OM. SA, BA, TA, A, I, NA, MA, SI, WA, YA, AM, UM, OM

PRAKATA

Selamat Datang

Semangat Hindu merupakan blog bersama umat Hindu untuk berbagi berita Hindu dan cerita singkat. Informasi kegiatan umat Hindu ini akan dapat menumbuhkan semangat kebersamaan.
Semangat Hindu semangat kita bersama.

Bersama Semangat Hindu kita berbagi berita dan cerita, info kegiatan, bakti sosial dan kepedulian, serta kegiatan keagamaan seperti ; pujawali, Kasadha, Kaharingan, Nyepi, Upacara Tiwah, Ngaben, Vijaya Dhasami dan lain sebagainya.

Marilah Berbagi Berita, Cerita, Informasi, Artikel Singkat. Bagi yang mempunyai Web/Blog, dengan tautan URL maka dapat meningkatkan SEO Web/ blog Anda.

Terima Kasih
Admin

RANBB

---#### Mohon Klik Share untuk mendukung blog ini ####---

Tampilkan postingan dengan label 3 kerangka agama hindu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 3 kerangka agama hindu. Tampilkan semua postingan

Minggu, 30 Juni 2024

Keruntuhan Agama Hindu di Indonesia

Keruntuhan Agama Hindu di Indonesia

Tidak adanya pergantian pemimpin yang baik, sehingga pemimpin berikutnya tidak mampu menjalankan tugas yang diperintahkan, sering terjadinya kecemburuan antar saudara sehingga memunculkan perang saudara yang menghabiskan banyak biayan dan pikiran akibatnya perekonomian kerajaan dan masayrakat menderita, melemahnya penataan agama Hindu karena kerajaan terlalu sibuk menghadapi peperangan, masuknya agama-agama baru ke Indonesia saat terjadi perang saudara hal ini memudahkan agama-agama baru mempengaruhi untuk beralih agama.PENGALAMAN INI SEMESTINYA JADI GURU BAGI KITA SAAT INI.

Agama Hindu berkembang di Indonesia, sejak awal abad ke-2 Masehi dengan berdirinya kerajaan Salakanagara di Jawa Barat, kemudian di Kalimantan Timur abad ke-4 Masehi. Kerajaan yang bernuansa Hindu adalah kerajaan Kutai. Pada masa kerajaan Kutai ditemukan tujuh buah Yupa, raja yang memerintah di Kutai adalah Kudungga, Aswawarman, dan Mulawarman. Di sini agama Hindu telah mengagungkan Dewa Shiwa yang dilaksanakan di lapangan Waprakeswara. Pada abad ke-4 berdiri kerajaan Tarumanegara sebagai rajanya adalah Purnawarman. Peninggalan kerajaan Tarumanegara, antara lain: Prasasti Ciaruteun, Tugu, Kebon Kopi, Pasir Awi, Muara Ciateun, Lebak, dan Jambu.

Setelah Jawa Barat, agama Hindu menyebar ke Jawa Tengah pada abad ke-7. Di sini ditemukan prasasti Tuk Mas bergambar atribut-atribut Dewa Tri Murti. Kemudian penyebaran agama Hindu memasuki Jawa Timur pada abad ke-8. Hal ini ditunjukkan dengan ditemukannya prasasti Dinoyo. Selain itu, terdapat juga peninggalan-peninggalan dalam bentuk karya sastra, seperti: Kitab Bharata Yudha, Sutasoma, Arjuna Wiwaha. Di Jawa Timur, agama Hindu mengalami perkembangan yang sangat pesat di bawah kerajaan Majapahit dengan rajanya Prabhu Hayam Wuruk dan Mahapatihnya Gajah Mada.

Pada abad ke-8, agama Hindu berkembang terus ke arah timur sehingga tiba di Pulau Dewata (Bali). Bukti yang menunjukkan Hindu berkembang di Bali ditemukan prasasti Blanjong, kemudian di Bali agama Hindu berkembang dan terus di tata sehingga tetap bertahan sampai sekarang

Perkembangan agama Hindu mengalami kejayaan pada masa kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan terbesar dan termegah yang pernah ada di Indonesia. Kerajaan Majapahit berdiri pada abad ke-12 atau 1200 masehi, tepatnya tahun 1293 masehi atau 1215 saka. Pada masa kepemimpinan Prabu Rajasanegara dan Mahapatih Gajah Mada, kerajaan Majapahit mengalami puncak kejayaannya.

Agama Hindu mulai mengalami kemunduran sejak runtuhnya kerajaan Majapahit. Keruntuhan agama Hindu di Indonesia karena berbagai faktor, diantaranya faktor politik, ekonomi, agama, dan kaderisasi.

 

Senin, 15 April 2024

Ajaran Hindu Dharma Kesadaran Diri Yang Sejati

 Ajaran Hindu Dharma Kesadaran Diri Yang Sejati

Ajaran Hindu Dharma Kesadaran Diri Yang Sejati

Om Swastiastu;

Om Anobhadrah krtavoyanthu visvatah ; semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru

 

Pinandita Lanang Istri yang sudah disucikan yang saya hormati

Yang saya hormati; Sesepuh dan Penasehat Banjar

Yang saya hormati; Ketua dan Pengurus Banjar Ciledug

Yang saya hormati; ketua dan Pengurus Tempek se Banjar Ciledug

Dan Umat Sedharma yang berbahagia.

 

Pada hari ini saya ……………….. akan membawakan Dharma Wacana yang berjudul Ajaran Hindu Dharma Kesadaran Diri Yang Sejati

 

Pertama-tama saya menghaturkan rasa puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Sesuhunan Yang Melinggih di Pura Dharma Sidhi karena atas asung kerta waranugraha-Nya lah saya dan kita semua dapat hadir dalam persembahyangan ini dalam keadaan sehat walafiat.

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Tujuan hidup tertinggi dalam ajaran Hindu Dharma adalah menyadari kenyataan diri yang sejati  [Atma Jnana], sehingga Atma dapat terbebas dari siklus samsara dan mencapai Moksha.

Guna mencapai Moksha sangatlah perlu menyadari tentang kenikmatan indriya, mencari keuntungan, harta kekayaan, serta mengejar bentuk-bentuk fisik dan materi lainnya. Hal inilah yang telah mengundang banyak manusia enggan melaksanakan dharma dan malah bahkan menciptakan berbagai karma buruk.

Berbagai karma buruk ini justru mengakibatkan kelak dikemudian hari membawa kesengsaraan.

Umat Sedharma yang berbahagia;

Lahir dan hidup sebagai manusia itu penuh dengan dinamika. Hidup selalu berada dalam dinamika naik-turun dengan berbagai dualitas; kebahagiaan dan kesengsaraan, kesenangan dan kesedihan, serta ada baik ada pula yang buruk.

Dengan kata lain, sebagai manusia  untuk segera ”sadar”, karena kita dikelilingi oleh berbagai lubang perangkap kehidupan yang akan menjadi karma buruk. Jika kita salah melangkah, cepat atau lambat kita akan terbawa masuk ke dalam jurang kesengsaraan.

Umat Sedharma yang berbahagia;

Di dalam Rig Veda V.12.5 disebutkan sebagai berikut :

Adhursata svayam ete vacobhir

Rjuyate vrjinani bruvantah

Artinya :

Orang-orang yang tidak berjalan lurus [tidak melaksanakan ajaran dharma], akan mengalami kehancuran semata karena perbuatan-perbuatan [karma buruk] mereka sendiri.

Umat Sedharma yang berbahagia;

Selama kita hidup mengarungi samsara [siklus kelahiran-kematian yang berulang-ulang], melewati berjuta-juta kehidupan, kita tidak punya sumber keselamatan lain selain melaksanakan ajaran dharma.

Tekun dan tulus melaksanakan ajaran dharma akan menjadi pelindung utama yang menyelamatkan perjalanan kita dalam roda samsara.

Di alam semesta ini berlaku hukum karma, ada akibat karena ada sebab. Hukum Karma menjelaskan bahwa diri kita sendirilah yang menentukan garis nasib kita. Jika dalam kehidupan sebelumnya kita banyak membuat karma buruk, maka hidup kita disaat ini akan berat dan sengsara. Jika dalam kehidupan sebelumnya kita banyak membuat karma baik, maka hidup kita disaat ini akan banyak kemudahan dan bahagia.

Umat Sedharma yang berbahagia;

Disinilah pentingnya terus-menerus melakukan kebaikan, kebaikan dan kebaikan atau melaksanakan Dharma, karena karma baik akan membantu meringankan karma buruk kita.

Bila sifat-sifat dharma tersebut terus-menerus diperkuat dan dikembangkan pada kehidupan saat ini, hal itu akan semakin kuat dan menonjol pada kehidupan kita selanjutnya.

Melaksanakan dharma tidak saja merupakan satu-satunya sumber keselamatan kita dalam siklus kehidupan dan kematian [roda samsara], tapi juga sekaligus adalah landasan dasar yang sangat menentukan di dalam upaya sadhana untuk memurnikan pikiran [citta-suddhi] dan melenyapkan ke-aku-an [nirahamkarah], dalam rangka upaya mencapai Moksha atau pembebasan sempurna.

Umat Sedharma yang berbahagia;

Tekun melaksanakan ajaran dharma, tidak saja akan menjadi penjaga, pelindung dan pembimbing kita yang abadi dalam mengarungi roda samsara, tapi juga akan menjadi pondasi dasar pikiran bersih dan kesadaran terang bagi setiap aktifitas religius kita.

Ketika kita sembahyang atau japa mantra pikiran kita jadi lebih mudah terhubung dengan vibrasi kemahasucian dari alam-alam luhur, ketika kita meditasi kita menjadi lebih mudah mencapai samadhi, ketika kita mempelajari dharma kita akan lebih mudah paham dan mengerti, ketika kita melaksanakan kerja kita akan berbahagia melaksanakan svadharma [tugas kehidupan] kita.

Karena kesucian hanya bisa terhubung dengan kesucian. Itulah sebabnya juga disebut "gerbang depan" atau titik berangkat yang terpenting untuk memasuki dunia spiritual yang mendalam.

Umat Sedharma yang berbahagia;

Dalam kehidupan sebagai manusia ini, adalah merupakan suatu kebodohan [avidya] untuk membuang-buang energi kita dalam kesedihan, dalam kemarahan, dalam dendam, dalam kebencian, dalam sakit hati, dalam iri hati, dalam kecemburuan, dalam ketidakpuasan, dalam keserakahan, dalam kesombongan, atau dalampengumbaran hawa nafsu.

Lebih baik kita melakukan sesuatu dengan energi kita yang akan membawa kita menuju dimensi kesadaran yang lebih tinggi. Gunakanlah energi kita untuk melaksanakan kebaikan, untuk menolong mahluk lain, untuk melaksanakan praktek meditasi, untuk rajin sembahyang, untuk melaksanakan dharma, untuk membersihkan diri dengan cara melukat.

Umat Sedharma yang berbahagia;

Dalam perjalanan kehidupan ini manusia itu “svatantra katah”, yaitu mahluk yang sepenuhnya bebas, memiliki kehendak bebas dan sekaligus bertanggung jawab atas semua pilihan perbuatannya sendiri.

Diri kita sendiri-lah yang sepenuhnya merancang dan menentukan jalan kehidupan kita sendiri. Kita memiliki peluang yang sangat besar untuk memperoleh kebahagiaan dan ketenangan hidup.

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Harapan saya dari apa yang telah  saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua, Jika ada kekurangan dalam penyampaian dharma wacana ini saya mohon maaf. Karena tidak ada manusia yang sempurna, tiada gading yang tak retak. Akhir kata saya tutup dengan paramasantih.

Om Santih, Santih, Santih Om...

 

 

Sabtu, 13 April 2024

Bagaimana Hindu memahami Agamanya

 Bagaimana Hindu memahami Agamanya

Om Swastiastu;

Om Anobhadrah krtavoyanthu visvatah ; semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru

 

Pinandita Lanang Istri yang sudah disucikan yang saya hormati

Yang saya hormati; Sesepuh dan Penasehat Banjar

Yang saya hormati; Ketua dan Pengurus Banjar Ciledug

Yang saya hormati; ketua dan Pengurus Tempek se Banjar Ciledug

Dan Umat Sedharma yang berbahagia.

 

Pada hari ini saya ……………….. akan membawakan Dharma Wacana yang berjudul Bagaimana Hindu memahami Agamanya.

 

Pertama-tama saya menghaturkan rasa puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Sesuhunan Yang Melinggih di Pura Dharma Sidhi karena atas waranugraha-Nya lah saya dan kita semua dapat hadir dalam persembahyangan ini dalam keadaan sehat walafiat.

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Dilihat dari kata agama itu berasal dari kata Sanskerta A dan Gam. A artinya tidak dan Gam artinya pergi. (Dalam bahasa Inggris Gam=Go, dalam bahasa Belanda Ga, yang artinya sama juga yaitu “pergi”

 

Jadi kata Agama berarti “tidak pergi”, “tetap di tempat”, “Langgeng” diwariskan secara turun temurun. Inilah arti istilah kata Agama.

 

Dalam agama Hindu kita memahami agama sebagai arti dalam jiwa kerohaniannya agama bagi kita adalah Dharma dan kebenaran abadi yang mencakup seluruh jalan kehidupan (way of life) manusia.

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Agama adalah kepercayaan hidup pada ajaran-ajaran suci yang diwahyukan oleh Sang Hyang Widhi, yang kekal abadi. Dan agama Hindu ini diwahyukan oleh Sang Hyang Widhi yang diturunkan ke dunia, dan pertama kalinya berkembang di sekitar sungai suci Sindhu.

 

Tujuan agama Hindu ini adalah untuk mencapai kedamaian rohani dan kesejahteraan hidup jasmani. Di dalam pustaka suci Weda tersebut “ Mokshartham Jagadhita Ya Ca iti Dharma” yang artinya Dharma atau agama itu ialah untuk mencapai moksa (Moksartham) dan mencapai kesejahteraan hidup mahluk (Jagadhita).

 

Moksa juga disebut “mukti” artinya mencapai kebebasan Jiwatman atau kebahagiaan rohani yang langgeng.

 

“Jagadhita” juga disebut dengan istilah “bhukti” yaitu membina “Abhyudaya” atau kemakmuran kehidupan masyarakat dan Negara.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

Dalam agama Hindu ada 3 bagian utama yang menjadi dasar dari agama Hindu, yang merupakan intisari dari pustaka suci Weda yang diwahyukan oleh Sang Hyang Widhi Wasa, yaitu : Tattwa (Filsafat), Susila (ethika) dan Upacara (ritual).

 

Sehingga ritual merupakan inti dari agama Hindu dimanapun berada, yang disesuaikan dengan local genius (kebiasaan adat setempat).

 

Ketiganya tidak dapat dipisahkan satu sama yang lain. Jika filsafat agama saja yang diketahui tanpa melaksanakan ajaran-ajaran susila dan upacara, tidaklah sempurna.

 

Demikian juga jika hanya melakukan upacara saja tanpa dasar-dasar filsafat dan ethika, percuma pulalah upacara itu, bagaimanapun besarnya.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

Memahami tattwa menjadi sangat penting bagi pemeluk agama Hindu, salah satunya mengenai Filsafat Panca Sradha. Ini adalah kepercayaan, keyakinan agama Hindu yang ada 5 bagian. Panca itu Lima, Sradha adalah kepercayaan yaitu :

 

1.   Percaya adanya Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa)

2.   Percaya adanya Atma (Roh leluhur)

3.   Percaya adanya Hukum Karma Phala

4.   Percaya adanya Samsara (Punarbhawa)

5.   Percaya adanya Moksa

 

Sang Hyang Widhi adalah Ia Yang Maha Kuasa sebagai Pencipta, Pemelihara, Pemrelina segala yang ada di alam semesta ini. Sang Hyang Widhi adalah Maha Esa. Agama Hindu percaya ke-Esa-an Tuhan sesuai dengan pustaka suci Weda .

 

“Ekam Eva Adwityam Brahman” . yang artinya “Hanya satu (Ekam Eva) tidak ada duanya (Adwityam) Hyang Widhi (Brahman) itu”

 

Selaian itu kita mengenal “Eko Narayana Na Dwityo Sti Kaccit” artinya “Hanya satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya”

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

Hindu percaya pada ke-Esa-an Tuhan, Tuhan itu hanya satu dan Maha Kuasa, sehingga memiliki kemahakuasaan yang berbeda-beda.

Dalam lontar Sutasoma disebutkan “Bhineka Tunggal Ika, tan hana Dharma Mangrwa” artinya “Berbeda-beda tetapi satu, tidak ada Dharma yang dua” juga dikatakan “Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadanti” artinya “Hanya satu (Ekam) Sang Hyang Widhi (Sat=hakekat), hanya orang bijaksana (Viprah) menyebutkan (Wadanti) dengan banyak nama (bahuda).

 

Sifat-sifat Sang Hyang Widhi yang Maha Mulia, Maha Kuasa, Maha Pengasih, dan tiada terbatas sedangkan kekuatan manusia untuk menggambarkan Sang Hyang Widhi sangat terbatas adanya.

 

Maha Rsi-Maha Rsi kita tidak hanya mampu memberi sebutan dengan banyak nama menurut fungsinya. Dan yang paling utama adalah Tri Sakti, yaitu Brahma, Wisnu, Siwa.

 

·         Brahma ialah sebutan Sang Hyang Widhi dalam fungsinya sebagai Pencipta dalam bahasa Sanskerta disebut Uttpeti

 

·         Wisnu ialah sebutan Sang Hyang Widhi dalam fungsinya sebagai Pelindung, pemelihara dengan segala kasih sayangnya. Pelindung dalam bahasa Sanskerta disebut Sthiti.

 

·         Ciwa ialah sebutan Sang Hyang Widhi dalam fungsinya melebur (pralina) dunia serta isinya dan mengembalikan dalam peredarannya ke asal. Dalam bahasa Kawinya diistilahkan dengan “Sangkan Paran” (Kembali ke asal)

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

Agama Hindu mengajarkan adanya tiga cara untuk mengetahui sesuatu yang disebut Tri Pramana yaitu Pratyaksa Pramana, Anumana Pramana dan Agama Pramana.

 

Tri Pramana memiliki arti dengan cara melihat langsung (Pratyaksa), dengan cara mengambil kesimpulan dari suatu analisa (Anumana) dan dengan mempercayai pemberitahuan orang-orang suci yang tidak pernah bohong (Agama).

 

Demikian juga mengenai Sang Hyang Widhi. Hanya orang-orang yang sangat suci yang mengetahui Sang Hyang Widhi dengan melihat langsung, dengan cara Pratyaksa.

 

Kita percaya bahwa kita seluruh alam ini, ada. Tentu ada yang menciptakan yaitu Sang Hyang Widhi. Dan kita percaya bahwa kita akan mati tentu ada tempat bagi Atman kita yang telah lepas dari badan. Inipun adalah Sang Hyang Widhi. Kita contohkan dengan seekor kumbang.

 

Kumbang itu hinggap ke suatu bunga dan dari sana ke bunga yang lain. Pada kakinya penuh bulu tersangkut benang-benang sari bunga yang nantinya menyebabkan perkawinan antara bunga-bunga itu.

Nah siapakah yang membuat kaki kumbang itu berbulu yang gunanya justru untuk melekatnya benang-benang sari bunga itu ? Tentu Sang Hyang Widhi. Cara Agama Pramana adalah hanya dengan cara mempercayai isi pustaka suci kita.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

Harapan saya dari apa yang telah  saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua, Jika ada kekurangan dalam penyampaian dharma wacana ini saya mohon maaf. Karena tidak ada manusia yang sempurna, tiada gading yang tak retak. Akhir kata saya tutup dengan paramasantih.

Om Santih, Santih, Santih Om...

 

Kamis, 14 Desember 2023

Makna Upakara; Kwangen, Daksina dan Segehan

 Makna Upakara; Kwangen, Daksina dan Segehan

 

Om Swastiastu;

Om Anobhadrah krtavoyanthu visvatah ; semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru


 

Pinandita Lanang Istri yang sudah disucikan yang saya hormati

Yang saya hormati; Sesepuh dan Penasehat Banjar

Yang saya hormati; Ketua dan Pengurus Banjar Ciledug

Yang saya hormati; ketua dan Pengurus Tempek se Banjar Ciledug

Dan Umat Sedharma yang berbahagia.

 

Pada hari ini saya ……………….. akan membawakan Dharma Wacana yang berjudul Makna Upakara;  Kwangen, Daksina dan Segehan

 

Pertama-tama saya menghaturkan rasa puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Sesuhunan Yang Melinggih di Pura Dharma Sidhi karena atas asung kerta waranugraha-Nya lah saya dan kita semua dapat hadir dalam persembahyangan ini dalam keadaan sehat walafiat.

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Pengertian Kwangen

Merupakan bentuk persembahan yang dipakai untuk menyembah Ista Dewata yaitu aspek Tuhan yang dimohon hadir dalam persembahyangan tersebut untuk menerima persembahan atau bhakti para pemujanya.

Cara memakainya

Karena Kewangen simbol Tuhan maka memakainya hendaknya sedemikian rupa sehingga muka kewangen berhadapan muka dengan pemakainya atau penyembahnya. Yang  merupakan  muka adalah uang kepeng, bila tidak ada uang kepeng dapat diganti dengan uang logam.

Bahan-Bahan Kwangen

Umat Sedharma yang berbahagia;

Kewangen dibuat, tempatnya dari daun pisang  atau janur yang dibentuk kojong. Isi kewangen, daun-daunan (plawa), bunga, uang kepeng dan porosan silih asih.

Adapun yang disebut porosan silih asih adalah dua helei daun sirih yang diisi kapur, gambir dan buah pinang, diatur sehingga bila digulung kelihatan bolak-balik baik bagian perut maupun punggungnya.

Umat Sedharma yang berbahagia;

Selanjutnya kami akan sampaikan perihal Daksina

Kata Daksina  mengandung arti Brahma, kemudian Brahma menjadi Brahman yaitu Sang Hyang Widhi. Daksina dibuat sebagai simbol manifestasi dari Brahman sendiri atau Hyang Widhi.

Bahan-bahan, isi  dan makna simbol dalam  Daksina :

Kalau melihat banyaknya isi dari daksina dan makna yang terkandung dalam tersebut, sebetulnya merupakan permohonan pada Ida Sang Hyang Widhi.

Mengenai telor kenapa harus telor itik,  karena itik sifatnya baik, dapat membedakan yang kotor dan yang bersih, tidak mau bertengkar. Jadi kalau memakai telor itik seolah-olah persembahan itu permohonan agar kita dianugerahi  kebijaksanaan oleh Hyang Widhi.

Umat Sedharma yang berbahagia;

Kita lanjutkan dengan Segehan

Upacara Mesegeh adalah upacara Dewa Yajna yang dilaksanakan pada Kajeng kliwon   :  Sang Kala Bucari  yaitu halaman rumah, kemudian Sang Bhuta Bucari yaitu halaman merajan dan Sang Dewi Durga yaitu dipintu luar.

 

Adapun Bahan segehan meliputi :

·         Nasi (sega)  ditaruh dalam tangkih (alas dari janur  berbentuk segitiga)

·         untuk dihalaman rumah 4 warna (putih, merah, kuning dan hitam) masing-masing dalam tangkih ditaruh di  4 arah mata angin

·         untuk di merajan/sanggah : 5 warna masing-masing ditaruh ditangkih (putih, merah, kuning, hitam dan ditengah pancawarna/brumbun)

·         untuk didepan pintu keluar halaman pekarangan   1 warna putih dalam 9 tangkih (8 mata angin 1 ditengah), beras, uang kepeng (2bh)  base  (sirih), benang putih dalam 1 tangkih bawang (merah), jahe (putih) dan garam areng (hitam) dalam 1 tangkih canang  yasa atau plaus sampian tangas dan bunga.

·         api takep atau dupa

·         air (tirtha) dan bunga dalam batil (tiap tampat disediakan 1 batil tirtha.

 

Bahan ini semua ditaruh dalam tamas, sehingga perlu 3 buah tamas banten segehan, juga api takep/dupa dan tirtha masing-masing harus ada.

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Harapan saya dari apa yang telah  saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua, Jika ada kekurangan dalam penyampaian dharma wacana ini saya mohon maaf. Karena tidak ada manusia yang sempurna, tiada gading yang tak retak. Akhir kata saya tutup dengan paramasantih.

Om Santih, Santih, Santih Om...

Kamis, 07 September 2023

Mengapa Kita Beragama?

Mengapa Kita Beragama?

 

Om Swastiastu;

Om Anobhadrah krtavoyanthu visvatah ; semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru

 

Pinandita Lanang Istri yang sudah disucikan yang saya hormati

Yang saya hormati; Sesepuh dan Penasehat Banjar

Yang saya hormati; Ketua dan Pengurus Banjar Ciledug

Yang saya hormati; ketua dan Pengurus Tempek se Banjar Ciledug

Dan Umat Sedharma yang berbahagia.

 

Pada hari ini saya ……………….. akan membawakan Dharma Wacana yang berjudul Mengapa Kita Beragama?.

 

Pertama-tama saya menghaturkan rasa puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Sesuhunan Yang Melinggih di Pura Dharma Sidhi karena atas waranugraha-Nya lah saya dan kita semua dapat hadir dalam persembahyangan ini dalam keadaan sehat walafiat.

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Pada umumnya kita beragama karena mengikuti lingkungan, khususnya lingkungan terdekat yaitu orang tua kita. Sejak kecil kita diajak oleh orang tua kita mengikuti cara-cara agama. Kita diajak sembahyang bersama pada hari raya. Pada usia tertentu kita dibuatkan upacara-upacara agama.

 

 

Ketika kita mulai dewasa kita bertanya. "Mengapa kita beragama?". Jawabannya sebenarnya hampir sama dengan waktu kita sembahyang dimasa kanak-kanak, yaitu agar kita selamat dalam menjalani hidup ini!. Dengan cara bagaimana? Dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan. Agama memberikan kita pedoman untuk mendekatkan diri kita kepada Yang Suci. 

 

Umat sedharma yang terkasih,

 

Carl Gustav Jung, psikiater terkenal kelahiran Swiss (1875-1967) mengatakan: "Masalah psikologis masa kini adalah masalah kerohanian, masalah agama. Manusia jaman ini haus dan lapar akan hubungan yang kokoh dengan kekuatan-kekuatan psikis yang terdapat dalam dirinya. Kekurangan suatu hubungan yang kokoh dengan hal-hal rohani (Tuhan) membuat manusia tidak mengalami pemekaran, rasa sejahtera dan keamanan di dalam suatu dunia yang tenteram sentosa". *)

 

Mengapa kita beragama Hindu?

 

Kita memeluk agama Hindu karena kita lahir dari orang tua Hindu. Atau karena kita kawin dengan seorang suami atau istri Hindu. Atau karena pilihan yang kita lakukan secara sadar. Tapi mengapa kita memilih agama Hindu?

 

 

 

Apakah Agama Hindu Agama yang Terbaik?

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Pemeluk Hindu tidak pernah menyatakan agamanya sebagai agama yang terbaik. Menyatakan Hindu sebagai "agama terbaik" terkesan sebagai suatu kesombongan. Agama melarang kesombongan.

 

Mari kita ambil contoh. Bila kita mengatakan suami atau istri kita sebagai suami atau istri yang terbaik di dunia, bila ini kita ucapkan ketika kita berdua saja. tidak ada orang lain yang mendengar, ini merupakan tanda cinta atau kasih sayang, sekalipun terasa sedikit berlebih- lebihan. Tapi bila itu kita ucapkan di depan orang lain, dengan sedikit membusungkan dada, maka kita akan dianggap orang yang sombong.

 

Dengan ucapan itu kita juga dianggap merendahkan suami atau istri orang lain. Lalu orang-orang mulai memperhatikan kita. Mencari-cari kehebatan kita. Tapi ternyata kemudian yang banyak ditemukan adalah kekurangan-kekurangan kita. Dan kemudian mereka berkomentar, "oh, itu toh suami yang terhebat di dunia". Atau "oh itu toh istri yang terbaik di dnuia. Hanya seperti itu?".

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Demikian pula dengan agama. Bila kita mengatakan agama kita adalah agama yang terbaik, berarti kita juga mengatakan agama lainnya hanya sekerdar "baik" atau "tidak baik". Pemeluk agama lain akan merasa tidak enak atau mungkin tersinggung. Lalu mereka akan melihat kepada kita. Dan segera mereka menemukan, "Oh, disana juga banyak kejahatan, kemiskinan dan penderitaan, korupsi, ".

 

Apa gunanya agama yang baik bila ia tidak mampu membuat para pemeluknya menjadi baik?. Atau apakah agama dapat dikatakan sebagai agama terbaik bila ia tidak mampu membuat para pemeluknya menjadi umat yang terbaik?.

 

 

Apakah Semua Agama itu sama saja?

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Agama-agama memiliki persamaan dan perbedaan! Agama-agama pada dasarnya memiliki fungsi yang sama. Agama-agama memberikan kita jalan untuk berhubungan dengan Hyang Suci (Tuhan), untuk berhubungan dengan diri kita sendiri (spiritualitas) dan untuk berhubungan dengan lingkungan, mahluk hidup dan alam sekitar kita (etika atau moral). Agama-agama juga mewajibkan kita untuk menghormati hidup, hidup kita sendiri dan hidup orang lain.

 

Tapi bagaimana hubungan itu dilakukan, bagaimana kewajiban kita dilaksanakan, masing-masing agama memiliki cara serta aturannya sendiri. Tiap-tiap agama memiliki kitab sucinya sendiri, ajaran-ajarannya sendiri, ibadahnya sendiri, tokoh-tokohnya dan sejarahnya sendiri.

 

Bahkan pandangan mereka masing-masing tentang Tuhan juga berbeda. Inilah sebabnya mengapa ada agama Hindu, agama Budha, agama Shinto, agama Khong Hu cu, agama Tao, agama Islam, agama Kristen dan agama Yahudi.

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Pada umumnya agama Hindu atau orang-orang Hindu karena sikapnya yang sangat toleran, lebih suka menekankan persamaan-persamaan agama. Namun ini akan membawa kita pada satu kesalahan lain, yaitu mengabaikan aspek-aspek khusus dari masing-masing agama yang mencari ciri khas dan identitas dari masing-masing agama tersebut.

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Mari kita ambil contoh. Agama-agama tertentu percaya pada takdir dimana nasib manusia sepenuhnya telah ditentukan oleh Tuhan. Agama Hindu percaya pada Hukum Karma dimana nasib manusia ditentukan oleh manusia itu sendiri.

 

Ada agama yang percaya bahwa manusia hanya hidup sekali, setelah mati, menunggu hari kiamat. Pada saat itu manusia dibangkitkan kembali untuk diadili. Agama Hindu percaya pada reinkarnasi, dimana manusia lahir kembali, diberikan kesempatan untuk menyempurnakan dirinya.

 

Perbedaan antar agama adalah suatu fakta yang harus diketahui. Agar kita tidak mencampur adukkan agama. Ibarat orang bertetangga, pagar yang baik atau tanda batas yang tegas justru akan mencegah tetangga itu bertengkar karena memperebutkan pekarangan. Perbedaan bukan untuk dipertentangkan, tapi untuk saling memperkaya wawasan.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

 

Bagimana dengan Penggolongan Agama?

 

Ada orang yang menggolongkan agama menjadi agama langit dan agama bumi. Ada yang menggolongkannya menjadi agama hukum dan agama pembebasan. Ada penggolongan agama berdasarkan wilayah asal kelahiran agama-agama tersebut. 

 

Kecuali penggolongan yang terakhir, dua penggolongan sebelumnya bersifat sangat subyektif. Setiap pemeluk agama dapat membuat penggolongan berdasarkan ukuran-ukuran yang ditetapkannya sendiri dengan maksud menempatkan agamanya sendiri dengan maksud menempatkan agamanya pada kedudukan yang paling tinggi.

 

Ambil contoh penggolongan agama langit dan agama bumi. Agama langit (samawi) katanya agama yang dibentuk berdasarkan wahyu Tuhan. Agama bumi atau agama alamiyah katanya agama yang berdasar renungan manusia atau kasarnya agama buatan manusia.

 

Siapa saja dapat mengatakan bahwa agamanya agama wahyu sedangkan agama orang lain adalah agama buatan manusia. Kalau kita mengatakan kitab suci orang lain hanya buatan manusia belaka, mereka juga dapat mengatakan hal yang sama terhadap kitab suci kita.

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

 

Seperti dikatakan oleh seorang ahli sosiologi agama yang terkenal, Peter Berger, wahyu memang tidak dapat dibuktikan. Kebenaran wahyu hanya didasarkan oleh keyakinan semata. Karena wahyu itu keluar melalui mulut seseorang maharesi atau nabi. Siapa yang tahu apakah kata-kata Tuhan itu masuk melalui telinga atau otaknya? Dan apakah bedanya?.

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Apakah Sifat Utama Agama Hindu?

 

Agama Hindu bukanlah agama dogmatik. Agama Hindu adalah agama yang terbuka, artinya keyakinan-keyakinan Hindu dapat ditafsirkan sesuai dengan semangat jaman. Agama-agama yang dogmatik sangat menekankan kepada "iman" yang bersifat dogma, yang harus percayai begitu saja, sekalipun tidak dapat dipahami dengan akal.

 

Penganut agama-agama ini biasanya mengatakan "Percayalah, atau masuklah agama saya, maka kamu akan selamat". Agama Hindu, adalah agama yang menekankan pada amal, perbuatan- perbuatan yang baik dan benar maka kamu akan selamat".

 

Apakah akibat Sifat-sifat itu Bagi Kehidupan Nyata Manusia?

 

Agama-agama dogmatik bisa membuat manusia memisahkan antara ibadah dengan perbuatan. Cukup dengan percaya saja, atau cukup dengan melakukan ibadat secara taat, mereka merasa sudah selamat (masuk surga). Atau ibadat dianggapnya sebagai "imbangan" dari perbuatannya. Dosa-dosa dalam kehidupan nyata seolah-olah ditebus oleh ibadat.

 

Agama Hindu menyatakan keyakinan dengan perbuatan, iman dan amal. Keyakinan dan ibadah itu harus tercermin dalam tingkah laku sehari-hari. Orang yang beragama dituntut untuk bertingkah laku pantas di masyarakat. Sering kita dengar ucapan "tak ada artinya ibadat, kalau tingkah lakunya tidak benar!". 

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

 

Agama-agama dogmatik cenderung menimbulkan fanatisme buta. Penganut agama ini biasanya berpendapat hanya agamanya sendiri yang benar. Agama orang lain salah. Agama Hindu, karena menekankan pada amal, bersifat sangat toleran. Pemeluk Hindu tidak pernah merasa lebih suci dari pemeluk agama lain.

 

Pemeluk Hindu tidak merasa paling benar sendiri, apalagi mengkafirkan pemeluk agama lain.

 

Sri Swami Sivananda, mengatakan "keramah-tamahan yang tulus dari agama Hindu sangat terkenal. Agama Hindu memberi perhatian terhadap semua agama. Agama Hindu tidak pernah mencela atau mencaci maki agama lain.

 

Agama Hindu menghormati kebenaran dari manapun datangnya. Inilah salah satu alasan mengapa kita memeluk agama Hindu. Alasan-alasan lain akan kita jumpai dalam pembicaraan- pembicaraan selanjutnya.

 

 

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Harapan saya dari apa yang telah  saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua, Jika ada kekurangan dalam penyampaian dharma wacana ini saya mohon maaf. Karena tidak ada manusia yang sempurna, tiada gading yang tak retak. Akhir kata saya tutup dengan paramasantih.

Om Santih, Santih, Santih Om...

 

CHANNEL YOUTUBE SAYA - MOHON DI SUBSCRIBE

Cari Artikel di Blog ini

Berita Terkait Semangat Hindu

Artikel Agama Hindu

108 Mutiara Veda 3 kerangka agama hindu advaita visistadviata dvaita Agama Hindu Dharma agama islam Ajaran Hindu aksara suci om alien menurut hindu Apa yang dimaksud Cuntaka Apa yang dimaksud dengan Japa Apa yang dimaksud dengan Puja arcanam nyasa aris widodo artikel hindu arya dharma Arya Wedakarna Asta Brata Atharvaveda Atman avatara sloka babad Badan Penyiaran Hindu bagian catur weda bahasa jawa kuno bahasa kawi bahasa sanskerta Banggalah Menjadi Hindu banten hindu bali Belajar Hindu BELAJAR ISTILAH AGAMA HINDU bhagavad gita Bhagawadgita bhagawan bhuta yadnya Bimas Hindu BPH Banten brahma wisnu siwa Brahman Atman Aikyam brahmana ksatriya wesia sudra budaya bali budha kliwon sinta Bukan Heroisme buku hindu terpopuler Canakhya Nitisastra cara sembahyang hindu catur asrama Catur Brata Catur Cuntakantaka Catur Purusha Artha Catur Purusharta catur veda Catur Warna Catur Weda Cendekiawan Hindu Cinta Kasih Dalam Perspektif Hindu Dana Punia Deva adalah sinar suci Brahman Deva Brahma Deva Indera dewa dewi hindu dewa yadnya dewata nawa sanga dewi kata-kata dewi saraswati dharma artha kama moksa Dharma Santi dharma wacana Doa Anak Hindu donasi buku hindu epos mahabharata ramayana filosofi pohon bambu filsafat agama hindu ganesha Gayatri Sebagai Mantra Yoga Hari Raya Galungan Hari Raya Kuningan Hari Raya Nyepi Hari Raya Pagerwesi Hari Raya Saraswati Hari Raya Siwaratri HINDU adalah ARYA DHARMA HINDU ADALAH SANATHANA DHARMA HINDU ADALAH VAIDHIKA DHARMA Hindu Agama Terbesar di Dunia Hindu Banten Hindu beribadah di Pura Hindu Festival Hindu Indonesia hindu nusantara Hindu Tengger Hinduism Facts Hinduism the Greatest Religion in the Word Hukum Karma Ida Pedanda sakti isi catur weda Jadilah Manusia Setia Japa dan Mantram Jiwa jual buku hindu kakawin Kamasutra Keagungan Aksara Suci OM Kekawin Lubdhaka kepemimpinan jawa kuna Kerajaan Hindu Keruntuhan Agama Hindu kesadaran diri kidung dewa yadnya Kitab Suci Weda lontar Lontar Kala Maya Tattwa Maharsi Atri Maharsi Bharadvaja Maharsi Gritsamada Maharsi Kanva Maharsi Vamadeva Maharsi Vasistha Maharsi Visvamitra manawa dharma sastra Mantra Mantra Yoga manusa yadnya Meditasi Matahari Terbit Mengapa Kita Beragama menghafal sloka Mimbar Agama Hindu Moksha Motivasi Hindu Mpu Jayaprema nakbalibelog Naskah Dialog Nuur Tirtha Om or Aum one single family opini hindu moderat Panca Sradha panca yadnya Panca Yajna pandita Panglong 14 Tilem Kepitu parahyangan agung jagatkartta paras paros segilik seguluk Pasraman Pasupati Pembagian Kitab Suci Veda Pemuda Hindu Indonesia pendidikan hindu pengertian catur weda Pengertian Cuntaka penyuluh agama hindu Peradah percikan dharma Percikan Dharma Dewa Yajna phdi pinandita Pitra Yadnya Ngaben Pitrapuja potong gigi Principle Beliefs of Hinduism Proud To Be Hindu Puja dan Prathana Pujawali purana purnama tilem Purwaning Tilem Kapitu Radio online Bali rare angon nak bali belog Reinkarnasi Rgveda ritual hindu Roh Rsi yadnya sabuh mas sad darsana sad guru Samaveda sanatana dharma sang hyang pramesti guru Sang Kala Amangkurat Sang Kala Dungulan Sang Kala Galungan Sang Kala Tiga sapta rsi Sapta Timira Sarassamuscaya Sarassamuscaya Sloka sattvam rajah tamah sejarah agama hindu Sekta Hindu Semangat Hindu seni budaya hindu Sex and Hinduism siwa budha waesnawa siwa ratri Sloka sloka bhagawad gita sloka bhatara sloka Rgveda sloka yayurveda Slokantara Sloka Spiritual Bersifat Misterius spiritualitas hindu spma ribek sradha dan bhakti sri rama krishna paramahansa Sri Sathya Sai Baba Sri Svami Sivananda sumpah dalam perkara tabuh gesuri tabuh kreasi baru tabuh telu lelambatan tantri kamandaka tat twam asi tattwa susila upakara Tempat Suci Hindu tiga hubungan harmonis tri hita karana Tri kaya parisudha tri kerangka agama hindu tri mala tri pramana Triji Ratna Permata tujuan perkawinan tujuh penerima wahyu tumimbal lahir upacara hindu upacara menek deha Upanisad upaweda Utsawa Dharma Gita vaidhika dharma Vasudhaiva Kutumbakam VEDA ADALAH ILMU PENGETAHUAN SUCI vedangga Vijaya Dashami Wasudewa Kutumbhakam widhi tatwa wija kasawur wiwaha agama hindu Yajna dan Sraddha yajna dan sradha Yayurveda Yoga Kundalini