OM. SA, BA, TA, A, I, NA, MA, SI, WA, YA, AM, UM, OM

PRAKATA

Selamat Datang

Semangat Hindu merupakan blog bersama umat Hindu untuk berbagi berita Hindu dan cerita singkat. Informasi kegiatan umat Hindu ini akan dapat menumbuhkan semangat kebersamaan.
Semangat Hindu semangat kita bersama.

Bersama Semangat Hindu kita berbagi berita dan cerita, info kegiatan, bakti sosial dan kepedulian, serta kegiatan keagamaan seperti ; pujawali, Kasadha, Kaharingan, Nyepi, Upacara Tiwah, Ngaben, Vijaya Dhasami dan lain sebagainya.

Marilah Berbagi Berita, Cerita, Informasi, Artikel Singkat. Bagi yang mempunyai Web/Blog, dengan tautan URL maka dapat meningkatkan SEO Web/ blog Anda.

Terima Kasih
Admin

RANBB

---#### Mohon Klik Share untuk mendukung blog ini ####---

Kamis, 30 April 2015

Upakara Yadnya; Ajaran Hindu Bersifat Fleksibel

UPAKARA YADNYA HINDU
upakara bali
Upakara Yadnya
Mengenai Upakara Yadnya atau Banten ini sudah ada sorotan tajam dipertanyakan dari segi eksistensinya maupun faktor ekonominya, apakah masih relevan pada masa kehidupan sekarang ini?. Apakah tidak bisa disederhanakan karena banyak menyita waktu, tenaga dan dana ?

Dulu, para pendahulu kita dalam mengamalkan Ajaran Kitab Suci Weda memilih Upakara Yadnya atau Banten sebagai perwujudan konkrit rasa bakti itu kepada Sang Hyang Widhi. Jadi tidak heran jika dalam kehidupan kita sehari-hari diliput oleh Upakara Yadnya ini. Karena setiap Yadnya pasti ada Upacara dan setiap Upacara pasti ada Upakara Yadnya atau Banten ini. Jadi kita rupanya tidak hanya cukup hanya memuja dan memohon kepada SangHyang Widhi pada saat Puja Wali tetapi juga harus menunjukkan prilaku atau bukti tanda bakti kepada-Nya sesuai petunjuk Sastra. 

Baca Juga Apakah Hindu Tak Bisa Tanpa Ritual Banten ?



Sebenarnya Ajaran Hindu bersifat fleksibel dan elastis dalam arti ajarannya dapat dilaksanakan menurut Desa (tempat), Kala (waktu) dan Patra (keadaan). Landasannya adalah Catur Dresta yaitu Purwa Dresta (norma-norma terdahulu yang baik), Desa Dresta (uger-uger yang dibuat oleh Desa Pakraman), Loka Dresta (undang-undang atau peraturan yang dibuat oleh Pemerintah) dan Sastra Dresta yaitu ketentuan-ketentuan berdasarkan Pustaka-Pustaka yang ada atau Kitab Suci Weda. Begitu juga wujud Upakara Yadnya dari segi materi Bantennya, bisa kecil (kanistama), sedang (madyama) dan besar (uttama). Walaupun demikian masih perlu adanya Pedoman pelaksanaan mengenai Upakara Yadnya atau Banten ini menyangkut Puja Wali untuk dijadikan pegangan bersama. Hal ini perlu untuk menghindari terjadinya friksi atau perbedaan-perbedaan yang mendasar.

Tantangan dan tuntutan yang dihadapi oleh Agama Hindu tepatnya Umat Hindu bukannya dari eksternal saja tetapi juga dari dalam diri sendiri atau internal yaitu para Cendekiawan Hindu. Ada kelompok yang menghendaki agar Agama Hindu dikembalikan kepada kemurnian ajaran Kitab Suci Weda seperti halnya di India. Ada kelompok yang cendrung berpikiran rasional pragmatis dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan ekonomis dalam mengaplikasikan nilai-nilai Ajaran Hindu kedalam aktivitas hidup sehari-hari. Ada juga kelompok yang berpikiran tradisional yang berpegangan kepada tradisi-tradisi warisan Leluhur dengan mengikuti praktek-praktek keagamaan yang sudah ada di Bali.

Menapak kedepan menghadapi perkembangan jaman dan tantangan serta tuntutan kehidupan yang semakin sulit dan semakin majunya IPTEK dan semakin meningkatnya daya pikir atau nalar Umat Hindu membuat mereka lebih mengembangkan pemikiran rasional filosofis dimana ini mau tidak mau nantinya akan secara pelan-pelan mendesak dogmatisme.

Jadi Upakara Yadnya atau Banten ini karena menjadi ciri khas suatu Yadnya yang mempunyai nilai magis dan daya cipta spiritual yang tinggi maka Upakara Yadnya atau Banten ini tetap harus ada dan bisa disederhanakan dengan cara mengambil tingkat sederhana (Kanistama) sesuai ketentuan Sastra Agama.



Hal ini sesuai dengan himbauan dari Danghyang Dwijendra atau Bhatara Sakti Wau Rawuh yang diunggah dalam Pustaka Eka Dasa Rudra dimana beliau mengatakan : "Bahwa jaman akan berubah maka perlu ada perubahan atau pembaharuan dalam ritual agama. Perubahan dan pembaharuan ini bukannya merusak agama dan ajarannya tetapi justru untuk menyelaraskan cara berpikir agama dengan budaya manusia yang sedang berkembang. ". Ini dilakukan agar Sradha atau keimanan Hindu tidak kandas dalam perjalanan sejarah. Yang penting menurut beliau dalam perubahan dan pembaharuan itu nilai dan Sradha atau keimanan Hindu tidak berubah. Dikutip dari makalah Ida Pedanda Nabe Gde Putra Sidemen. (RANBB)

Kamis, 09 April 2015

Pemahaman Tuhan Tingkat Nirguna Brahman

Warih Sire Agra Manikan Aum, rahajeng sanje semeton Pemahaman Tuhan pada tingkat Nirguna Brahman. Pada tingkat pemahaman Nirguna Brahman, Tuhan disebut sebagai PARAMASIWA. 

Dalam kitab suci Weda, Tuhan pada tingkat ini mempunyai definisi sebagai berikut: 
  1. Apramaya, yaitu kemahakuasaan yang sulit dibayangkan melalui panca indra karena beliau sangat halus dan sempurna. 
  2. Ananta, yaitu kemahakuasaan dilukiskan tiada terbatas, beliau ada di mana-mana, dan beliau mampu merubah segala sesuatu yang diingini olehNya. 
  3. Aupamya, yaitu kemahakuasaan Hyang Widhi yang sangat sulit mencari bandingannya. Karena semua makhluk yang ada di alam semesta tidak ada menyamai kemahakuasaan-Nya. 
  4. Anamaya, yaitu yang Maha Suci. Beliau sangat mulia, tidak pernah menderita suatu penyakit. 
  5. Maha Suksme, yaitu Maha Gaib yang sangat halus. 
  6. Sarwagata, yaitu Maha ada, Maha Besar meliputi seluruh jagad raya. 
  7. Dhruwa, yaitu sangat tenang, tiada bergerak, stabil namun Ia berada di mana mana. 
  8. Awyayam, yaitu Maha sempurna, walaupun Ia mengisi seluruh alam raya semesta, kesempurnaan beliau tiada berkurang. 
  9. Iswara, yaitu Raja alam semesta. Ia mengatur alam raya semesta, dan tiada satupun kekuatan yang mampu mengatur beliau. 
  10. Swayambhu, yaitu Absolut dalam segala-galanya, tidak dilahirkan karena Beliau ada dengan sendirinya.

Oleh-oleh melali jumah Pekak Google. Suksma Kak. Warih Sire Agra Manikan Aum, pada tingkat Nirguna Brahman, Tuhan tidak mempunyai wujud lagi dan juga tidak mempunyai sebutan seperti: Leluhur, Bhatara/i, Dewa/i, Widyadara/i dll. 

Juga Tuhan tidak dapat disimbulkan/dipersonifikasikan dengan Bangunan Suci, Arca, Pretima, prelingga, busana2, Banten dan segala bentuk persembahan2. Tuhan yang biasa disimbulkan/diwujudkan/dipersonifikasikan adalah pemujaan Tuhan pada tahap pemahaman Tuhan pada tingkat SAGUNA BRAHMAN

Rahayu... 
sumber : http://sangkulputih.blogspot.com

Cari Artikel di Blog ini

Berita Terkait Semangat Hindu

Artikel Agama Hindu

108 Mutiara Veda 3 kerangka agama hindu advaita visistadviata dvaita Agama Hindu Dharma agama islam Ajaran Hindu aksara suci om Apa yang dimaksud Cuntaka Apa yang dimaksud dengan Japa Apa yang dimaksud dengan Puja aris widodo artikel hindu arya dharma Arya Wedakarna Asta Brata Atharvaveda Atman babad Badan Penyiaran Hindu bagian catur weda bahasa jawa kuno bahasa kawi bahasa sanskerta Banggalah Menjadi Hindu banten hindu bali Belajar Hindu bhagavad gita Bhagawadgita bhagawan bhuta yadnya Bimas Hindu BPH Banten brahma wisnu siwa Brahman Atman Aikyam brahmana ksatriya wesia sudra budaya bali budha kliwon sinta Bukan Heroisme Canakhya Nitisastra cara sembahyang hindu catur asrama Catur Brata Catur Cuntakantaka Catur Purusha Artha Catur Purusharta catur veda Catur Warna Catur Weda Cendekiawan Hindu Dana Punia dewa dewi hindu dewa yadnya dewata nawa sanga dewi kata-kata dewi saraswati dharma artha kama moksa Dharma Santi dharma wacana Doa Anak Hindu epos mahabharata ramayana filsafat agama hindu ganesha Gayatri Sebagai Mantra Yoga Hari Raya Galungan Hari Raya Kuningan Hari Raya Nyepi Hari Raya Pagerwesi Hari Raya Saraswati Hari Raya Siwaratri HINDU adalah ARYA DHARMA HINDU ADALAH SANATHANA DHARMA HINDU ADALAH VAIDHIKA DHARMA Hindu Agama Terbesar di Dunia Hindu Banten Hindu beribadah di Pura Hindu Festival Hindu Indonesia hindu nusantara Hindu Tengger Hinduism Facts Hinduism the Greatest Religion in the Word Hukum Karma Ida Pedanda sakti isi catur weda Jadilah Manusia Setia Japa dan Mantram Jiwa kakawin Kamasutra Keagungan Aksara Suci OM Kekawin Lubdhaka kepemimpinan jawa kuna Kerajaan Hindu kidung dewa yadnya Kitab Suci Weda lontar Lontar Kala Maya Tattwa manawa dharma sastra Mantra Mantra Yoga manusa yadnya Meditasi Matahari Terbit Mengapa Kita Beragama menghafal sloka Mimbar Agama Hindu Moksha Motivasi Hindu Mpu Jayaprema nakbalibelog Naskah Dialog Nuur Tirtha Om or Aum one single family opini hindu moderat Panca Sradha panca yadnya Panca Yajna pandita Panglong 14 Tilem Kepitu parahyangan agung jagatkartta paras paros segilik seguluk Pasraman Pasupati Pembagian Kitab Suci Veda Pemuda Hindu Indonesia pendidikan hindu pengertian catur weda Pengertian Cuntaka penyuluh agama hindu Peradah percikan dharma Percikan Dharma Dewa Yajna phdi pinandita Pitra Yadnya Ngaben Pitrapuja potong gigi Principle Beliefs of Hinduism Proud To Be Hindu Puja dan Prathana Pujawali purana purnama tilem Purwaning Tilem Kapitu Radio online Bali rare angon nak bali belog Reinkarnasi Rgveda ritual hindu Roh Rsi yadnya sabuh mas sad darsana sad guru Samaveda sanatana dharma sang hyang pramesti guru Sang Kala Amangkurat Sang Kala Dungulan Sang Kala Galungan Sang Kala Tiga Sapta Timira Sarassamuscaya Sarassamuscaya Sloka sattvam rajah tamah Sekta Hindu Semangat Hindu seni budaya hindu Sex and Hinduism siwa budha waesnawa siwa ratri Sloka sloka bhagawad gita sloka Rgveda sloka yayurveda Slokantara Sloka Spiritual Bersifat Misterius spiritualitas hindu spma ribek sradha dan bhakti sri rama krishna paramahansa Sri Sathya Sai Baba Sri Svami Sivananda sumpah dalam perkara tabuh gesuri tabuh kreasi baru tabuh telu lelambatan tantri kamandaka tat twam asi tattwa susila upakara Tempat Suci Hindu tiga hubungan harmonis tri hita karana Tri kaya parisudha tri kerangka agama hindu tri mala tri pramana Triji Ratna Permata tujuan perkawinan tumimbal lahir upacara hindu upacara menek deha Upanisad Utsawa Dharma Gita vaidhika dharma Vasudhaiva Kutumbakam Vijaya Dashami widhi tatwa wija kasawur wiwaha agama hindu Yajna dan Sraddha yajna dan sradha Yayurveda Yoga Kundalini