OM. SA, BA, TA, A, I, NA, MA, SI, WA, YA, AM, UM, OM

PRAKATA

Selamat Datang

Semangat Hindu merupakan blog bersama umat Hindu untuk berbagi berita Hindu dan cerita singkat. Informasi kegiatan umat Hindu ini akan dapat menumbuhkan semangat kebersamaan.
Semangat Hindu semangat kita bersama.

Bersama Semangat Hindu kita berbagi berita dan cerita, info kegiatan, bakti sosial dan kepedulian, serta kegiatan keagamaan seperti ; pujawali, Kasadha, Kaharingan, Nyepi, Upacara Tiwah, Ngaben, Vijaya Dhasami dan lain sebagainya.

Marilah Berbagi Berita, Cerita, Informasi, Artikel Singkat. Bagi yang mempunyai Web/Blog, dengan tautan URL maka dapat meningkatkan SEO Web/ blog Anda.

Terima Kasih
Admin

RANBB

---#### Mohon Klik Share untuk mendukung blog ini ####---

Kamis, 27 April 2023

HARI RAYA PAGERWESI; Soma Ribek; Sabuh Mas;

 HARI RAYA PAGERWESI

Pagerwesi adalah hari khusus memagari diri dengan puja dan persembahan banten "Sesayut Pageh Urip" (SESAJI PAGAR JIWA). SESAJI PAGAR JIWA adalah inti ritual perayaan Pagerwesi bagi umat kebanyakan. Bagi para pendeta (sulinggih) hari Pagerwesi adalah hari penegakan "diri sebagai Lingga", "tubuh niskala Hyang Siwa", dengan sesaji "Sesayut Panca Lingga" (SESAJI LIMA PILAR BATIN). Ini hari khusus meneguhkan diri Sulinggih menjadikan "diri sebagai poros/pilar semesta" lewat ritual "memutar aksara Brahma" atau "ngarga" dan "mapasang lingga".





Marilah lebih rinci melihat perayaan Pagerwesi ini karena upacara peneguhan jiwa ini terlebih dahulu diawali oleh 2 perayaan sebelumnya yaitu: Soma Ribek dan Sabuh Mas. Dua perayaan ini pokok-pokok yang tidak terpisahkan dari hari peneguhan jiwa (Pagerwesi).

Apa itu Soma Ribek?


Soma Ribek jatuh pada hari Senin (Soma) wara Pon wuku Sinta, sehari setelah Banyu Pinaruh dan 2 hari setelah Hari Raya Saraswati.

Menurut pustaka Sundari Gama pada hari ini Sanghyang Tri Murti Amertha beryoga, dengan pulu /lumbung (tempat beras dan tempat padi) selaku tempatnya. Pada hari ini disarankan umat menyampaikan rasa syukur atas keberadaan pangan. Aspek perayaan pangan ini dirayakan dengan menghentikan aktivitas pertanian selama sehari, seperti: Dilarang menumbuk padi, menggiling beras dan sebagainya. Hari ini peralatan pertanian, seperti tengala, cangkul, lampit dstnya disucikan dengan sesaji dan doa-doa serta widhi widana dipusatkan pada persembahyangan di pulu, lumbung atau tempat-tempat penyimpanan padi dan beras.

Soma Ribek, bagi kalangan petani, adalah semacam Hari Pangan. Yang dipuja adalah Sang Hyang Tri Pramana yaitu: Dewi Sri, Bhatara Sadhana dan Dewi Saraswati, dengan menghaturkan upakara di lumbung dan di pulu (gentong beras). Banten atau sesaji yang dihaturkan adalah nyahnyah, gringsing, geti-geti, pisang mas dan wangi-wangian, tanda syukur atas waranugraha berupa amertha (makanan) dan kesuburan pertanian. Pada hari Soma Ribek, selain pantang untuk menumbuk padi dan serta aktivitas produksi pertanian lainnya, dilarang melakukan jual beli padi dan beras.

Keesokan harinya dilanjutkan dengan perayaan Sabuh Mas.

Apa itu Sabuh Mas?


Sehari setelah Soma Ribek adalah Sabuh Mas. Jatuh pada hari Anggara wara Wage wuku Sinta merupakan Pesucian Sang Hyang Mahadewa dengan melimpahkan restunya pada "raja berana", semua aset perhiasan berharga seperti segala perhiasan emas, perak, permata, manik-manik dan sebagainya. Benda-benda berharga ini dikumpulkan dan disucikan dengan upacara yadnya/widhi widhana. Bagi umat Hindu Bali hari ini semacam perayaan Hari Aset Berharga.

Artikel Terkait Vasudhaiva Kutumbakam :


Hari Raya Pagerwesi

Setelah Soma Ribek, Sabun Mas, datanglah Hari Raya Pagerwesi. Lidah orang Buleleng kadang menyingkatnya jadi PAGORSI atau PEGORSI.

Lontar Sundarigama menyebutkan:

"Budha Kliwon Shinta Ngaran Pagerwesi payogan Sang Hyang Pramesti Guru kairing ring watek Dewata Nawa Sanga ngawerdhiaken sarwatumitah sarwatumuwuh ring bhuana kabeh".

Artinya: Rabu Kliwon Shinta disebut Pagerwesi sebagai pemujaan Sang Hyang Pramesti Guru yang diiringi oleh Dewata Nawa Sanga (sembilan dewa) untuk mengembangkan segala yang lahir dan segala yang tumbuh di seluruh dunia.

Lontar ini juga mengamanatkan para sulinggih untuk melakukan puja khusus.

"Sang Purohita ngarga apasang lingga sapakramaning ngarcana paduka Prameswara. Tengahiwengi yoga samadhi ana labaan ring Sang Panca Maha Bhuta, sewarna anut urip gelarakena ring natar sanggah".

Artinya: Sang Pendeta hendaknya ngarga dan mapasang lingga sebagaimana layaknya memuja Sang Hyang Prameswara (Pramesti Guru). Tengah malam melakukan yoga samadhi, ada labaam (persembahan) untuk Sang Panca Maha Bhuta, segehan (terbuat dari nasi) lima warga menurut uripnya dan disampaikan di halaman sanggah (tempat persembahyangan).

Pendeta diminta untuk melakukan upacara Ngarga dan Mapasang Lingga. Tengah malam umat dianjurkan untuk melakukan meditasi (yoga dan samadhi). Banten yang paling utama bagi para Purohita adalah Sesayut Panca Lingga, sedangkan perlengkapannya Daksina, Suci Pras Penyeneng dan Banten Penek.

Pagerwesi, jika dilihat dari isi lontar ini, adalah hari puja para sulinggih, namun demikian umat  diwajibkan ikut berdoa dan puja. Banten Pagerwesi untuk umat umum (bukan pandita atau sulinggih) adalah natab Sesayut Pagehurip, Prayascita, Dapetan, dilengkapi Daksina, Canang dan Sodaan.

Pada puja atau persembahyangan Pagerwesi yang membedakan banten Sulinggih dan umat biasa adalah banten upacara "ngarga" dan "mapasang Linggga" (peneguhan dan pengukuhan diri ssbagai titik dari lingga dan hakikat Hyang Siwa) berupa banten Sesayut Panca Lingga untuk perlengkapan puja yang dilakukan pendeta, sementara untuk umat umumnya adalah upacara peneguhan diri berupa Sesayut Pageh Urip (Sesaji Pagar Jiwa).

 

Demikian kami sampaikan, Penjeasan mengenai Hari Raya Pagerwesi ini, atas segala perhatiannya diucapkan terimakasih, Semoga apa yang kami sampaikan, dapat bermanfaat.

 

Akhir kata, kami sampaikan Parama Shanti,

Selasa, 11 April 2023

Dharma Wacana Dewi Saraswati ; Dewi Kata-Kata

Dharma Wacana Dewi Saraswati ; Dewi Kata-Kata

Om Swastiastu

Yang Kami hormati, Bapak-bapak/ibu-ibu peserta seleksi dan hadirin yang berbahagia

Bapak2 Ibu2 Umat Sedharma


Pada hari yang berbahagia ini, marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat asung kerta waranugraha-Nya, kita dapat berkumpul pada hari ini, dalam keadaan sehat dan bahagia

Bapak2 Ibu2 Umat Sedharma yang kami banggakan, pada kesempatan yang baik ini, dalam kegiatan seleksi Penyuluh Agama Hindu Non PNS Prov.Banten ijinkan kami menyampaikan Dharma Wacana yang bertema Dewi Saraswati adalah Dewi Kata-kata.

Seperti kita ketahui bersama hari raya suci umat Hindu dalam kaitannya dengan turunnya Ilmu Pengetahuan ke dunia adalah Hari Raya Saraswati. Dewi Saraswati yang sudah kita pelajari sejak dibangku sekolah tentunya sudah kita pahami dengan baik. Ilmu pengetahuan itu memang menarik seperti seorang dewi yang cantik, siapa yang tidak tertarik dengan kecantikan ?

(bila ada yang tidak tertarik kecantikan, sebaiknya periksa ke dokter ….)

Hari ini, kami akan mengupas hal yang sedikit berbeda, Dewi Saraswati juga dikenal dengan Dewi Kata-kata.

Kita mulai dari cerita Kumbhakarna, Ada kisah yang menarik dari saudara kandung Rahwana ini. Ia telah melakukan tapa dengan kuat yang menyebabkan kekhawatiran para Dewa akan kesaktian yang akan dianugrahkan kepadanya sebagai hasil tapanya itu.

Dewa Brahma atas desakan para Dewa meminta Saraswati berada di ujung lidah Sang Kumbhakarna lalu membelokkan kata-katanya apabila tiba saatnya ia memohon anugerah atas pelaksanaan tapanya.

Dan ketika saat itu tiba. Kumbhakarna pun berkata “ Prasupta-supta juga, meww-iwu warsanya taman pawungwa “ . Artinya “Memohon supaya hamba dapat tidur terus, bertahun-tahun tidak bangun-bangun.”

Apa yang dinyatakan ternyata berbeda dengan apa yang diinginkan, Dewa Brahma pun memberi anugerah sesuai dengan apa yang dinyatakannya.

Kisah ini yang termuat dalam kitab Uttarakanda dan Kakawin Arjuna Wijaya bukan saja menarik untuk direnungkan tetapi juga memberi pengetahuan kepada kita tentang kehadiran Dewi Saraswati. Dewi Saraswati kita ketahui sebagai Dewi Ilmu Pengetahuan, dan hadir dengan kecantikannya yang mempesonakan.

Tetapi Dewi Saraswati adalah juga Dewi Kata-Kata, Sang Hyang Wagiswari, yang berstana di ujung lidah. Untuk itu marilah kita menggunakan ujung lidah ini dengan baik, karena kata-kata kita bisa guyub, karena kata-kata pulalah kita bisa berpisah.

Bapak Ibu dan Umat Sedharma yang berbahagia, selain kisah Kumbhakarna, ada juga seorang Pengarang Kakawin Saraswati-puja, setelah memohon supaya Dewi Saraswati menghilangkan kebodohan dirinya – sapunggungi hatingku hilangakna denta sapwani – mohon hilangkan kebodohan ku. Selanjutnya memohon supaya Dewi Saraswati berstana di dalam hati dan di ujung lidah dan di dalam kata-katanya – ring jihwantaraning tutuk ri wanananku kita juga gumantya tan saha.


Artikel Terkait Vasudhaiva Kutumbakam :

 

Pada kisah yang lain, peran Dewi Saraswati sangatlah besar sebagai Dewi Kata-Kata.

Mpu Tanakung menjadikan Sang Hyang Wagiswari sebagai istadewatanya ketika menulis Kakawin Wrettasancaya,  sebuah Kakawin yang memuat kaidah-kaidah prosodi kakawin. (Prosodi adalah hal yang berkaitan dengan sastra, kajian tentang persajakan yaitu mengkaji tekanan, matra, rima, irama, dan bait dalam sajak) . Mpu Tanakung menulis :

Sang Hyang Wagiswari ndah lihati satata bhaktingku i jong Dhatredewi

Pinrih ring citta munggwing sarasija ri dalem twaslanenastawangku

Nityaweha ng waranugraha kaluputa ring duhka sangsara wighna

Lawan tastu wruheng sastra sakala gunaning janma tapwan haneweh

Artinya :

Sang Hyang Wagiswari (Saraswati) lihatlah senantiasa bhaktiku yang tak hentinya kehadapan-Mu Dewi Pencipta Alam

Hamba mengharapkanmu bersemayam dalam hatiku, yang senantiasa hamba puja

Agar senantiasa menganugrahi kemuliaan, sehingga luput dari duka nestapa dan halangan

Dan semoga hamba dapat memahami sastra, serta memiliki ketrampilan sebagai manusia, dan tidak ditimpa kesulitan.

 

Lewat bait Kakawin ini Mpu Tanakung menyatakan menstanakan Dewi Saraswati dalam padma hatinya. Kehadapan-Nya Mpu Tanakung memohon anugerah keselamatan dan pemahaman terhadap sastra, sebelum beliau melaksanakan keinginannya dengan menyusun buku pelajaran kakawin –kedomrakretang canda-sastra.

 

Demikianlah Dewi Saraswati mendapat pemujaan istimewa oleh para pujangga di masa lalu. Dewi Saraswati juga dijadikan perumpamaan bagi seorang putri yang cantik, berilmu dan bijaksana, seperti halnya Dyah Tantri dalam cerita Tantri Kamandaka

 

Bapak Ibu dan Umat Sedharma yang berbahagia,

Apabila pada hari Saniscara Umanis Wuku Watugunung kita mengadakan Puja Saraswasti, itu berarti kedudukan Dewi Saraswati dalam agama Hindu begitu penting. Apabila pada hari suci itu kita mengumpulkan semua kitab suci, sruti dan smerti,  buku-buku agama kita, itu berarti kita telah ingat akan keberadaan kita sebagai umat beragama.

Dan apabila pada saat itu kita juga mengumpulkan dan mengupacarai kitab-kitab ilmu pengetahuan yang lain itu berarti kita mengangkat semua imu pengetahuan ke tingkat kesucian, ketingkat yang nantinya mengangkat martabat manusia.

Tetapi yang lebih penting marilah kita senantiasa memohon kehadapan Dewi Saraswati supaya menuntun kita ke jalan yang benar, jalan yang diterangi. Karena Beliau adalah penguasa Kata-Kata, semoga kata-kata yang kita ucapkan adalah wacika-parisuda dan tidak seperti Sang Kumbhakarna, apa yang kita pikirkan ternyata tidak sama dengan apa yang kita katakan.

Karena Beliau, Dewi Saraswati adalah penguasa Ilmu Pengetahuan, Dewi Kata-Kata, dan pada malam hari ini marilah kita sama-sama menstanakan Beliau dihati kita dan di ujung lidah kita. Semoga kita diberi ilmu pengetahuan yang dapat mengangkat derajat kemanusiaan kita dan tidak malah menyesatkan.

Bapak Ibu dan Umat Sedharma yang berbahagia, asapunika atur Dharma Wacana yang dapat kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat. Apabila dalam penyampaiannya terdapat kekeliruan, tutur kata, titiang nunas geng rena sinampura.

Puputang titiang antuk paramasanti

Om Santih-Santih-Santih Om

Minggu, 09 April 2023

Pemimpin Menurut Asta Brata - Percikan Dharma

 Percikan Dharma

Pemimpin Menurut Asta Brata



Om Swastyastu

Umat se-dharma, perlu kita ketahui bahwa suatu bangsa pasti ada seseorang yang akan menjadi pemimpin. Untuk itu pemimpin yang baik dalam memimpin suatu bangsa menurut Asta Brata. Asta Brata artinya ajaran utama tentang kepemimpinan, yang merupakan petunhuk Sri Rama kepada Bharata (adiknya) yang akan dinobatkan menjadi raja Ayodhya. 


Asta Brata disimbolkan dari sifat-sifat mulia dari alam semesta yang patut dijadikan pedoman bagi setiap pemimpin yaitu:


1. Indra Brata. Seorang pemimpin hendaknya seperti hujan yaitu senantiasa mengusahakan kemakmuran dan kesejshteraan bagi rakyatnya dan dalam tindakannya dapat membawa kesejukan dan penuh kewibawaan.


2. Yama Brata. Pemimpin hendaknya meneladani sifat-sifat Dewa Yama yaitu berani menegakkan keadilan menurut hukum atau peraturan yang berlaku demi mengayomi masyarakat.


Artikel Terkait Vasudhaiva Kutumbakam :


3. Surya Brata. Pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat seperti Matahari (Surya) yang mampu memberikan semangat dan kekuatan pada kehidupan  yang penuh dinamika dan sebagai sumber energi.


4. Candra Brata. Pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat seperti Bulan yaitu mampu memberikan penerangan bagi rakyatnya yang berada dalam kegelapan/kebodohan dengan menampilkan wajah yang penuh kesejukan dan penuh simpati sehingga masyarakatnya merasa tentram dan hidup nyaman.


5. Vayu Brata. Pemimpin hendaknya ibarat angin, senantiasa berada ditengah-tengah masyarakatnya, memberikan kesegaran dan selalu turun ke bawah untuk mengenal denyut kehidupan masyarakat yang dipimpinnya.


6. Bhumi Brata (Danada). Pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat utama dari Bumi yaitu teguh, menjadi landasan berpijak dan memberi segala yang dimiliki untuk kesejahteraan masyarakatnya.


7. Varuna Brata. Pemimpin hendaknya bersifat seperti Samudra yaitu memuliki wawasan yang luas, mampu mengatasi setiap gejolak (riak) dengan baik, penuh kearifan dan kebijaksanaan.


8. Agni Brata. Pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat mulia dari Api yaitu mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan, tetap teguh dan tegak dalam prinsip dan menindal/menghanguskan ysng bersalah tanpa pilih kasih.


Demikianlah seharusnya seorang pemimpin harus memiliki semua sifat-sufat alam semesta kalau bisa minimal salah dua atau satu sehingga rakyat benar-benar diperhatikan oleh pemimpin tersebut.

Om Santih Santih Santih Om


Aris Widodo

Penyuluh Agama  Hindu

Kota Serang

Sabtu, 08 April 2023

Tujuan Perkawinan Wiwaha Agama Hindu

 Percikan Dharma Perkawinan (Wiwaha)




Om Swastyastu

Umat se-dharma, dalam hidup ini pasti akan sampai ke jenjang perkawinan atau wiwaha. Karena tujuan perkawinan mendambakan hidup sejahtera dan bahagia. Dalam kitab Manawadharma sastra menyatakan bahwa tujuan perkawinan itu meliputi: 

1. Dharmadampatti (hidup bersama-sama, suami istri mewujudkan pelaksanaan dharma), 

2. Praja (melahirkan keturunan),

3. Rati (menikmati kehidupan seksual dan kepuasan indra lainnya).


Jadi tujuan utama dalam perkawinan adalah melaksanakan dharma. Dalam perkawinan, suami istri hendaknya berupaya jangan sampai ikatan tali perkawinan retak atau lepas. Pasangan suami istri hendaknya dapat mewujudkan kebahagiaan, tidak terpisahkan (satu dengan yang lainnya), bermain riang gembira dengan anak-anak dan cucu-cucunya.


Semoga kehidupan perkawinan kami berbahagia


Sam jaspatyam suyamam astu devah.


Rg Veda X. 85. 23


Artinya

Ya, para Dewata, semoga kehidupan perkawinan kami berbahagia dan tentram.


Ulasan

Bahwa dalam kehidupan tidak dapat dielakkan lagi akan terjadinya suatu perkawinan, karena dengan melaksanakan perkawinan akan membawa perubahan dalam hidupnya. Oleh karena itu sudah semestinya kita akan menjalani hidup berumah tangga yang disebut dengan perkawinan atau wiwaha dengan tujuan melanjutkan keturunan agar hidup ini berlanjut sampai kapanpun.


Demikian yang harus dilaksanakan dalam perkawinan atau wiwaha agar berlangsung langgeng sampai kakek-kakek dan ninen-ninen sehingga hidup akan bersambung dengan karma wasana masing-masing.

Om Santih Santih Santih Om


Aris Widodo

Penyuluh Agama Hindu

Kota Serang

Jumat, 07 April 2023

HINDU ADALAH SANATHANA DHARMA; VAIDHIKA DHARMA; ARYA DHARMA;

HINDU ADALAH SANATHANA DHARMA; VAIDHIKA DHARMA; ARYA DHARMA;

BANGGALAH MENJADI HINDU


Menjadi penganut Hindu, kadang-kadang umat merasa minder dengan jumlah yang sedikit atau minoritas. Kondisi ini diperparah dengan minimnya pemahaman pada tatwa agama yang baik, sehingga ketika mereka ditanya tentang agama yang terkadang menyudutkan, kita tidak mampu memberikan penjelasan secara komprehensif. Kondisi semacam ini akan menggairahkan para "misionaris marketing surga" untuk memojokkan Umat Hindu dan agama Hindu dengan menyematkan beberapa predikat, seperti 'Hindu Pemuja Berhala', Hindu bukanlah agama, yang hanya budaya hasil karya cipta manusia.

HINDU adalah ARYA DHARMA

HINDU adalah ARYA DHARMA yang dimaksud adalah bahwa agama Hindu merupakan agama ksatrya pemberani dan bertanggung jawab. Setiap perbuatannya dipertanggung jawabkan secara individu. Hindu tidak pernah mengajarkan keroyokan, berani berbuat berani bertanggung jawab, karena keyakinan akan Hukum Karmanya. Tidak seperti keyakinan tetangga sebelah, asal sudah satu agama akan selalu dibela mati-matian walaupun salah.😪

 

HINDU ADALAH VAIDHIKA DHARMA

HINDU ADALAH VAIDHIKA DHARMA yang dimaksud adalah bahwa Hindu merupakan 'Wahyu Suci Brahman' yang diterima langsung oleh para Maha Rsi kita melalui bahasa 'Daivivac' atau bahasa Deva. Hindu juga bersifat 'Apauruseya' yang artinya bukan karya purusa atau manusia. Jadi tidak benar tuduhan yang mengatakan Hindu sebagai agama Budaya, hasil karya cipta manusia. Veda dan Hindu diturunkan untuk mewujudkan kesejahteraan semesta 'Loka Samgraha', seperti dalam bait mantra Tri Sandya, yaitu : Sarva prani hitankarah, semoga seluruh makhluk sejahtera & bahagia, jadi Hindu tidak berfikir hanya untuk dirinya sendiri, tidak seperti agama tetangga sebelah kita. Sungguh mulia bukan....?

 

HINDU ADALAH SANATHANA DHARMA

HINDU ADALAH SANATHANA DHARMA yang dimaksud adalah agama Hindu mengusung kebenaran yang absolut, kebenaran yang hakiki, kebenaran yang sejati yaitu Brahman atau Tuhan yg Maha Sempurna, yang bisa dijumpai dengan berbagai cara dan sarana. Kalau kita lihat dalam agama tetangga, seolah olah Tuhan sangatlah membatasi manusia yang hanya bisa ditemui dengan satu bahasa saja, satu cara saja. Mereka akan menyatakan salah dan sesat jika ada sebagian umatnya yang menjalankan ibadah tidak sesuai dengan umat mayoritasnya. Sehingga jika ada umat yang menyandang cacat permanen, seperti bisu tuli, seolah mereka menyandang 'dosa permanen'.

Itulah Hindu, yang sangat menghargai perbedaan dan keragaman, yang tidak gampang menyatakan sesat walau tidak sehaluan, yang tidak mudah berkata salah pada sebagian yang tidak sama dalam ritual.

Utk itu melalui coretan ini saya mengajak kepada anak-anak muda mari kita pahami agama kita dengan baik , agar mendapatkan hasil yang baik. Jangan mudah digoyang keyakinan kita, janganlah minder walau kita minoritas.

BANGGALAH MENJADI HINDU!!!!


Rabu, 05 April 2023

Tiga Hubungan Yang Harmonis

 Percikan Dharma

Tri Hita Karana

(Tiga Hubungan Yang Harmonis)



Om Swastyastu

Umat sedharma dalam hidup ini perlu adanya hubungan yang harmonis:

1. Hubungan dengan Sang Hyang Widhi Wasa.

2. Hubungan dengan manusia

3. Hubungan dengan alam semesta

Dengan ketiga hal tersebut kita harus bisa memanfaatkan agar kehidupan menjadi terjaga dengan baik.


Hubungan dengan Tuhan harus terus dilaksanakan karena kita telah diberikan kehidupan di dunia ini sehingga atas kehidupan ini kita harus bersyukur sehingga hidup ini menjadi nyaman. Oleh karena itu hendaknya kita yang telah diberikan hidup dari Hyang Widhi selayaknya melaksanakan bhakti kepada Hyang Widhi secara terus menerus tanpa henti selama hidup ini masih ada.


Hubungan dengan manusia harus dilaksanakan karena manusia tidak bisa hidup sendiri sehingga harus saling membutuhkan. Oleh karena itu wajib hukumnya manusia harus bekerja sama dengan manusia lainnya.

Hubungan mamusia dengan alam semesta harus dijalani karena manusia tidak bisa hidup tanpa alam semesta yang telah memberikan tempat untuk berteduh dan mengambil isi alam semesta untuk bisa hidup di dunia ini.

 Oleh karena itu hendaknya manusia bisa menjaga alam semesta ini dengan baik agar kehidupan manusia dapat berjalan dengan harmonis.


Umat sedharma yang kami banggakan, untuk itu marilah kita sama-sama menjaga hubungan ketiga hal tersebut dengan baik agar kita bisa selaras dalam hidup ini sehingga hubungan dengan Hyang Widhi selalu terjalin, hubungan dengan mamusia saling menyayangi dan hubungan dengan alam semesta terjalin sehinga kita dapatkan keharmonisan dalam kehidupan ini

Om Santih Santih Santih Om


Aris Widodo

Penyuluh Agama Hindu

Kota Serang

Selasa, 04 April 2023

Percikan Dharma Keluhuran Budi

Percikan Dharma Keluhuran Budi


Om Swastyastu

Umat se-dharma, dalam sebuah kehidupan pasti ingin sesuatu yang menyenangkan dan bahagia tentunya. Untuk itu hendaknya selalu melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan kesenangan dan kebahagiaan tersebut.



Perbuatan mulia mengantarkan pada keluhuran budi. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menumbuh-kembangkan keluhuran budi, seperti nenolong orang-orang miskin, menjadi orang tua asuh bagi anak-anak miskin, memberikan pendidikan bagi anak-anak cerdas dan berbakat dan lain sebagainya.


Orang yang mengembangkan keluhuran budi dengan menyisihkan sebagian uang atau kekayaannya untuk dijadikan dana punia sesungguhnya akan memperoleh keberuntungan. Orang yang memiliki keluhuran budi akan memperoleh kemasyuran. Orang yang mengembangkan keluhuran budi sesungguhnya menyelamatkan hidupnya. 

Keluhuran budi menyelamatkan hidup


Kseti ksemebhih sadhubhir

nakir yam ghnanti hanti yah,

agne suvira edhate.


Rg Veda VII. 84. 9


Artinya

Ya, Sang Hyang Agni / Tuhan Yang Maha Esa, dia, yang menjalani kehidupan yang suci, yang melakukan kebaikan kepada orang-orang yang lain, tidak bisa dirugikan. Orang yang berani itu selalu berhasil baik.


Ulasan

Bahwa sesungguhnya dalam kehidupan ini kalau selalu mengutamakan keluhuran budi niscaya akan mendapatkan kebahagiaan dan keharmonisan dalam rumah tangga. Oleh karena itu hendaknya dalam menjalani kehidupan ini selalu yang utama perlu dilakukan adalah bagaimana dapat menyenangkan orang lain.


Demikian dengan keluhuran budi bisa membawa kita untuk hidup lebih baik dan bahagian baik di dunia maupun di dunia lainnya. Sehingga dengan modal keluhuran budi niscaya dalam perjalanan hidupnya akan mendapatkan sesuatu yang benar-benar hasil dari keluhuran budi yang ia lakukan.

Om Santih Santih Santih Om


Aris Widodo

Penyuluh Agama Hindu 

Kota Serang

Minggu, 02 April 2023

UPACARA MENEK DEHA (RAJASWALA)

 UPACARA MENEK DEHA (RAJASWALA)

Upacara ini dilaksanakan pada saat anak menginjak dewasa. Upacara ini bertujuan untuk memohon ke hadapan Hyang Samara Ratih agar diberikan jalan yang baik dan tidak menyesatkan bagi si anak.

Sarana :

Banten pabyakala, banten prayascita, banten dapetan, banten sesayut tabuh rah (bagi wanita), banten sesayut ngraja singa, (bagi laki-laki), banten padebarian.

 


Waktu Upacara menginjak dewasa (munggah deha) dilaksanakan pada saat putra/putri sudah menginjak dewasa. Peristiwa ini akan terlihat melalui perubahan-perubahan yang nampak pada putra-putri. Misalnya pada anak laki-laki perubahan yang menonjol dapat kita saksikan dari sikap dan suaranya. Pada anak putri mulai ditandai detang bulan (menstruasi) pertama.

 

Orang tua wajib melaksanakan upacara meningkat dewas (munggah deha) ini. Tempat Upacara dilaksanakan dirumah. Pelaksana Dilakukan oleh pandita / pinandita atau yang tertua di dalam lingkungan keluarga.

 

Tata cara :

Dalam upacara meningkat dewasa, pertama-tama putra / putri yang diupacarai terlebih dahulu mabyakala dan maprayascita. Setelah itu dilakukan dengan natab sesayut tabuh rah (bagi yang putri), sayut raja singa bagi yang putra.

 

Ciri-Ciri anak telah meningkat dewasa.

Siklus kehidupan makhluk didunia adalah lahir, hidup dan mati (kembali ke asalnya). Manusia hidup didunia mengalami beberapa fase yaitu, fase anak-anak, fase ini anak dianggap sebagai raja, semua permintaannya dipenuhi. Fase berikutnya adalah pada masa anak meningkat dewasa. Saat ini anak itu tidak lagi dianggap raja, tetapi sebagai teman. Orang tua memberikan nasihat kepada anak-anaknya dan anak itu bisa menolak nasihat orang tuanya bila kondisi dan lingkungannya tidak mendukung, artinya terjadi komunikasi timbal balik atau saling melangkapi. Dan yang terakhir adalah fase tua, disini anak tadi menjadi panutan penerusnya.

 

Sebagai tanda kedewasaan seseorang adalah suaranya mulai membesar/ berubah/ ngembakin (bahasa Bali) bagi laki-laki dan bagi perempuan pertama kalinya ia mengalami datang bulan. Sejak saat ini seseorang mulai merasakan getar-getar asamara, karena Dewa Asmara mulai menempati lubuk hatinya. Dua perasaan getar-getar ini tidak dibentengi dengan baik akan keluar dari jalur yang sebenarnya.

 

Perasaan getar-getar asmara itu dibentengi oleh dua jalur yaitu, jalur miskala, membersihkan jiwa anak dengan mengadakan Upacara yang disebut Raja Sewala dan jalur sekala, dengan memberikan wejangan-wejangan yang bermanfaat bagi dirinya.

 

Upacara Raja Sewala ini sesuai dengan apa yang diungkapkan didalam Agastya Parwa bahwa, disebutkan ada tiga perbuatan yang dapat menuju Surga, yaitu: Tapa (pengendalian), Yadnya (persembahan yang tulus ikhlas) dan Kirti (perbuatan amal kebajikan) Upacara Raja Sewala merupakan Yadnya (persembahan yang tulus ikhlas) yang membuat peluang bagi keluarganya untuk masuk Surga.

 

Nilai Pendidikan

Upacara Raja Sewala atau meningkat dewasa yang dilakukan oleh umat Hindu adalah merupakan salah satu jenis Upacara Manusa Yadnya yang bertujuan untuk memohon kehadapan Sanghyang Widhi Waca (Tuhan yang maha Esa) dalam menifestasinya sebagai Sang Hyang Semara Ratih, agar orang itu dibimbing, sehingga ia dapat mengendalikan dirinya dalam menghadapi Pancaroba. Dalam masa Pancaroba ini seseorang sangat rentang terhadap godaan-godaan khusunya godaan dari Sad Ripu yaitu: Kroda (sifat marah), Loba (rakus/tamak), Kama (nafsu/keinginan), Moha (kebingungan), Mada (kemabukan), dan Matsarya (rasa iri hati).

 

Pada Upacara ini juga terselip nilai pendidikan. Anak diberikan wejangan-wejangan yang menyatakan bahwa dirinya telah tumbuh dewasa, apapun yang akan diperbuatnya berikabat juga kepada orang tuanya. Jadi anak itu tidak bebas begitu saja menerjunkan diri dalam pergaulan di masyarakat. Dia harus tahu mana yang pantas untuk dilakukan dan mana yang dilarang. Dalam hal ini anak-anak juga merasa mendapat perhatian dari orang tuanya sehingga menimbulkan rasa lebih hormat kepada orang tuanya.

 

Melalui Upacara Raja Sewala/meningkat dewasa ini diharapkan seseorang dapat meningkatkan kesucian pribadinya sehingga mampu memilih dan memilah mana yang baik dan mana yang buruk.

 

Demikian kami sampaikan “Upacara Menek Deha (Rajaswala)” atas segala perhatiannya diucapkan terimakasih, Semoga apa kami sampaikan, dapat bermanfaat.

 

Akhir kata, kami sampaikan Parama Shanti,

Cari Artikel di Blog ini

Berita Terkait Semangat Hindu

Artikel Agama Hindu

108 Mutiara Veda 3 kerangka agama hindu advaita visistadviata dvaita Agama Hindu Dharma agama islam Ajaran Hindu aksara suci om Apa yang dimaksud Cuntaka Apa yang dimaksud dengan Japa Apa yang dimaksud dengan Puja arcanam nyasa aris widodo artikel hindu arya dharma Arya Wedakarna Asta Brata Atharvaveda Atman babad Badan Penyiaran Hindu bagian catur weda bahasa jawa kuno bahasa kawi bahasa sanskerta Banggalah Menjadi Hindu banten hindu bali Belajar Hindu bhagavad gita Bhagawadgita bhagawan bhuta yadnya Bimas Hindu BPH Banten brahma wisnu siwa Brahman Atman Aikyam brahmana ksatriya wesia sudra budaya bali budha kliwon sinta Bukan Heroisme Canakhya Nitisastra cara sembahyang hindu catur asrama Catur Brata Catur Cuntakantaka Catur Purusha Artha Catur Purusharta catur veda Catur Warna Catur Weda Cendekiawan Hindu Dana Punia dewa dewi hindu dewa yadnya dewata nawa sanga dewi kata-kata dewi saraswati dharma artha kama moksa Dharma Santi dharma wacana Doa Anak Hindu epos mahabharata ramayana filsafat agama hindu ganesha Gayatri Sebagai Mantra Yoga Hari Raya Galungan Hari Raya Kuningan Hari Raya Nyepi Hari Raya Pagerwesi Hari Raya Saraswati Hari Raya Siwaratri HINDU adalah ARYA DHARMA HINDU ADALAH SANATHANA DHARMA HINDU ADALAH VAIDHIKA DHARMA Hindu Agama Terbesar di Dunia Hindu Banten Hindu beribadah di Pura Hindu Festival Hindu Indonesia hindu nusantara Hindu Tengger Hinduism Facts Hinduism the Greatest Religion in the Word Hukum Karma Ida Pedanda sakti isi catur weda Jadilah Manusia Setia Japa dan Mantram Jiwa kakawin Kamasutra Keagungan Aksara Suci OM Kekawin Lubdhaka kepemimpinan jawa kuna Kerajaan Hindu kesadaran diri kidung dewa yadnya Kitab Suci Weda lontar Lontar Kala Maya Tattwa manawa dharma sastra Mantra Mantra Yoga manusa yadnya Meditasi Matahari Terbit Mengapa Kita Beragama menghafal sloka Mimbar Agama Hindu Moksha Motivasi Hindu Mpu Jayaprema nakbalibelog Naskah Dialog Nuur Tirtha Om or Aum one single family opini hindu moderat Panca Sradha panca yadnya Panca Yajna pandita Panglong 14 Tilem Kepitu parahyangan agung jagatkartta paras paros segilik seguluk Pasraman Pasupati Pembagian Kitab Suci Veda Pemuda Hindu Indonesia pendidikan hindu pengertian catur weda Pengertian Cuntaka penyuluh agama hindu Peradah percikan dharma Percikan Dharma Dewa Yajna phdi pinandita Pitra Yadnya Ngaben Pitrapuja potong gigi Principle Beliefs of Hinduism Proud To Be Hindu Puja dan Prathana Pujawali purana purnama tilem Purwaning Tilem Kapitu Radio online Bali rare angon nak bali belog Reinkarnasi Rgveda ritual hindu Roh Rsi yadnya sabuh mas sad darsana sad guru Samaveda sanatana dharma sang hyang pramesti guru Sang Kala Amangkurat Sang Kala Dungulan Sang Kala Galungan Sang Kala Tiga Sapta Timira Sarassamuscaya Sarassamuscaya Sloka sattvam rajah tamah Sekta Hindu Semangat Hindu seni budaya hindu Sex and Hinduism siwa budha waesnawa siwa ratri Sloka sloka bhagawad gita sloka Rgveda sloka yayurveda Slokantara Sloka Spiritual Bersifat Misterius spiritualitas hindu spma ribek sradha dan bhakti sri rama krishna paramahansa Sri Sathya Sai Baba Sri Svami Sivananda sumpah dalam perkara tabuh gesuri tabuh kreasi baru tabuh telu lelambatan tantri kamandaka tat twam asi tattwa susila upakara Tempat Suci Hindu tiga hubungan harmonis tri hita karana Tri kaya parisudha tri kerangka agama hindu tri mala tri pramana Triji Ratna Permata tujuan perkawinan tumimbal lahir upacara hindu upacara menek deha Upanisad Utsawa Dharma Gita vaidhika dharma Vasudhaiva Kutumbakam Vijaya Dashami widhi tatwa wija kasawur wiwaha agama hindu Yajna dan Sraddha yajna dan sradha Yayurveda Yoga Kundalini