widhiwidhananya, tekeng taledan awang sasayut, marage dewa sami, tekeng wawangunan.Bantene ring sanggar tawang, ring aryane pinaka ulunin bhatara, tekeng bahu sasana ring tutuan, pinaka hasta karo, babantene ring arepan widhine pinaka, anggan bhatara, carune pinaka wamun, bhatara tekeng gigir awang ampolan, sane ring panggungan, pinaka sukun bhatara, sane ring paselang, pinaka dlamakan bhatara, sakwehing jajaitan, pinaka carman bhatara......



Berdasarkan petikan lontar Medang Kemulan yang telah dikemukakan sesuai dengan opini atau pendapat umum dikalangan masyarakat umat Hindu di Bali, sangat keliru, bahwa semua banten itu adalah merupakan rayunan Widhi, Seperti telah dikemukakan, berbagai bentuk dan jenis banten (upakara) adalah memiliki konsep ajaran filsafat, tattwa dan berbagai aspek nyasa.

 

Bahkan ada yang merupakan tuntunan ajaran yang bersifat petunjuk kepatutan ngunggahang banten (ingat plawa peji dan uduh). Termasuk merupakan sedana dan sarana doa, (ingat data upacara Pakerab Kambe atau Masakapan, saat dilakukan upacara Makalakalan, aed terakhir kedua mempelai menanam kunyit-endong di belakang sanggah kemulan atau pamrajan kamimitan, itu adalah penyampaian doa secara kiratabasa, (mara ngajengit apang suba ngelandong).


Ingat dan bandingkan pula dengan upacara mantenan padi di lumbung, yang eteh-eteh bantennya, berisi don dindingai, don tebel-tebel, dan kayu padi, yang semuanya merupakan doa yang dikemukakan secara kiratabasa.

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Harapan saya dari apa yang telah  saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua, Jika ada kekurangan dalam penyampaian dharma wacana ini saya mohon maaf. Karena tidak ada manusia yang sempurna, tiada gading yang tak retak. Akhir kata saya tutup dengan paramasantih.

Om Santih, Santih, Santih Om...

 

Senin, 04 Desember 2023

Agama Hindu Tak Terlepas dari Seni Budaya

Agama Hindu Tak Terlepas dari Seni Budaya

 

Om Swastiastu;

Om Anobhadrah krtavoyanthu visvatah ; semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru

 

Pinandita Lanang Istri yang sudah disucikan yang saya hormati

Yang saya hormati; Sesepuh dan Penasehat Banjar

Yang saya hormati; Ketua dan Pengurus Banjar Ciledug

Yang saya hormati; ketua dan Pengurus Tempek se Banjar Ciledug

Dan Umat Sedharma yang berbahagia.

 

agama hindu

Pada hari ini saya ……………….. akan membawakan Dharma Wacana yang berjudul Agama Hindu Tak Terlepas dari Seni Budaya .

 

Pertama-tama saya menghaturkan rasa puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Sesuhunan Yang Melinggih di Pura Dharma Sidhi karena atas waranugraha-Nya lah saya dan kita semua dapat hadir dalam persembahyangan ini dalam keadaan sehat walafiat.

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Yang kemudian Budaya berkembang membentuk seni Budaya.

 

Beragama itu harus memiliki buddhi, akal yang rasional, Hindu adalah agama yang bersifat filosofis dan spiritual, agama yang rasional sebagaimana halnya dengan filsafat, dan yang lebih dipentingkan dalam agama kita bukanlah dogma atau hukum, tetapi makna dan pengalaman pribadi dengan Yang Maha Suci, sehingga diutamakan didalam agama kita adalah memahami makna dan melakukan prakteknya.

 

Sedangkan  dalam agama dogmatis, kebenaran ditentukan oleh dogma atau hukum yang sering kali tidak dapat dipahami dengan nalar dan kalimat-kalimat hukum harus dikutip dengan lengkap.

 

Agama Hindu menuntun umatnya menuju kesadaran jiwa yang tertinggi dimana kesadaran ini lahir dari jiwa yang bebas, bukan ketaatan karena takut.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Melakukan praktek seni dan budaya merupakan salah satu cara kita mencintai agama Hindu. Dalam kehidupan beragama seni budaya Hindu sangat beraneka ragam; seperti, seni gerak, seni suara dan lain sebagainya.

 

Seni membutuhkan sensitifitas pada panca Indra sehingga terkadang Orang Hindu Bali itu Orang yang Sensi atau Sensitif.

 

Artinya, orang yang sangat peka, detil, terkadang orang awam berpikir Orang Bali Mudah Tersinggung. Dalam kehidupan orang Bali yang penuh dengan Seni, dibutuhkan rasa seni, sensitif terhadap seni. Rasa seni dipengaruhi oleh Agama Hindu yang Berbudaya. Semua kegiatan keagamaan selalu ada Seninya.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Seni Megambel misalnya, dalam Megambel atau seni bermain musik tradisional Bali atau Gamelan, para pemainnya dituntut memiliki sensitifitas pada syaraf pendengarannya.

 

Dimana dalam Gamelan tradisional ini memiliki 5 nada atau Slendro, yaitu Nang, Nung, Neng Nong, Ning. Sehingga pendengaran kita diharapkan sensitif dalam menerima frekwensi nada-nada ini, mampu membedakan setiap suara yang dihasilkan oleh bilah-bilah kuningan bila dipukul.

 

Harmonisasi suara menjadi daya tarik dari bermain gamelan ini, setiap pemain memiliki sensitifitas yang berbeda. Bagi yang telah menguasai seni megambel ini akan sangat mudah mendengar secara detail nada-nada yang dipukul oleh pemain lainya.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

Seni budaya lain yang membutuhkan sensitifitas seperti ;

 

Seni Menari : Sensitifitas gerakan

Seni Metanding Banten : Sensitifitas terhadap Komposisi Warna dan Bentuk

Seni Mekidung, Megeguntangan : sensitifitas Suara dan Telinga

Seni Memasak : Sensitifitas terhadap rasa, warna, bentuk dll

 

Dalam kegiatan Upakara dan Upacara : merupakan perpaduan seni dari kelima Panca Indra kita.

 

Dengan memahami pengaruh seni pada diri sendiri, berarti kitapun diharuskan mampu memahami orang lain, kemudian memahami lingkungan tempat kita bermasyarakat.

 

Salah satunya dengan Berkata yang Baik, Berprilaku yang Baik, Berpikir yang Baik, atau melakuka Trikaya Parisudha.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Pelaksanaan yajna umat Hindu itu selalu menarik siapa saja. Atau dengan kata lain, selalu dapat ngawrediang rasa lulut akung, mwang panrasa agama.

 

Jawabannya adalah karena pada dasarnya persembahan dan pemujaan atau yajna umat Hindu itu adalah menggunakan Pancapagendha, lima unsur seni sebagai sadhana bhakti.

 

Pancapagendha yang merupakan pengejawantahan konsep ajaran filasafat, tattwa dan nyasa. Atau dengan kata lain konsep ajaran sastra-sastra agama itu, mulai dari sruti, smrthi, dharmasastra, terutama dalam ajaran Upaweda, (Ithiasa, Purana, dan Nibandha), diwujud nyatakan, dipersonifikasikan dalam wujud pascapagendha itu, sehingga lebih mudah untuk dilihat, dimengerti bagi masyarakat pada umumnya, dalam penghayatan ajaran agama yang immanent, yang merupakan awal untuk mencapai tujuan agama yang transedental, Atau dengan kata lain, pelaksanaan hidup dan kehidupan keagamaan secara sekala, merupakan jalan awal untuk mencapai tujuan agama niskala.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;


Kelima unsur seni dalam konsep Pancapagendha, adalah sebagai berikut:


1. Seni Sastra


Ithiasa, Wiracarita, Purana (Manapurana dan upapurana) pada dasarnya adalah penjabaran Sang Hyang Catur Weda Jangkep, (Samaweda, Regweda, Yayurweda, dan Atharwaweda).

 

Di Bali ditulis dalam riptaprasasti (lontar-lontar Tattwa, Tutur, Wariga, Babad, Gaguritan, Kidung, Kakawin, termasuk lontar-lontar Mpu Lutuk dan Prembon Bebantenan, yang pada umumnya adalah merupakan sumber petunjuk dan tuntunan keempat unsur pancapagendha lainnya.


2. Seni Vokal


Gaguritan, Kidung, Kakawin, Palawakya, sampai yang merupakan chanda (Guru Lau), rapalan mantra, stuti, stava Ida Padanda saat mapuja, mulai dari saat Nyuryasewana, sampai muput karya/ yajna tertentu. Termasuk juga rapalan saat para Pamangku saat nganteb, adalah tergolong chanda, seni vocal.


3. Seni Instrumen


Berbagai perangkat gamelan, seperti gong, angklung, saron, smara pagulingan, gambang, gender wayang, salonding, dendengkuk, gong beri, dan lain sebagainya.


4. Seni Gerak


Berbagai sasolahan atau tari, mulai dari tari Wali, Tari Babali, dan Tari Balih-balihan. Tari Wali dan Tari Babali adalah tergolong tari sakral. Tari Wali merupakan bagian dari pelaksanaan upacara seperti berbagai jenis tari Rejang yang telah dikemukakan, tari Pendet, pada saat ngaturan prani, berbagai tari Baris (kecuali Baris Provan), sedangkan tari Babali adalah sebagai penunjang upacara, seperti Topeng Sidakarya, Wayang Lemah, Mabhisama, atau Kincang-kincung. Sedangkan tari Balih-balihan adalah pagelaran tari yang semata-mata bersifat hiburan, seperti Topeng Prembon, Arja, Wayang, Joged Bumbung, Drama Gong, dan sebagainya.


5. Seni Rupa


Adalah hasil karya seni lukis (chitralekha), berbagai Rerajahan dan Sasuratan, seperti telah dikemukakan. Termasuk seni pahat dan seni bangun. Gabungan antara seni lukis, seni pahat dan seni bangun dalam wujud banten disebut seni kriya seperti Sarad dan Kokudian Wadah.

 

Sasuratan dalam tatacara agama masyarakat umat Hindu di Bali, memiliki konotasi yang hanya digunakan dalam upacara Panca Yajna. Sedangkan Rerajahan memiliki konotasi yang hanya digunakan data lontar-lontar pregolan, seperti tumbal, sasuwuk, tataneman, babuntilan, pangimpas-pangimpas dan sahanan pangraksa.

 

Yang terakhir adalah persembahan sangging maranggi dan undagi maranggi dalam konsep pancapagendha ini, dan dalam wujud seni arca pada khususnya, yang akhir-akhir ini sering menimbulkan permasalahan-permasalahan dalam penggunaannya.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

Harapan saya dari apa yang telah  saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua, Jika ada kekurangan dalam penyampaian dharma wacana ini saya mohon maaf. Karena tidak ada manusia yang sempurna, tiada gading yang tak retak. Akhir kata saya tutup dengan paramasantih.

Om Santih, Santih, Santih Om...

 

Selasa, 07 November 2023

Makna Simbol dalam Upakara Banten; yaitu Canang

Makna Simbol dalam Upakara Banten; yaitu Canang

Makna Simbol dalam Upakara Banten; Canang

 


Om Swastiastu;

Om Anobhadrah krtavoyanthu visvatah ; semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru

 

Pinandita Lanang Istri yang sudah disucikan yang saya hormati

Yang saya hormati; Sesepuh dan Penasehat Banjar

Yang saya hormati; Ketua dan Pengurus Banjar Ciledug

Yang saya hormati; ketua dan Pengurus Tempek se Banjar Ciledug

Dan Umat Sedharma yang berbahagia.

 

Pada hari ini saya ……………….. akan membawakan Dharma Wacana yang berjudul Makna Simbol dalam Upakara Banten; yaitu Canang

 

Pertama-tama saya menghaturkan rasa puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Sesuhunan Yang Melinggih di Pura Dharma Sidhi karena atas asung kerta waranugraha-Nya lah saya dan kita semua dapat hadir dalam persembahyangan ini dalam keadaan sehat walafiat.

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Kata ”Canang” berasal dari bahasa Jawa kuno yang mulanya berarti sirih yang dihidangkan kepada para tamu yang sangat dihormati. Kebiasaan makan sirih jaman dulu merupakan tradisi yang sangat terhormat

 

Dalam Kekawin Nitisastra menjelaskan :

 

 Masepi tikang waktra tan amucang wang

 

Artinya

” Sepi rasanya bila mulut kita tidak makan sirih”

 

Jadi Sirih merupakan sarana yang benar-benar memiliki nilai tinggi, apalagi dengan banyak penelitian mengenai  manfaat daun sirih bagi pengobatan dan pemeliharaan kesehatan.

 

Kebiasaan makan sirih kiranya sudah membudaya  diseluruh Nusantara, terbukti bila ada upacara adat pasti ada suguhan makan sirih (kinang untuk bahasa Jawa).

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Dalam persembahyangan untuk di Jawa ada sesaji yang bernama Gedang Ayu Suruh Ayu  Kembang wangi ( Bahasa Jawa, artinya Pisang yang cantih, sirih yang cantih dan bunga harum). Setelah Agama Hindu berkembang  di Bali, daun sirih menjadi unsur penting dalam setiap sesajian, yang menjadi unsur pokok dalam apa yang disebut  banten canang.

 

Rangkaian sirih itu kemudian disebut porosan.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Kami mencoba menguraikan Bahan Banten Canang yang terdiri atas :

 

Porosan

Porosan dibuat dari daun sirih, kapur dan buah pinang (jambe dalam Bahasa Jawa) dijepit atau dibungkus dengan potongan janur dibentuk lancip  Porosan dimaknai pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi dalam manifestasi Tri Murti  (buah pinang sebagai lambang Brahma, sirih sebagai lambang Wisnu, dan kapur sebagai lambang Siwa.

 

Manusia tidak terlepas dari Lahir (Brahma), Hidup (Wisnu) dan Pralina (Iswara). Sehingga Arti Makna dari Porosan  adalah memohon tuntunan dan kekuatan Tuhan (Tri Murti) agar diberikan tuntunan (sesuatu yang lahir dari hati), kekuatan pikiran yang hening dan suci (pemeliharaan jiwa) serta dapat menghilangkan (Pralina) segala bentuk pengaruh buruk duniawi agar tercapainya hidup yang bahagia dan sejahtera.

 

Plawa

Plawa adalam daun dari tumbuh-tumbuhan. Berdasar lontar Yajna Prakerti bahwa plawa melambangkan tumbuhnya pikiran yang hening dan suci, maksudnya dalam memuja Hyang Wdhi hendaknya berusaha dengan pikiran hening dan suci.

 

Bunga

Bunga dalam canang melambangkan keihklasan. Memuja Tuhan Yang Maha Esa berlandaskan keihklasan

 

Dalam Bhagawadgita, VII.1 disebutkan :

 

Sribhagavan uvacha : mayy asaktamanah partha, yogam yunjan

madarasyah, asamsayam samagram mam, yatha jnasyasi tach chhrinu

 

Artinya

 

Dengarkan kini oh Partha, melaksanakan yoga, Dengan pikiranmu terpaku kepadaku, Dengan aku sebagai pelindungmu, Tanpa ragu kau akan mengenal Aku sepenuhnya. Manusia yang tidak mengihklaskan hidupnya akan selalu mengalami keresahan dalam hidupnya. Seseorang yang resah tidak pernah memiliki perasaan tenang apalagi hening dan suci.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Berikutnya ada berupa Tetuesaan, Reringgitan dan jejahitan

 

Tetuesan, reringgitan dan jejahitan melambangkan keteguhan hati untuk menuju kebaikan dan kebenaran

 

Bahan Banten Canang selanjutnya ada Urassari

Urassari  dibuat dari jejahitan, tetuesan dan reringgitan pertama dibuat garis silang menyerupai tapak dara yaitu bentuk sederhana dari Swastika. Kemudian disusun sedemikian rupa menjadi bentuk lingkaran yang menyerupai  Padma Astadala, lambang stana Hyang Widhi dengan delapan penjuru mata anginnya

 

Berdasarkan ajaran Agama Hindu penciptaan alam semesta ini oleh Hyang Widhi melalui  tiga proses

 

1.   Srasti   adalah proses penciptaan alam semesta beserta isinya melalui evolusi dua unsur purusa dan perdana

 

2.   Swastika adalah proses ketika alam semesta seisinya mencapai puncak keseombangan yang bersifat dinamis, kondisi ini dilambangkan dengan jejahitan dengan bentuk tapak dara dan kemudian menjadi Padma Astadala Padma Astadala adalah lambang perputaran alam yang dinamis dan seimbang sebagai sumber kebahagiaan.

 

3.   Pralaya  adalah proses alam semesta lebur keeembali keasalnya yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Dalam Kitab  Bhagawadgita  III.24 menyebutkan

 

Utsideyur ime loka na kuryam karma ched aham

samkarasya cha karta syamupahanyam imah prajah

 

Artinya

 

Jika Aku berhenti bekerja, dunia akan hancur lebur dan

Aku jadi pencipta keruntuhan memusnahkan manusia ini semu

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Selanjutnya kami sampaikan Makna Canang :

 

·         Lambang perjuangan hidup manusia dengan memohon perlindungannya

·         Lambang menumbuhkan keteguhan, kelanggengan dan kesucian pikiran manusia berlandaskan yajna kehadapan Hyang Widhi

·         Sebagai lambang suatu usaha umat manusia untuk mevisualisasikan ajaran Agama

·         Hindu  dalam bentuk banten memberi keterangan dan arti dan makna hidup ini

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Harapan saya dari apa yang telah  saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua, Jika ada kekurangan dalam penyampaian dharma wacana ini saya mohon maaf. Karena tidak ada manusia yang sempurna, tiada gading yang tak retak. Akhir kata saya tutup dengan paramasantih.

Om Santih, Santih, Santih Om...

 

CHANNEL YOUTUBE SAYA - MOHON DI SUBSCRIBE

Cari Artikel di Blog ini

Berita Terkait Semangat Hindu

Artikel Agama Hindu

108 Mutiara Veda 3 kerangka agama hindu advaita visistadviata dvaita Agama Hindu Dharma agama islam Ajaran Hindu aksara suci om alien menurut hindu Apa yang dimaksud Cuntaka Apa yang dimaksud dengan Japa Apa yang dimaksud dengan Puja arcanam nyasa aris widodo artikel hindu arya dharma Arya Wedakarna Asta Brata Atharvaveda Atman avatara sloka babad Badan Penyiaran Hindu bagian catur weda bahasa jawa kuno bahasa kawi bahasa sanskerta Banggalah Menjadi Hindu banten hindu bali Belajar Hindu BELAJAR ISTILAH AGAMA HINDU bhagavad gita Bhagawadgita bhagawan bhuta yadnya Bimas Hindu BPH Banten brahma wisnu siwa Brahman Atman Aikyam brahmana ksatriya wesia sudra budaya bali budha kliwon sinta Bukan Heroisme buku hindu terpopuler Canakhya Nitisastra cara sembahyang hindu catur asrama Catur Brata Catur Cuntakantaka Catur Purusha Artha Catur Purusharta catur veda Catur Warna Catur Weda Cendekiawan Hindu Cinta Kasih Dalam Perspektif Hindu Dana Punia Deva adalah sinar suci Brahman Deva Brahma Deva Indera dewa dewi hindu dewa yadnya dewata nawa sanga dewi kata-kata dewi saraswati dharma artha kama moksa Dharma Santi dharma wacana Doa Anak Hindu donasi buku hindu epos mahabharata ramayana filosofi pohon bambu filsafat agama hindu ganesha Gayatri Sebagai Mantra Yoga Hari Raya Galungan Hari Raya Kuningan Hari Raya Nyepi Hari Raya Pagerwesi Hari Raya Saraswati Hari Raya Siwaratri HINDU adalah ARYA DHARMA HINDU ADALAH SANATHANA DHARMA HINDU ADALAH VAIDHIKA DHARMA Hindu Agama Terbesar di Dunia Hindu Banten Hindu beribadah di Pura Hindu Festival Hindu Indonesia hindu nusantara Hindu Tengger Hinduism Facts Hinduism the Greatest Religion in the Word Hukum Karma Ida Pedanda sakti isi catur weda Jadilah Manusia Setia Japa dan Mantram Jiwa jual buku hindu kakawin Kamasutra Keagungan Aksara Suci OM Kekawin Lubdhaka kepemimpinan jawa kuna Kerajaan Hindu Keruntuhan Agama Hindu kesadaran diri kidung dewa yadnya Kitab Suci Weda lontar Lontar Kala Maya Tattwa Maharsi Atri Maharsi Bharadvaja Maharsi Gritsamada Maharsi Kanva Maharsi Vamadeva Maharsi Vasistha Maharsi Visvamitra manawa dharma sastra Mantra Mantra Yoga manusa yadnya Meditasi Matahari Terbit Mengapa Kita Beragama menghafal sloka Mimbar Agama Hindu Moksha Motivasi Hindu Mpu Jayaprema nakbalibelog Naskah Dialog Nuur Tirtha Om or Aum one single family opini hindu moderat Panca Sradha panca yadnya Panca Yajna pandita Panglong 14 Tilem Kepitu parahyangan agung jagatkartta paras paros segilik seguluk Pasraman Pasupati Pembagian Kitab Suci Veda Pemuda Hindu Indonesia pendidikan hindu pengertian catur weda Pengertian Cuntaka penyuluh agama hindu Peradah percikan dharma Percikan Dharma Dewa Yajna phdi pinandita Pitra Yadnya Ngaben Pitrapuja potong gigi Principle Beliefs of Hinduism Proud To Be Hindu Puja dan Prathana Pujawali purana purnama tilem Purwaning Tilem Kapitu Radio online Bali rare angon nak bali belog Reinkarnasi Rgveda ritual hindu Roh Rsi yadnya sabuh mas sad darsana sad guru Samaveda sanatana dharma sang hyang pramesti guru Sang Kala Amangkurat Sang Kala Dungulan Sang Kala Galungan Sang Kala Tiga sapta rsi Sapta Timira Sarassamuscaya Sarassamuscaya Sloka sattvam rajah tamah sejarah agama hindu Sekta Hindu Semangat Hindu seni budaya hindu Sex and Hinduism siwa budha waesnawa siwa ratri Sloka sloka bhagawad gita sloka bhatara sloka Rgveda sloka yayurveda Slokantara Sloka Spiritual Bersifat Misterius spiritualitas hindu spma ribek sradha dan bhakti sri rama krishna paramahansa Sri Sathya Sai Baba Sri Svami Sivananda sumpah dalam perkara tabuh gesuri tabuh kreasi baru tabuh telu lelambatan tantri kamandaka tat twam asi tattwa susila upakara Tempat Suci Hindu tiga hubungan harmonis tri hita karana Tri kaya parisudha tri kerangka agama hindu tri mala tri pramana Triji Ratna Permata tujuan perkawinan tujuh penerima wahyu tumimbal lahir upacara hindu upacara menek deha Upanisad upaweda Utsawa Dharma Gita vaidhika dharma Vasudhaiva Kutumbakam VEDA ADALAH ILMU PENGETAHUAN SUCI vedangga Vijaya Dashami Wasudewa Kutumbhakam widhi tatwa wija kasawur wiwaha agama hindu Yajna dan Sraddha yajna dan sradha Yayurveda Yoga Kundalini