OM. SA, BA, TA, A, I, NA, MA, SI, WA, YA, AM, UM, OM

PRAKATA

Selamat Datang

Semangat Hindu merupakan blog bersama umat Hindu untuk berbagi berita Hindu dan cerita singkat. Informasi kegiatan umat Hindu ini akan dapat menumbuhkan semangat kebersamaan.
Semangat Hindu semangat kita bersama.

Bersama Semangat Hindu kita berbagi berita dan cerita, info kegiatan, bakti sosial dan kepedulian, serta kegiatan keagamaan seperti ; pujawali, Kasadha, Kaharingan, Nyepi, Upacara Tiwah, Ngaben, Vijaya Dhasami dan lain sebagainya.

Marilah Berbagi Berita, Cerita, Informasi, Artikel Singkat. Bagi yang mempunyai Web/Blog, dengan tautan URL maka dapat meningkatkan SEO Web/ blog Anda.

Terima Kasih
Admin

RANBB

---#### Mohon Klik Share untuk mendukung blog ini ####---

Selasa, 09 Januari 2024

Hari Raya Siwaratri; Purwaning Tilem Kapitu

 Hari Raya Siwaratri

 

Om Swastiastu;

Om Anobhadrah krtavoyanthu visvatah ; semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru

 

Pinandita Lanang Istri yang sudah disucikan yang saya hormati

Yang saya hormati; Sesepuh dan Penasehat Banjar

Yang saya hormati; Ketua dan Pengurus Banjar Ciledug

Yang saya hormati; ketua dan Pengurus Tempek se Banjar Ciledug

Dan Umat Sedharma yang berbahagia.

 

Pada hari ini saya ……………….. akan membawakan Dharma Wacana yang berjudul Hari Raya Siwaratri

 

Pertama-tama saya menghaturkan rasa puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Sesuhunan Yang Melinggih di Pura Dharma Sidhi karena atas asung kerta waranugraha-Nya lah saya dan kita semua dapat hadir dalam persembahyangan ini dalam keadaan sehat walafiat.

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Hari ini Purwaning Tilem Kapitu atau Panglong 14 Tilem Kepitu yang datang setahun sekali kita melaksanakan Malam Ciwa, Malam Penebusan Dosa, dan Malam Pemujaan terhadap Ciwa.

 

Seperti kita ketahui hari ini adalah Hari Suci Siwaratri. Hari Suci Siwaratri diperingati sebagai hari permohonan kekuatan pengendalian diri kehadapan Sang Hyang Siwa, merupakan hari malam Siwa atau Siwaratri.

 

Kata Siwa berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya Baik Hati, Suka Memaafkan, Memberi Harapan, dan Membahagiakan.

 

Dalam hal ini kata Siwa adalah sebuah gelar atau nama kehormatan untuk salah satu manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang diberi nama Dewa Siwa, dalam fungsi Beliau sebagai pamrelina atau pelebur segala yang patut dilebur untuk mencapai kesucian atau kesadaran diri yang memberikan harapan untuk bahagia.

 

Kata Ratri artinya Malam, Malam disini juga dimaksudkan kegelapan.

 

Jadi Siwaratri artinya malam untuk melebur atau mem-prelina (melenyapkan) kegelapan hati menuju jalan yang terang.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Dalam Catur Dasi Krsnapaksa disebutkan Hari Raya Siwaratri jatuh pada Panglong ping 14 sasih Kapitu. Sehari sebelum bulan mati pada bulan Magha (kepitu), yaitu malam hari yang paling gelap di dalam satu tahun.

Menurut petunjuk dari isi sastra-sastra agama Hindu, hari Siwaratri adalah merupakan pengaplikasian dari ajaran Weda yang bersifat nyata karena pelaksanaannya sungguh-sungguh tercermin adanya nilai-nilai ajaran Samkhya Yoga, sebagai fundament dari ajaran Raja Yoga.

 

Adapun tujuan pelaksanaan hari Siwaratri, untuk menuntun spiritual umat Hindu, agar setiap saat mampu berintrospeksi diri sehingga dapat memacu meningkatkan pengendalian diri, dapat menggugah kesadaran (Cetana) umat akan dirinya bahwa hidup di dunia adalah berada dalam belenggu kekuatan Samsara.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Setiap hari raya Siwaratri kita juga melaksanakan Brata Siwaratri. Brata dalam bahasa Sanskerta berarti Janji, Sumpah, Pandangan, Kewajiban, Laku Utama, Keteguhan Hati.

 

Jadi disini dapat disimpulkan bahwa Brata Siwaratri artinya kewajiban sebagai laku utama atau janji untuk teguh hati melaksanakan ajaran Siwaratri.

 

Brata Siwaratri yang utama yaitu :

1. Upawasa

2. Monobrata

3. Jagra

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Dalam adat budaya Bali pelaksanaan Brata Siwaratri di atas meliputi :

 

1.   Upawasa artinya berpuasa tidak makan dan minum dari pukul 06.00 pagi pada pangelong ping 14 sampai pukul 18.00 Tileming sasih Kepitu atau selama 36 jam. Sebelum Upawasa melaksanakan penyucian diri (mesuci laksana), menghaturkan banten, bersembahyang dan metirtha.

 

2.   Monobrata artinya pantang bicara atau berdiam diri tanpa bicara, lamanya sama dengan Upawasa.

 

3.   Jagra artinya berjaga, bangkit, maksudnya tidak tidur selama 36 jam sama dengan Upawasa.

 

Pada sumber-sumber lain terdapat juga perihal kegiatan Brata Siwaratri ini yang dimulai pada pagi hari panglong ping 14 dengan melaksanakan suci laksana, kemudian puasa, latihan bathin.

 

Dilanjutkan dengan melaksanakan Bhatara Siwaratri Sambang yaitu duduk dalam samadhi, menenangkan hati semalam suntuk. Atau dapat pula dilakukan dengan hiburan suci; mapepawosan, membaca lontar, pustaka, Dharma Sastra, Itihasa sehingga selama 12 jam (1 malam) itu benar-benar kita tidak tidur.

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Terkadang kita mendengar bahwa Hari Siwaratri itu untuk melebur atau menebus dosa. Sesungguhnya pengertian yang demikian adalah kurang tepat, namun makna dan tujuan sebenarnya adalah sebagai tonggak hari perenungan atau introspeksi diri atas perbuatan-perbuatan yang telah lalu apakah perbuatannya itu lebih banyak kebajikan atau keburukan, hal itulah yang menjadi neraca renungan tersebut.

 

Pada malam Siwa ini kita memerlukan tuntunan dan waranugraha Dewa Siwa sebagai pemrelina segala sesuatu yang menghalangi tujuan suci.

 

Dalam Padma Purana maupun dalam Siwaratri Kalpa si pemburu dinyatakan sebagai orang yang papa (tidak dengan kata dosa) dan dengan melaksanakan Brata Siwaratri segala papa-nya menjadi sirna.

 

“ Sapapa niki nasa de nikin atanghi manuju Siwaratri kottama “

 

Dalam kaitannya dengan Siwaratri disebutkan :

“ yan matutur ikang atma ri jatinya “ yaitu tercapainya Kesadaran akan Sang Diri.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Dasar sastra agama mengenai Hari Siwaratri meliputi Purana yaitu Padma Purana, Siwa Purana, Skanda Purana dan Garuda Purana, menguraikan tentang Siwaratri, upacaranya, sekaligus si pemburunya yang naik sorga yaitu anugrah Siwa di Siwa Loka.

 

Kemudian ada Sastra agama yang bersifat Epos yaitu Lubdhaka Tattwa atau Lontar Kekawin Lubdhaka (Siwaratrikalpa) karya Mpu Tanakung merupakan yang terkenal di Bali

 

Adapun petunjuk Siwaratri menurut Pustaka Padma Purana adalah sebagai berikut:

 

Krtovasa Yotasyam Òªivam

Arcanti Jagratah BilvapatrniÒ«

Caturyamam Toyanti Òªivatulyatam

 

Artinya ?

Mereka yang berpuasa dan tetap tidak tidur berbhakti kehadapan Dewa Siwa dengan daun bila, selama malam itu mendapatkan identitas dengan Dewa Siwa.

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

Dilain waktu kita akan sampaikan Cerita Lubdaka

 

Harapan saya dari apa yang telah  saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua, Jika ada kekurangan dalam penyampaian dharma wacana ini saya mohon maaf. Karena tidak ada manusia yang sempurna, tiada gading yang tak retak. Akhir kata saya tutup dengan paramasantih.Om Santih, Santih, Santih Om...

Kamis, 14 Desember 2023

Makna Upakara; Kwangen, Daksina dan Segehan

 Makna Upakara; Kwangen, Daksina dan Segehan

 

Om Swastiastu;

Om Anobhadrah krtavoyanthu visvatah ; semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru


 

Pinandita Lanang Istri yang sudah disucikan yang saya hormati

Yang saya hormati; Sesepuh dan Penasehat Banjar

Yang saya hormati; Ketua dan Pengurus Banjar Ciledug

Yang saya hormati; ketua dan Pengurus Tempek se Banjar Ciledug

Dan Umat Sedharma yang berbahagia.

 

Pada hari ini saya ……………….. akan membawakan Dharma Wacana yang berjudul Makna Upakara;  Kwangen, Daksina dan Segehan

 

Pertama-tama saya menghaturkan rasa puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Sesuhunan Yang Melinggih di Pura Dharma Sidhi karena atas asung kerta waranugraha-Nya lah saya dan kita semua dapat hadir dalam persembahyangan ini dalam keadaan sehat walafiat.

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Pengertian Kwangen

Merupakan bentuk persembahan yang dipakai untuk menyembah Ista Dewata yaitu aspek Tuhan yang dimohon hadir dalam persembahyangan tersebut untuk menerima persembahan atau bhakti para pemujanya.

Cara memakainya

Karena Kewangen simbol Tuhan maka memakainya hendaknya sedemikian rupa sehingga muka kewangen berhadapan muka dengan pemakainya atau penyembahnya. Yang  merupakan  muka adalah uang kepeng, bila tidak ada uang kepeng dapat diganti dengan uang logam.

Bahan-Bahan Kwangen

Umat Sedharma yang berbahagia;

Kewangen dibuat, tempatnya dari daun pisang  atau janur yang dibentuk kojong. Isi kewangen, daun-daunan (plawa), bunga, uang kepeng dan porosan silih asih.

Adapun yang disebut porosan silih asih adalah dua helei daun sirih yang diisi kapur, gambir dan buah pinang, diatur sehingga bila digulung kelihatan bolak-balik baik bagian perut maupun punggungnya.

Umat Sedharma yang berbahagia;

Selanjutnya kami akan sampaikan perihal Daksina

Kata Daksina  mengandung arti Brahma, kemudian Brahma menjadi Brahman yaitu Sang Hyang Widhi. Daksina dibuat sebagai simbol manifestasi dari Brahman sendiri atau Hyang Widhi.

Bahan-bahan, isi  dan makna simbol dalam  Daksina :

Kalau melihat banyaknya isi dari daksina dan makna yang terkandung dalam tersebut, sebetulnya merupakan permohonan pada Ida Sang Hyang Widhi.

Mengenai telor kenapa harus telor itik,  karena itik sifatnya baik, dapat membedakan yang kotor dan yang bersih, tidak mau bertengkar. Jadi kalau memakai telor itik seolah-olah persembahan itu permohonan agar kita dianugerahi  kebijaksanaan oleh Hyang Widhi.

Umat Sedharma yang berbahagia;

Kita lanjutkan dengan Segehan

Upacara Mesegeh adalah upacara Dewa Yajna yang dilaksanakan pada Kajeng kliwon   :  Sang Kala Bucari  yaitu halaman rumah, kemudian Sang Bhuta Bucari yaitu halaman merajan dan Sang Dewi Durga yaitu dipintu luar.

 

Adapun Bahan segehan meliputi :

·         Nasi (sega)  ditaruh dalam tangkih (alas dari janur  berbentuk segitiga)

·         untuk dihalaman rumah 4 warna (putih, merah, kuning dan hitam) masing-masing dalam tangkih ditaruh di  4 arah mata angin

·         untuk di merajan/sanggah : 5 warna masing-masing ditaruh ditangkih (putih, merah, kuning, hitam dan ditengah pancawarna/brumbun)

·         untuk didepan pintu keluar halaman pekarangan   1 warna putih dalam 9 tangkih (8 mata angin 1 ditengah), beras, uang kepeng (2bh)  base  (sirih), benang putih dalam 1 tangkih bawang (merah), jahe (putih) dan garam areng (hitam) dalam 1 tangkih canang  yasa atau plaus sampian tangas dan bunga.

·         api takep atau dupa

·         air (tirtha) dan bunga dalam batil (tiap tampat disediakan 1 batil tirtha.

 

Bahan ini semua ditaruh dalam tamas, sehingga perlu 3 buah tamas banten segehan, juga api takep/dupa dan tirtha masing-masing harus ada.

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Harapan saya dari apa yang telah  saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua, Jika ada kekurangan dalam penyampaian dharma wacana ini saya mohon maaf. Karena tidak ada manusia yang sempurna, tiada gading yang tak retak. Akhir kata saya tutup dengan paramasantih.

Om Santih, Santih, Santih Om...

Senin, 04 Desember 2023

Agama Hindu Tak Terlepas dari Seni Budaya

Agama Hindu Tak Terlepas dari Seni Budaya

 

Om Swastiastu;

Om Anobhadrah krtavoyanthu visvatah ; semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru

 

Pinandita Lanang Istri yang sudah disucikan yang saya hormati

Yang saya hormati; Sesepuh dan Penasehat Banjar

Yang saya hormati; Ketua dan Pengurus Banjar Ciledug

Yang saya hormati; ketua dan Pengurus Tempek se Banjar Ciledug

Dan Umat Sedharma yang berbahagia.

 

agama hindu

Pada hari ini saya ……………….. akan membawakan Dharma Wacana yang berjudul Agama Hindu Tak Terlepas dari Seni Budaya .

 

Pertama-tama saya menghaturkan rasa puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Sesuhunan Yang Melinggih di Pura Dharma Sidhi karena atas waranugraha-Nya lah saya dan kita semua dapat hadir dalam persembahyangan ini dalam keadaan sehat walafiat.

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Yang kemudian Budaya berkembang membentuk seni Budaya.

 

Beragama itu harus memiliki buddhi, akal yang rasional, Hindu adalah agama yang bersifat filosofis dan spiritual, agama yang rasional sebagaimana halnya dengan filsafat, dan yang lebih dipentingkan dalam agama kita bukanlah dogma atau hukum, tetapi makna dan pengalaman pribadi dengan Yang Maha Suci, sehingga diutamakan didalam agama kita adalah memahami makna dan melakukan prakteknya.

 

Sedangkan  dalam agama dogmatis, kebenaran ditentukan oleh dogma atau hukum yang sering kali tidak dapat dipahami dengan nalar dan kalimat-kalimat hukum harus dikutip dengan lengkap.

 

Agama Hindu menuntun umatnya menuju kesadaran jiwa yang tertinggi dimana kesadaran ini lahir dari jiwa yang bebas, bukan ketaatan karena takut.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Melakukan praktek seni dan budaya merupakan salah satu cara kita mencintai agama Hindu. Dalam kehidupan beragama seni budaya Hindu sangat beraneka ragam; seperti, seni gerak, seni suara dan lain sebagainya.

 

Seni membutuhkan sensitifitas pada panca Indra sehingga terkadang Orang Hindu Bali itu Orang yang Sensi atau Sensitif.

 

Artinya, orang yang sangat peka, detil, terkadang orang awam berpikir Orang Bali Mudah Tersinggung. Dalam kehidupan orang Bali yang penuh dengan Seni, dibutuhkan rasa seni, sensitif terhadap seni. Rasa seni dipengaruhi oleh Agama Hindu yang Berbudaya. Semua kegiatan keagamaan selalu ada Seninya.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Seni Megambel misalnya, dalam Megambel atau seni bermain musik tradisional Bali atau Gamelan, para pemainnya dituntut memiliki sensitifitas pada syaraf pendengarannya.

 

Dimana dalam Gamelan tradisional ini memiliki 5 nada atau Slendro, yaitu Nang, Nung, Neng Nong, Ning. Sehingga pendengaran kita diharapkan sensitif dalam menerima frekwensi nada-nada ini, mampu membedakan setiap suara yang dihasilkan oleh bilah-bilah kuningan bila dipukul.

 

Harmonisasi suara menjadi daya tarik dari bermain gamelan ini, setiap pemain memiliki sensitifitas yang berbeda. Bagi yang telah menguasai seni megambel ini akan sangat mudah mendengar secara detail nada-nada yang dipukul oleh pemain lainya.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

Seni budaya lain yang membutuhkan sensitifitas seperti ;

 

Seni Menari : Sensitifitas gerakan

Seni Metanding Banten : Sensitifitas terhadap Komposisi Warna dan Bentuk

Seni Mekidung, Megeguntangan : sensitifitas Suara dan Telinga

Seni Memasak : Sensitifitas terhadap rasa, warna, bentuk dll

 

Dalam kegiatan Upakara dan Upacara : merupakan perpaduan seni dari kelima Panca Indra kita.

 

Dengan memahami pengaruh seni pada diri sendiri, berarti kitapun diharuskan mampu memahami orang lain, kemudian memahami lingkungan tempat kita bermasyarakat.

 

Salah satunya dengan Berkata yang Baik, Berprilaku yang Baik, Berpikir yang Baik, atau melakuka Trikaya Parisudha.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Pelaksanaan yajna umat Hindu itu selalu menarik siapa saja. Atau dengan kata lain, selalu dapat ngawrediang rasa lulut akung, mwang panrasa agama.

 

Jawabannya adalah karena pada dasarnya persembahan dan pemujaan atau yajna umat Hindu itu adalah menggunakan Pancapagendha, lima unsur seni sebagai sadhana bhakti.

 

Pancapagendha yang merupakan pengejawantahan konsep ajaran filasafat, tattwa dan nyasa. Atau dengan kata lain konsep ajaran sastra-sastra agama itu, mulai dari sruti, smrthi, dharmasastra, terutama dalam ajaran Upaweda, (Ithiasa, Purana, dan Nibandha), diwujud nyatakan, dipersonifikasikan dalam wujud pascapagendha itu, sehingga lebih mudah untuk dilihat, dimengerti bagi masyarakat pada umumnya, dalam penghayatan ajaran agama yang immanent, yang merupakan awal untuk mencapai tujuan agama yang transedental, Atau dengan kata lain, pelaksanaan hidup dan kehidupan keagamaan secara sekala, merupakan jalan awal untuk mencapai tujuan agama niskala.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;


Kelima unsur seni dalam konsep Pancapagendha, adalah sebagai berikut:


1. Seni Sastra


Ithiasa, Wiracarita, Purana (Manapurana dan upapurana) pada dasarnya adalah penjabaran Sang Hyang Catur Weda Jangkep, (Samaweda, Regweda, Yayurweda, dan Atharwaweda).

 

Di Bali ditulis dalam riptaprasasti (lontar-lontar Tattwa, Tutur, Wariga, Babad, Gaguritan, Kidung, Kakawin, termasuk lontar-lontar Mpu Lutuk dan Prembon Bebantenan, yang pada umumnya adalah merupakan sumber petunjuk dan tuntunan keempat unsur pancapagendha lainnya.


2. Seni Vokal


Gaguritan, Kidung, Kakawin, Palawakya, sampai yang merupakan chanda (Guru Lau), rapalan mantra, stuti, stava Ida Padanda saat mapuja, mulai dari saat Nyuryasewana, sampai muput karya/ yajna tertentu. Termasuk juga rapalan saat para Pamangku saat nganteb, adalah tergolong chanda, seni vocal.


3. Seni Instrumen


Berbagai perangkat gamelan, seperti gong, angklung, saron, smara pagulingan, gambang, gender wayang, salonding, dendengkuk, gong beri, dan lain sebagainya.


4. Seni Gerak


Berbagai sasolahan atau tari, mulai dari tari Wali, Tari Babali, dan Tari Balih-balihan. Tari Wali dan Tari Babali adalah tergolong tari sakral. Tari Wali merupakan bagian dari pelaksanaan upacara seperti berbagai jenis tari Rejang yang telah dikemukakan, tari Pendet, pada saat ngaturan prani, berbagai tari Baris (kecuali Baris Provan), sedangkan tari Babali adalah sebagai penunjang upacara, seperti Topeng Sidakarya, Wayang Lemah, Mabhisama, atau Kincang-kincung. Sedangkan tari Balih-balihan adalah pagelaran tari yang semata-mata bersifat hiburan, seperti Topeng Prembon, Arja, Wayang, Joged Bumbung, Drama Gong, dan sebagainya.


5. Seni Rupa


Adalah hasil karya seni lukis (chitralekha), berbagai Rerajahan dan Sasuratan, seperti telah dikemukakan. Termasuk seni pahat dan seni bangun. Gabungan antara seni lukis, seni pahat dan seni bangun dalam wujud banten disebut seni kriya seperti Sarad dan Kokudian Wadah.

 

Sasuratan dalam tatacara agama masyarakat umat Hindu di Bali, memiliki konotasi yang hanya digunakan dalam upacara Panca Yajna. Sedangkan Rerajahan memiliki konotasi yang hanya digunakan data lontar-lontar pregolan, seperti tumbal, sasuwuk, tataneman, babuntilan, pangimpas-pangimpas dan sahanan pangraksa.

 

Yang terakhir adalah persembahan sangging maranggi dan undagi maranggi dalam konsep pancapagendha ini, dan dalam wujud seni arca pada khususnya, yang akhir-akhir ini sering menimbulkan permasalahan-permasalahan dalam penggunaannya.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

Harapan saya dari apa yang telah  saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua, Jika ada kekurangan dalam penyampaian dharma wacana ini saya mohon maaf. Karena tidak ada manusia yang sempurna, tiada gading yang tak retak. Akhir kata saya tutup dengan paramasantih.

Om Santih, Santih, Santih Om...

 

Selasa, 07 November 2023

Makna Simbol dalam Upakara Banten; yaitu Canang

Makna Simbol dalam Upakara Banten; yaitu Canang

Makna Simbol dalam Upakara Banten; Canang

 


Om Swastiastu;

Om Anobhadrah krtavoyanthu visvatah ; semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru

 

Pinandita Lanang Istri yang sudah disucikan yang saya hormati

Yang saya hormati; Sesepuh dan Penasehat Banjar

Yang saya hormati; Ketua dan Pengurus Banjar Ciledug

Yang saya hormati; ketua dan Pengurus Tempek se Banjar Ciledug

Dan Umat Sedharma yang berbahagia.

 

Pada hari ini saya ……………….. akan membawakan Dharma Wacana yang berjudul Makna Simbol dalam Upakara Banten; yaitu Canang

 

Pertama-tama saya menghaturkan rasa puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Sesuhunan Yang Melinggih di Pura Dharma Sidhi karena atas asung kerta waranugraha-Nya lah saya dan kita semua dapat hadir dalam persembahyangan ini dalam keadaan sehat walafiat.

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Kata ”Canang” berasal dari bahasa Jawa kuno yang mulanya berarti sirih yang dihidangkan kepada para tamu yang sangat dihormati. Kebiasaan makan sirih jaman dulu merupakan tradisi yang sangat terhormat

 

Dalam Kekawin Nitisastra menjelaskan :

 

 Masepi tikang waktra tan amucang wang

 

Artinya

” Sepi rasanya bila mulut kita tidak makan sirih”

 

Jadi Sirih merupakan sarana yang benar-benar memiliki nilai tinggi, apalagi dengan banyak penelitian mengenai  manfaat daun sirih bagi pengobatan dan pemeliharaan kesehatan.

 

Kebiasaan makan sirih kiranya sudah membudaya  diseluruh Nusantara, terbukti bila ada upacara adat pasti ada suguhan makan sirih (kinang untuk bahasa Jawa).

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Dalam persembahyangan untuk di Jawa ada sesaji yang bernama Gedang Ayu Suruh Ayu  Kembang wangi ( Bahasa Jawa, artinya Pisang yang cantih, sirih yang cantih dan bunga harum). Setelah Agama Hindu berkembang  di Bali, daun sirih menjadi unsur penting dalam setiap sesajian, yang menjadi unsur pokok dalam apa yang disebut  banten canang.

 

Rangkaian sirih itu kemudian disebut porosan.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Kami mencoba menguraikan Bahan Banten Canang yang terdiri atas :

 

Porosan

Porosan dibuat dari daun sirih, kapur dan buah pinang (jambe dalam Bahasa Jawa) dijepit atau dibungkus dengan potongan janur dibentuk lancip  Porosan dimaknai pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi dalam manifestasi Tri Murti  (buah pinang sebagai lambang Brahma, sirih sebagai lambang Wisnu, dan kapur sebagai lambang Siwa.

 

Manusia tidak terlepas dari Lahir (Brahma), Hidup (Wisnu) dan Pralina (Iswara). Sehingga Arti Makna dari Porosan  adalah memohon tuntunan dan kekuatan Tuhan (Tri Murti) agar diberikan tuntunan (sesuatu yang lahir dari hati), kekuatan pikiran yang hening dan suci (pemeliharaan jiwa) serta dapat menghilangkan (Pralina) segala bentuk pengaruh buruk duniawi agar tercapainya hidup yang bahagia dan sejahtera.

 

Plawa

Plawa adalam daun dari tumbuh-tumbuhan. Berdasar lontar Yajna Prakerti bahwa plawa melambangkan tumbuhnya pikiran yang hening dan suci, maksudnya dalam memuja Hyang Wdhi hendaknya berusaha dengan pikiran hening dan suci.

 

Bunga

Bunga dalam canang melambangkan keihklasan. Memuja Tuhan Yang Maha Esa berlandaskan keihklasan

 

Dalam Bhagawadgita, VII.1 disebutkan :

 

Sribhagavan uvacha : mayy asaktamanah partha, yogam yunjan

madarasyah, asamsayam samagram mam, yatha jnasyasi tach chhrinu

 

Artinya

 

Dengarkan kini oh Partha, melaksanakan yoga, Dengan pikiranmu terpaku kepadaku, Dengan aku sebagai pelindungmu, Tanpa ragu kau akan mengenal Aku sepenuhnya. Manusia yang tidak mengihklaskan hidupnya akan selalu mengalami keresahan dalam hidupnya. Seseorang yang resah tidak pernah memiliki perasaan tenang apalagi hening dan suci.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Berikutnya ada berupa Tetuesaan, Reringgitan dan jejahitan

 

Tetuesan, reringgitan dan jejahitan melambangkan keteguhan hati untuk menuju kebaikan dan kebenaran

 

Bahan Banten Canang selanjutnya ada Urassari

Urassari  dibuat dari jejahitan, tetuesan dan reringgitan pertama dibuat garis silang menyerupai tapak dara yaitu bentuk sederhana dari Swastika. Kemudian disusun sedemikian rupa menjadi bentuk lingkaran yang menyerupai  Padma Astadala, lambang stana Hyang Widhi dengan delapan penjuru mata anginnya

 

Berdasarkan ajaran Agama Hindu penciptaan alam semesta ini oleh Hyang Widhi melalui  tiga proses

 

1.   Srasti   adalah proses penciptaan alam semesta beserta isinya melalui evolusi dua unsur purusa dan perdana

 

2.   Swastika adalah proses ketika alam semesta seisinya mencapai puncak keseombangan yang bersifat dinamis, kondisi ini dilambangkan dengan jejahitan dengan bentuk tapak dara dan kemudian menjadi Padma Astadala Padma Astadala adalah lambang perputaran alam yang dinamis dan seimbang sebagai sumber kebahagiaan.

 

3.   Pralaya  adalah proses alam semesta lebur keeembali keasalnya yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Dalam Kitab  Bhagawadgita  III.24 menyebutkan

 

Utsideyur ime loka na kuryam karma ched aham

samkarasya cha karta syamupahanyam imah prajah

 

Artinya

 

Jika Aku berhenti bekerja, dunia akan hancur lebur dan

Aku jadi pencipta keruntuhan memusnahkan manusia ini semu

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Selanjutnya kami sampaikan Makna Canang :

 

·         Lambang perjuangan hidup manusia dengan memohon perlindungannya

·         Lambang menumbuhkan keteguhan, kelanggengan dan kesucian pikiran manusia berlandaskan yajna kehadapan Hyang Widhi

·         Sebagai lambang suatu usaha umat manusia untuk mevisualisasikan ajaran Agama

·         Hindu  dalam bentuk banten memberi keterangan dan arti dan makna hidup ini

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Harapan saya dari apa yang telah  saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua, Jika ada kekurangan dalam penyampaian dharma wacana ini saya mohon maaf. Karena tidak ada manusia yang sempurna, tiada gading yang tak retak. Akhir kata saya tutup dengan paramasantih.

Om Santih, Santih, Santih Om...

 

Cari Artikel di Blog ini

Berita Terkait Semangat Hindu

Artikel Agama Hindu

108 Mutiara Veda 3 kerangka agama hindu advaita visistadviata dvaita Agama Hindu Dharma agama islam Ajaran Hindu aksara suci om Apa yang dimaksud Cuntaka Apa yang dimaksud dengan Japa Apa yang dimaksud dengan Puja aris widodo artikel hindu arya dharma Arya Wedakarna Asta Brata Atharvaveda Atman babad Badan Penyiaran Hindu bagian catur weda bahasa jawa kuno bahasa kawi bahasa sanskerta Banggalah Menjadi Hindu banten hindu bali Belajar Hindu bhagavad gita Bhagawadgita bhagawan bhuta yadnya Bimas Hindu BPH Banten brahma wisnu siwa Brahman Atman Aikyam brahmana ksatriya wesia sudra budaya bali budha kliwon sinta Bukan Heroisme Canakhya Nitisastra cara sembahyang hindu catur asrama Catur Brata Catur Cuntakantaka Catur Purusha Artha Catur Purusharta catur veda Catur Warna Catur Weda Cendekiawan Hindu Dana Punia dewa dewi hindu dewa yadnya dewata nawa sanga dewi kata-kata dewi saraswati dharma artha kama moksa Dharma Santi dharma wacana Doa Anak Hindu epos mahabharata ramayana filsafat agama hindu ganesha Gayatri Sebagai Mantra Yoga Hari Raya Galungan Hari Raya Kuningan Hari Raya Nyepi Hari Raya Pagerwesi Hari Raya Saraswati Hari Raya Siwaratri HINDU adalah ARYA DHARMA HINDU ADALAH SANATHANA DHARMA HINDU ADALAH VAIDHIKA DHARMA Hindu Agama Terbesar di Dunia Hindu Banten Hindu beribadah di Pura Hindu Festival Hindu Indonesia hindu nusantara Hindu Tengger Hinduism Facts Hinduism the Greatest Religion in the Word Hukum Karma Ida Pedanda sakti isi catur weda Jadilah Manusia Setia Japa dan Mantram Jiwa kakawin Kamasutra Keagungan Aksara Suci OM Kekawin Lubdhaka kepemimpinan jawa kuna Kerajaan Hindu kidung dewa yadnya Kitab Suci Weda lontar Lontar Kala Maya Tattwa manawa dharma sastra Mantra Mantra Yoga manusa yadnya Meditasi Matahari Terbit Mengapa Kita Beragama menghafal sloka Mimbar Agama Hindu Moksha Motivasi Hindu Mpu Jayaprema nakbalibelog Naskah Dialog Nuur Tirtha Om or Aum one single family opini hindu moderat Panca Sradha panca yadnya Panca Yajna pandita Panglong 14 Tilem Kepitu parahyangan agung jagatkartta paras paros segilik seguluk Pasraman Pasupati Pembagian Kitab Suci Veda Pemuda Hindu Indonesia pendidikan hindu pengertian catur weda Pengertian Cuntaka penyuluh agama hindu Peradah percikan dharma Percikan Dharma Dewa Yajna phdi pinandita Pitra Yadnya Ngaben Pitrapuja potong gigi Principle Beliefs of Hinduism Proud To Be Hindu Puja dan Prathana Pujawali purana purnama tilem Purwaning Tilem Kapitu Radio online Bali rare angon nak bali belog Reinkarnasi Rgveda ritual hindu Roh Rsi yadnya sabuh mas sad darsana sad guru Samaveda sanatana dharma sang hyang pramesti guru Sang Kala Amangkurat Sang Kala Dungulan Sang Kala Galungan Sang Kala Tiga Sapta Timira Sarassamuscaya Sarassamuscaya Sloka sattvam rajah tamah Sekta Hindu Semangat Hindu seni budaya hindu Sex and Hinduism siwa budha waesnawa siwa ratri Sloka sloka bhagawad gita sloka Rgveda sloka yayurveda Slokantara Sloka Spiritual Bersifat Misterius spiritualitas hindu spma ribek sradha dan bhakti sri rama krishna paramahansa Sri Sathya Sai Baba Sri Svami Sivananda sumpah dalam perkara tabuh gesuri tabuh kreasi baru tabuh telu lelambatan tantri kamandaka tat twam asi tattwa susila upakara Tempat Suci Hindu tiga hubungan harmonis tri hita karana Tri kaya parisudha tri kerangka agama hindu tri mala tri pramana Triji Ratna Permata tujuan perkawinan tumimbal lahir upacara hindu upacara menek deha Upanisad Utsawa Dharma Gita vaidhika dharma Vasudhaiva Kutumbakam Vijaya Dashami widhi tatwa wija kasawur wiwaha agama hindu Yajna dan Sraddha yajna dan sradha Yayurveda Yoga Kundalini