OM. SA, BA, TA, A, I, NA, MA, SI, WA, YA, AM, UM, OM

PRAKATA

Selamat Datang

Semangat Hindu merupakan blog bersama umat Hindu untuk berbagi berita Hindu dan cerita singkat. Informasi kegiatan umat Hindu ini akan dapat menumbuhkan semangat kebersamaan.
Semangat Hindu semangat kita bersama.

Bersama Semangat Hindu kita berbagi berita dan cerita, info kegiatan, bakti sosial dan kepedulian, serta kegiatan keagamaan seperti ; pujawali, Kasadha, Kaharingan, Nyepi, Upacara Tiwah, Ngaben, Vijaya Dhasami dan lain sebagainya.

Marilah Berbagi Berita, Cerita, Informasi, Artikel Singkat. Bagi yang mempunyai Web/Blog, dengan tautan URL maka dapat meningkatkan SEO Web/ blog Anda.

Terima Kasih
Admin

RANBB

---#### Mohon Klik Share untuk mendukung blog ini ####---

Kamis, 21 Januari 2016

Pura Parahyangan Bhuana Raksati

Pura Parahyangan Bhuana Raksati, berlokasi di Desa Sodong, Tigaraksa Tanggerang Banten. Selain Pura Parahyangan Bhuana Raksati ini, di propinsi Banten telah ada Pura Dharma Sidhi di Parung Serab Ciledug Tangerang , Pura Kertajaya di Kota Tangerang, Pura Eka Wira Anantha Taman Serang di Kopassus grup 1 Serang Banten, Pura Merta Sari di Rempoa serta Pura Parahyangan Jagatguru di Bumi Serpong Damai (BSD).

Propinsi Banten dengan kota-kotanya telah memiliki Pura Hindu, tempat umat Hindu melaksanakan persembahyangan,mengucapkan Puji-Syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa,  kegiatan keagamaan, kegiatan sosial kemasyarakatan, kegiatan sosial, kegiatan pendidikan agama  hindu.

 

RATUSAN UMAT HINDU SEJABODETABEK, BERKUMPUL DI DESA SODONG, TIGARAKSA, TANGERANG BANTEN, GUNA MELAKUKAN PENGGALANGAN DANA PEMBANGUNAN PURA PARAHYANGAN BHUANA RAKSATI. SEJUMLAH ACARA MENARIK DIGELAR SEPERTI PEMENTASAN TARI PUSPA WRESTI, TARI TENUN, PAGELARAN MUSIK HINGGA DHARMA WACANA .

Berikut nama dan alamat Pura di Propinsi Banten

Pura Dharma Sidhi, Ciledug , 1993 

  • Jl. Pasraman No. 28-29 Komplek Kav. P & K Parung Serab Ciledug Tangerang
  • Ngenteg Linggih pada 11 Juli 1990, Pujawali Budha Kliwon Ugu
  • Lokasinya Klik disini Fotonya Klik disini
Pura Parahyangan Jagat Guru, Bumi Serpong Damai –

  •  Depan Cluster Catalonia, Sektor 14,5, Nusaloka BSD City
  • Ngenteg Linggih pada 19 Oktober 2014, Pujawali Redite Umanis Ukir
  • Lokasinya Klik disini Fotonya Klik disini
Pura Eka Wira Anantha, Serang, 1999 

  • Komplek Kopassus Group I Taman, Serang Banten
  • Ngenteg Linggih pada 25 Oktober 1999, Pujawali Purnama Kapat
  • Lokasinya Klik disini Fotonya Klik disini
Pura Kerthajaya, Tangerang

  • Jl. Pasar Baru No 102 Tangerang
  • Pujawali pada Saniscara Kliwon Tumpek Krulut.
  • Lokasinya  Klik disini Fotonya Klik disini
Pura Merta Sari, Rempoa, 1982 

  • Alamat : Jl. Kenikir No. 20 Rt.006/Rw.009 Kelurahan Rempoa – Bintaro. Telp. 021-7421161
  • Ngenteg Linggih pada 14 Juni 1984, Pujawali pada Purnamaning Sasih Sadha.
  • Lokasinya Klik disini Fotonya Klik disini

Minggu, 10 Januari 2016

Maha Siwa Ratri Puja

OM suastyastu. 

Dipenghujung Brahma muhurta, setelah menyelesaikan puja ke4 dalam rangkaian maha Siwa Ratri puja, sempat merenungkan tentang keberadaan sang diri. Secara jujur harus kuaui bahwa belum mampu memasuki salah satu lintasan progresif untuk mendekati Nya. Masih jauh dari sifat dan prilaku ikhlas dalam pelayanan secara vertical maupun horizontal. Apalagi bakti murni dengan penyerahan diri secara total. 

Kemungkinan besar masih berada dalam lintasan ego, lintasan kegelapan juga disebut “aanawa maarga”. Berikut adalah ciri-ciri prilaku manusia yang berada dalam lintasan tersebut : 

 Sama sekali tidak meyadari bahwa semua yang ada dan akan ada sesungguhnya bersumber dari Brahman. 

 Tidak percaya karma phala, bahwa semua perilakunya akan kembali kepadanya, melalui bibir, tangan orang lain atau sesuatu diluar dirinya. 

 Sama sekali tidak relijius. Bila ada kegiatan relijius hanya berpangku tangan, bahkan selalu ada penolakan dalam hati, bahkan seringkali sampai terucapkan. 

 Sama sekali tidak mempunyai keinginan untuk ikhlas, memberikan pelayanan. Semua kegiatan termasuk ditempat suci semuanya berlatar belakang pemikiran dunia-materi. 

  Merasa dirinyalah yang selalu benar “self oppointed teacher”, dan bergerak mengikuti langkahnya sendiri, artinya diberi masukan apapun akan cuek saja, tidak menggubris pandangan orang lain. 

 Emosinya hanya untuk diri sendiri dan keluarga. Kalau menyangkut kepentingan diri sendiri dan kelurganya, sangat protektif dan pemurah. Philosofinya adalah instingtif hewani “ Let,s preserve the nest and the lair at all cost”. Emosinya sangat labil, berputar-putar hanya disatu tempat yaitu kepentingan sendiri (ego sangat menonjol). 

 Kesadaranannya masih sangat dibawah, hidupnya masih diselimuti kemarahan yang meluap, ketakutan dan irihati (super lower concsiusness/ kesadaran-tala-tala).

  Mengabaikan dharma. Bisa saja orang seperti ini ada yang dalam hidupnya memperoleh artha cukup banyak dan kehidupan duniawi yang mapan. Semua itu karena karma masa lalunya (sanchitta karma). Namun pada umumnya, semuanya cepat atau lambat akan hilang terpralina, karena prilakunya yang sekarang. Ingat sloka suci yang mengajarkan bahwa bagi seorang penyembah Tuhan akan diberikan yang menjadi haknya, dan dilindungi yang sudah didapatnya. Masih banyak ciri lainnya yang merupakan penjabaran dari lima ciri pokok diatas seperti : 

a. Tidak ada waktu untuk sadhana (disiplin spiritual). 
b. Menghindari/tidak melakukan tirtha yatra tahunan. 
c. Tidak melakukan persembahyangan sendiri/bersama (kel, komunitas) ditempat-tempat suci. 
d. Tidak membaca kitab suci Veda. 
e. Tidak ada keinginan mencapai mukti. 
f. Tidak sungguh-sungguh meningkatkan kesucian diri. Walau tidak semua, ternyata masih ada ciri-ciri tersebut mewarnai sifat dan perilaku keseharian. 

Semoga Dewa Siwa sebagai penguasa tamasika guna, berkenan mengijinkan setiap usaha untuk membebaskan diri dari kegelapan dan kebodohan. Dan akhirnya hormat dan bhakti kepada para guru yang telah memberikan ajaran serta membukakan mata hati ini dari kegelapan yang pekat. 

OM ajananam timiran dasya, jananan jana salakaya, caksur unmilitamyena, tasmae Shri Gruru we namah. OM shanti,shanti,shanti OM.

sumber copas #group PAJK GN SALA

Sabtu, 09 Januari 2016

MAHA SIWA RATRI

MAHA SIWA RATRI. 
Berikut saya kutipkan sepotong isi Siwa Purana yang bermuatan tentang asal muasal malam pemujaan kepada Dewa Siwa.               

Pada awal penciptaan, semesta ini suniya, yang ada hanya Brahman.   Brahman yang diluar jangkauan pikiran, oleh para sidhaatma, para sadhu diungkapkan dengan ”neti-neti”, bukan ini bukan itu.   

Berikutnya nampak air dimana-mana dan diatas lautan yang maha luas berbaring Dewa Wisnu dengan sangat santainya.  Disatu tempat Dewa Brahma mengadakan perjalanan sambil mencari informasi siapakah dirinya, dari mana asalnya.   

Dalam kebingungan tersebut Dewa Brahma bertemu dengan dewa Wisnu, yang bertangan empat bersenjatakan cakra sudarsana, sankha, gada dan padma. Dewa Brahma bertanyakepada Dewa Wisnu ” Siapakah anda gerangan, berada ditempat ini?  Dewa Wisnu  menjawab, ”Nak kamu adalah ciptaanku”.   

Dipanggil dengan sebutan ”nak”, dewa Brahma merasa tidak puas, sehingga terjadilah perdebatan sengit, sehingga mengarah kepada pertikaian.   Peristiwa tersebut berlangsung terus, hingga jangka waktu lama.    



Suatu malam hari yang gelap gulita tiba-tiba muncul balok cahaya cemerlang dengan ukuran besar dan sangat panjang.   Kemunculan cahaya yang terang benderang tersebut membuat kedua dewa yang sedang bersitegang, menjadi terperangah.   

Dewa Wisnu berprakarsa mengajak Dewa Brahma berhenti bersitegang, bersama-sama mencari tahu siapa atau apa sesungguhnya cahaya cemerlang tersebut.    Yang lebih dulu mendapatkan informasi adalah pemenangnya.    Mereka sepakat dan Dewa Wisnu mengambil wujud seekor angsa melesat keatas, Dewa Brahma mengambil wujud seekor babi menukik kebawah.   Ribuan tahun berlalu, namun keduanya belum menemukan ujung atau pangkal cahaya tersebut, sehingga akhirnya dalam kelelahan keduanya kembali ketitik semula.    

Dewa Wisnu dengan jujur mengatakan bahwa tidak menemukan ujung dari cahaya tersebut. Dewa Brahma dengan menyodorkan setangkai bunga capaka atau ketaki, mengatakan bahwa sudah menemukan pangkal cahaya tersebut.   

Ketika dialog sedang berlangsung tiba tiba terdengar dengingan suara OM.... bergitu panjang dan merdu dan dari dalam cahaya tersebut muncul satu sosok baru yang kemudian dikenal sebagai Dewa Siwa atau Mahadewa.    Dewa Wisnu kemudian berkata ”rupanya anda muncul karena, pertengkaran kami berdua, siapa anda”.     Dewa Siwa menjawab, ”Kita bertiga adalah bagian dari yang tunggal, dengan tugas masing-masing.   

Brahma sebagai pencipta, Wisnu sebagai pemelihara ciptaan dan tugasku pada waktunya mengembalikan semuan ciptaan tersebut keasalnya.   Karena Brahma sudah berbohong, mengatakan sudah menemukan pangkal dari cahaya ini, maka kupastu agar Brahma tidak banyak dipuja umat manusia.   Demikian juga bunga capaka/ketaki yang dijadikan sarana berbohong kupantangkan untuk dijadikan sarana pemujaan kepadaku”.     

Setelah Dewa Siwa berkata demikian, Dewa Brahma dan Dewa Wisnu sujud menyembah Dewa Siwa, yang selanjutnya gaib kedalam balok cahaya.   Dari sini muncul tradisi pemujaan kepada Dewa Siwa, setiap malam yang paling gelap dalam kurun waktu tertentu.     Balok cahaya tersebut adalah joytir linggam, yang merupakan lingga pemujaan ditempat Dewa  Siwa pernah memberikan pemunculan ”darshan”.   

Diseluruh India terdapat 12 joytir linggam, satu diantaranya di Kedarnath temple, dimana Dewa Siwa Muncul dihadapan Panca Pandawa yang melakukan tapasya pengampunan perasaan berdosa atas pembunuhan yang mereka lakukan selama Bharata yudha.     Ditempat ini juga Sri Adi Sangkara acharya mokhsa setelah menyelesaikan tugas memurnikan ajaran Siwa pakca.                                       

Pastu yang didapat Dewa Brahma ternyata terbukti, dimana hingga saat ini di India sangan sedikit dijumpai mandir pemujaan Dewa Brahma, sedangkan dimana-mana dijumpai dengan mudah Wisnu dan Siwa Mandir.
    
Di lingkungan kita, melaksanakan upacara dan brata Ciwaratri, yang pertama kita ingat adalah karya mahakawi Mpu Tanakung tentang Lubdhaka, dalam kekawin Siwaratrikalpa.    ”Lubdaka” adalah tokoh pengejar kenikmatan duniawi, bahkan untuk mencapainya tidak segan melakukan himsa-karma.  

Dalam konteks kekinian, tokoh Lubdaka bisa jadi telah numitis menjadi Lubdaka kontemporer. Reinkarnasi menjadi orang yang tidak pernah puas dengan harta dan tahta yang didapat.   

Menjadi pemburu gunung, hutan, danau, teluk, dan laut, dengan tujuan mengeruk dan menumpuk keuntungan, tanpa memperhatikan kelestriannya.    Walau saya yakin semeton pengayah adalah orang-orang yang berhati ikhlas.   

Namun demikian malam pemujaan kepada Dewa Siwa, perwani tilem sasih kepitu, sepatutnya kita jadikan malam perenungan, sehingga menyadari kemungkinan adanya  dosa dosa yang telah dilakukan dalam kurun waktu 12 perwani yang lalu.   

Barangkali dapat menemukan jauh dalam diri masih tersembunyi Lubdaka kecil.    Sadar akan dosa, dan berupaya  untuk tidak mengulagi lagi, merupakan salah satu syarat cairnya dosa tersebut.
 
Selamat melaksanakan bratha Siwaratri, semoga anugrah Dewa Siwa menyucikan hidup ini.  OM shanti, shanti, shanti OM.

sumber copas #group PAJK GN Salak

Minggu, 03 Januari 2016

MAKNA UPACARA NGULAPIN

MAKNA UPACARA NGULAPIN
(dikutip dari berbagai sumber)

Upacara Ngulapin merupakan bagian dari upacara Manusa Yadnya, yang mana biasanya Upacara Ngulapin dilakukan untuk menormalisasi kehidupan seseorang setelah mengalami kejadian yang mengejutkan. Karena jika seseorang mengalami suatu kejadian yang mengejutkan, hal ini akan berdampak pada kehidupannya. Jika dibiarkan tanpa dilakukan suatu upacara, dapat membuat kehidupan seseorang menjadi tidak normal.
Biasanya upacara ngulapin ini lebih sering dijumpai ketika ada seseorang yang mengalami kecelakaan. Karena ketika kecelakaan dikatakan bahwa  bayu yang ada pada diri manusia akan terlepas. Ini tentu akan berdampak negatif karena bayu menjadi penggerak kehidupan manusia. Upacara pengulapan inilah yang akan mengembalikan bayu, sehingga hidup orang yang bersangkutan bisa kembali normal seperti sedia kala. Upacara pengulapan bisa dilakukan di perepatan terdekat, karena tujuannya untuk memanggil bagian diri yang tertinggal di tempat kejadian.

Upacara Ngulapin juga dilakukan untuk menyeimbangkan empat saudara yang ada dalam diri manusia yang dikenal dengan sebutan catur sanak — anggapati, rajapati, banaspati dan banaspati raja. Jika manusia terkejut, maka keempat saudara yang ada pada diri seseorang akan menjadi tidak seimbang. Keseimbangan inilah yang akan dikembalikan melalui berbagai sarana yang digunakan dalam upacara pengulapan. Selain itu juga dikatakan bahwa dengan upacara ngulapin, dapat mengurangi atau menghilangkan trauma pada seseorang yang mengalami kecelakaan atau kejadian yang mengejutkan.

Upacara Ngulapin selain untuk orang yang mengalami kecelakaan, juga ada ada beberapa macam  Upacara Ngulapin yang mempunyai maksud dan tujuan yang berbeda. Yaitu sebagai berikut:

1. Ngulapin Pitra

Mula pertama dari proses pembakaran mayat, adalah upacara ngangkid atau ngulapin di setra. Yang dimaksud dengan upacara ini adalah mencari galih atau tulang yang akan diaben. Setelah pelaksanaan ini selesai maka terjadilah macam-macam versi, ada juga yang diajak pulang untuk sembahyang pada sanggah kemulan Ring Bhatara Yang Guru.

2. Ngulapin Orang baru Sembuh dari Penyakit

Adapun maksudnya disini adalah supaya orang yang diupacarai ini bisa makan segala macam makanan, maksudnya tidak terpengaruh oleh makanan yang menyebabkan sakitnya kumat/kambuh, dalam bahasa Bali disebut dengan betus. Kendatipun ia sudah sehat tapi kalau belum diadakan upacara pengulapan ia tidak boleh makan sewenang-wenang seperti makan jotan, daging guling dan lain sebagainya, dan juga tidak diperkenankan keluar rumah.

3. Ngulapin Pretima

Yang dimaksud dengan upacara ngulapin ini ialah apabila pretima itu pernah jatuh, disebabkan karena disenggol oleh binatang, seperti kucing tat kala ada upacara di sekitar pratima itu, jatuh karena tempatnya tidak baik, dibawa oleh manusia, selain dari it-u mungkin pratima itu pernah dicuri atau dimasuki oleh pencuri.

Suksme..kiranglangkung ampure..Rahayu

Sumber Copas : Group Banjar Ciledug

Cari Artikel di Blog ini

Berita Terkait Semangat Hindu

Artikel Agama Hindu

108 Mutiara Veda 3 kerangka agama hindu advaita visistadviata dvaita Agama Hindu Dharma agama islam Ajaran Hindu aksara suci om Apa yang dimaksud Cuntaka Apa yang dimaksud dengan Japa Apa yang dimaksud dengan Puja arcanam nyasa aris widodo artikel hindu arya dharma Arya Wedakarna Asta Brata Atharvaveda Atman babad Badan Penyiaran Hindu bagian catur weda bahasa jawa kuno bahasa kawi bahasa sanskerta Banggalah Menjadi Hindu banten hindu bali Belajar Hindu bhagavad gita Bhagawadgita bhagawan bhuta yadnya Bimas Hindu BPH Banten brahma wisnu siwa Brahman Atman Aikyam brahmana ksatriya wesia sudra budaya bali budha kliwon sinta Bukan Heroisme Canakhya Nitisastra cara sembahyang hindu catur asrama Catur Brata Catur Cuntakantaka Catur Purusha Artha Catur Purusharta catur veda Catur Warna Catur Weda Cendekiawan Hindu Dana Punia dewa dewi hindu dewa yadnya dewata nawa sanga dewi kata-kata dewi saraswati dharma artha kama moksa Dharma Santi dharma wacana Doa Anak Hindu epos mahabharata ramayana filsafat agama hindu ganesha Gayatri Sebagai Mantra Yoga Hari Raya Galungan Hari Raya Kuningan Hari Raya Nyepi Hari Raya Pagerwesi Hari Raya Saraswati Hari Raya Siwaratri HINDU adalah ARYA DHARMA HINDU ADALAH SANATHANA DHARMA HINDU ADALAH VAIDHIKA DHARMA Hindu Agama Terbesar di Dunia Hindu Banten Hindu beribadah di Pura Hindu Festival Hindu Indonesia hindu nusantara Hindu Tengger Hinduism Facts Hinduism the Greatest Religion in the Word Hukum Karma Ida Pedanda sakti isi catur weda Jadilah Manusia Setia Japa dan Mantram Jiwa kakawin Kamasutra Keagungan Aksara Suci OM Kekawin Lubdhaka kepemimpinan jawa kuna Kerajaan Hindu kesadaran diri kidung dewa yadnya Kitab Suci Weda lontar Lontar Kala Maya Tattwa manawa dharma sastra Mantra Mantra Yoga manusa yadnya Meditasi Matahari Terbit Mengapa Kita Beragama menghafal sloka Mimbar Agama Hindu Moksha Motivasi Hindu Mpu Jayaprema nakbalibelog Naskah Dialog Nuur Tirtha Om or Aum one single family opini hindu moderat Panca Sradha panca yadnya Panca Yajna pandita Panglong 14 Tilem Kepitu parahyangan agung jagatkartta paras paros segilik seguluk Pasraman Pasupati Pembagian Kitab Suci Veda Pemuda Hindu Indonesia pendidikan hindu pengertian catur weda Pengertian Cuntaka penyuluh agama hindu Peradah percikan dharma Percikan Dharma Dewa Yajna phdi pinandita Pitra Yadnya Ngaben Pitrapuja potong gigi Principle Beliefs of Hinduism Proud To Be Hindu Puja dan Prathana Pujawali purana purnama tilem Purwaning Tilem Kapitu Radio online Bali rare angon nak bali belog Reinkarnasi Rgveda ritual hindu Roh Rsi yadnya sabuh mas sad darsana sad guru Samaveda sanatana dharma sang hyang pramesti guru Sang Kala Amangkurat Sang Kala Dungulan Sang Kala Galungan Sang Kala Tiga Sapta Timira Sarassamuscaya Sarassamuscaya Sloka sattvam rajah tamah Sekta Hindu Semangat Hindu seni budaya hindu Sex and Hinduism siwa budha waesnawa siwa ratri Sloka sloka bhagawad gita sloka Rgveda sloka yayurveda Slokantara Sloka Spiritual Bersifat Misterius spiritualitas hindu spma ribek sradha dan bhakti sri rama krishna paramahansa Sri Sathya Sai Baba Sri Svami Sivananda sumpah dalam perkara tabuh gesuri tabuh kreasi baru tabuh telu lelambatan tantri kamandaka tat twam asi tattwa susila upakara Tempat Suci Hindu tiga hubungan harmonis tri hita karana Tri kaya parisudha tri kerangka agama hindu tri mala tri pramana Triji Ratna Permata tujuan perkawinan tumimbal lahir upacara hindu upacara menek deha Upanisad Utsawa Dharma Gita vaidhika dharma Vasudhaiva Kutumbakam Vijaya Dashami widhi tatwa wija kasawur wiwaha agama hindu Yajna dan Sraddha yajna dan sradha Yayurveda Yoga Kundalini