OM. SA, BA, TA, A, I, NA, MA, SI, WA, YA, AM, UM, OM

PRAKATA

Selamat Datang

Semangat Hindu merupakan blog bersama umat Hindu untuk berbagi berita Hindu dan cerita singkat. Informasi kegiatan umat Hindu ini akan dapat menumbuhkan semangat kebersamaan.
Semangat Hindu semangat kita bersama.

Bersama Semangat Hindu kita berbagi berita dan cerita, info kegiatan, bakti sosial dan kepedulian, serta kegiatan keagamaan seperti ; pujawali, Kasadha, Kaharingan, Nyepi, Upacara Tiwah, Ngaben, Vijaya Dhasami dan lain sebagainya.

Marilah Berbagi Berita, Cerita, Informasi, Artikel Singkat. Bagi yang mempunyai Web/Blog, dengan tautan URL maka dapat meningkatkan SEO Web/ blog Anda.

Terima Kasih
Admin

RANBB

---#### Mohon Klik Share untuk mendukung blog ini ####---

Senin, 25 November 2013

Tempat Suci Sebagai Obyek Wisata

Tempat Suci Sebagai Obyek Wisata





Banyak sekali tempat suci berbagai agama yang menjadi obyek wisata. Beragam hal yang menarik bisa dilihat wisatawan. Ada mengenai artsitekturnya, sejarahnya, lokasi tempatnya berdiri yang begitu indah, atau gabungan dari unsur-unsur  itu.

Orangyang ke Roma (Italia) pasti berniatmengunjungi Kota Suci Vatikan.Kota Vatikan adalah salah satu obyek wisata menarik di dunia. Wisatawan mengagumi arsitekturnya, koleksi yang bersejarah, tentu pula suasana religius untuk wisatawan yang beragama Katolik. Karena ini adalah tempat suci, tak semua ruangan bisa dimasuki wisatawan. Kapel Sistina, misalnya, di mana para kardinal berkumpul pada saat pemilihan Paus yang baru, tak bisa dimasuki wisatawan. Pada hari-hari tertentu keagaman Katolik beberapa bangunan juga steril dari pengunjung.

Di India, tempat suci umat Hindu pun menjadi obyek wisata yang menarik, tak hanya dikunjungi oleh pemeluk Hindu. Bahkan ada masjid atau tempat suci umat Islam yang menjadi obyek wisata yang penuh sesak pengunjung. Yakni Taj Mahal yang terletak di Agra. Arsitekturnya sangat dikagumi orang.
Di dalam negeri begitu banyak tempat suci di luar tempat suci umat Hindu yang jadi obyek wisata. Bukan saja pura yang dikunjungi wisatawan, juga masjid, gereja dan wihara. Masjid Istiqlal di Jakarta tiap hari (kecuali Jumat) dikunjungi pelancong yang tak semuanya beragama Islam. Ini masjid terbesar di Asia Tenggara yang dibangun oleh Presiden Soekarno pada 21 Agustus 1951. Arsitektur masjid bertingkat lima ini justru dibuat oleh penganut Kristen Protestan yaitu Frederich Silaban.

Masyarakat non-Muslim yang berkunjung ke masjid ini sebelumnya mendapat pembekalan informasi mengenai Islam dan Masjid Istiqlal, seperti halnya wisatawan yang berkunjung ke Pura Besakih mendapat informasi dari pemandu wisata. Tentu ada aturan yang harus dipatuhi, misalnya, melepas alas kaki, tidak merokok dan berlaku sopan. Saya beberapa kali berkeliling ke sini terutama melihat perpustakaannya. Kebetulan di masjid ini juga berkantor berbagai ormas Islam.

Masjid Kudus yang lebih dikenal dengan nama Masjid Menara Kudus, juga menjadi daya tarik wisatawan. Masjid yang dibangun tahun 1530oleh Sunan Kudus (nama asli Ja’far Sodiq)ini memanfaatkan peninggalan kuil Hindu yang dijadikan menara masjid, sampai kini. Bahkan karena memakai peninggalan budaya Hindu, Sunan Kudus meminta masyarakatnya untuk tidak menyembelih sapi, menghormati agama Hindu yang memuliakan sapi. Sampai sekarang tak ada penyembelihan sapi di Kudus, di sana yang terkenal daging kerbau. Kalau pun ada dijual sate sapi, daging sapi itu didatangkan dari Pati. Masjid Menara Kudus dijadikan lambang perpaduan harmonis budaya Hindu dan Islam dengan arsitekturnya yang tinggi. Saya berkali-kali ke masjid ini.

Masjid Agung Demak pun menarik bagi wisatawan. Ini masjid peninggalan Wali Songo yang dibangun tahun 1479. Masjid ini mengungkap banyak sekali sejarah Islam di Tanah Jawa selain arsitekturnya yang sangat dikagumi dengan begitu banyak tiang penyangga. Kisah unik adalah pembangun soko guru (tiang utama) masjid. Sunang Bonang membuat tiang di bagian barat lau, Sunan Kalijaga di timur laut, Sunan Ampel di tenggara, Sunan Gunung Jati di barat daya. Satu dari tiang utama ini tidak memakai kayu yang utuh, tetapi potongan-potongan kayu yang direkatkan begitu saja.

Masjid Menara Kudus dan Masjid Agung Demak sudah masuk ke dalam destinasi pariwisata nasional. Dalam rencana induk kepariwisataan nasional 2011-2026 masjid-masjid ini masuk dalam KPPN (Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional) dan belum berhasil masuk ke dalam KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional). Tinggal menunggu giliran saja.

Gereja Katedral Jakarta yang berdiri kokoh di sebelah utara Lapangan Banteng Jakarta setiap hari dikunjungi banyak wisatawan. Bahkan gereja umat Katolik yang bangunannya bergayaarsitektur neo-Gotik ini dijadikancagar budaya nasional.  Ini membuat gereja itu terpelihara dengan baik dan koleksinya terus bertambah. Kita di Bali jangankan menjadikan Pura Besakih sebagai cagar budaya, untuk dijadikan warisan budaya dunia saja menolak, bahkan kini masuk KSPN juga ditolak. Takut kesuciannya luntur, padahal terbukti gereja dan masjid terkenal tak pernah takut kesuciannya luntur hanya karena wisatawan.

Tentu ada bagian-bagian yang suci dan bagian-bagian yang bebas untuk dinikmati. Gereja Katedral Jakarta yang dibangunpada 1891 ini dilengkapi museum yang padat dikunjungi wisatawan.  Salah satu yang menarik, misalnya, bagian yang menyimpan busana rohaniawan Katolik, mulai dari jubah, topi, kasula berbagai warna. Kasula adalah lapisan terluar busana yang dikenakan rohaniwan Katolik. Warna kasula yang dikenakan seorang pastor memiliki makna tertentu. Kasula berwarna putih biasanya dipakai untuk ibadah sehari-hari, sedangkan ungu dan merah digunakan untuk acara duka seperti misa tutup peti dan paskah.

Hal serupa juga saya lihat ketika mengunjungi vihara yang disebut-sebut sebagai terbesar di Asia, yaitu Maha Vihara Duta Maitreya di kota Batam. Banyak sekali ornamen yang digunakan oleh para bhiku dalam ritual maupun pernik-pernik ritual itu sendiri. Pengunjung bahkan bisa membeli replikanya untuk kenang-kenangan.

Belajar dari sejumlah tempat suci non-Hindu yang jadi obyek wisata dan mau dikembangkan menjadi kawasan strategis pariwisata, saya lalu membayangkan Pura Besakih menjadi tempat suci yang juga kawasan strategis pariwisata. Boleh saja Pura Besakih tak perlu dijadikan cagar budaya seperti Kaderal Jakarta, karena kita takut. Atau tetap menolak dijadikan warisan budaya dunia seperti Taj Mahal dan sebagainya, karena kebetulan pendaftarannya sudah selesai. Namun, sekiranya Besakih mau dimasukkan dalam KSPN “Besakih – Gunung Agung dan Sekitarnya” dan kemudian terbentuk Badan Otorita Besakih, maka pura ini akan bersinar kesuciannya dan menjadi obyek wisata yang menarik.

KSPN Besakih itu yang  dibangun pusat, hanya jalan lokal ke hutan lindung untuk melindungi flora dan fauna. Namun karena target wisata adalah tempat ibadah atau peninggalam masa lalu, dana dari pusat bisa dikelola Badan Otorita untuk membangun hal-hal di luar areal suci. Seperti halnya Katedral yang areal kebaktiannya tak bisa dimasuki turis, Pura Besakih tak bisa dimasuki turis pada bagian manda utama (jeroan). Semua jeroan tak boleh dimasuki apalagi yang mahasuci Penataran Padma Tiga. Apapun alasannya, jika tidak bersembahyang, tak boleh masuk ke sana. Nah di luar itu lorong-lorong dibangun yang bagus. Wantilan Besakih di jaba bisa dijadikan museum (atau membangun yang baru), pamerkan berbagai sarana ritual, dokumentasi yadnya dan – meniru Katedral – pamerkan busana sembahyang. Kalau walaka (orang biasa) bagaimana busananya, kalau pemangku bagaimana, kalau sulinggih bagaimana pernik-pernik dan artinya itu. Sekarang ini banyak yang tak tahu apa arti warna ketu (bawa) sulinggih, apa arti genitri dan sebagainya.

Kesucian Besakih tak akan ternoda kalau kita meniru Katedral. Juga meniru masjid-masjid, di mana saat  sholat Jumat tak boleh ada kunjungan turis. Nanti di Besakih diperlakukan pula, saat ada Panca Wali Krama dan sejenisnya Pura Besakih ditutup untuk wisatawan. Besakih jadi semakin suci (dibandingkan sekarang) dan semakin tertata rapi jika Badan Otorita mau menata lingkungannya. Dana KSPN bisa ditarik untuk ini. Tapi kalau KSPN sudah ditolak, ya sudahlah, kita akan tetap melihat Besakih yang semerawut seperti sekarang, pedagang merangsek sampai lorong-lorong dan turis seenaknya masuk Penataran asal memakai kain. Kita kekurangan dana mengelola tempat suci ini jika hanya mengandalkan Pemda. Mengurusi sampah upacara saja sulit.
sumber : http://m.mpujayaprema.com/index.php/?x=r&i=286

Rabu, 20 November 2013

Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis Kabupaten Nganjuk

Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis
Kabupaten Nganjuk merupakan Pura tertua di Pulau Jawa ini, terletak di lereng Gunung Wilis Dusun Cukrik Desa Bajulan Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk Jawa Timur. Piodalan Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis jatuh pada Purnama ke Lima.
Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis
 Foto Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis dikirim oleh ponakan (Fua) yang kuliah di ITS Surabaya.

Dalam setiap kegiatan keumatan ataupun kehidupan bermasyarakat umat Hindu selalu kompak, bersatu padu serta penuh ketulus-ikhlasan dalam berkegiatan. Umat Hindu yang tangkil (datang untuk bersembahyang) saat piodalan selain dari Nganjuk Jawa Timur, juga dari Surabaya, Jakarta, Bali, Kediri dan lain sebagainya. Ini menunjukkan bahwasanya umat Hindu sangat bersatu dan penuh rasa cinta bhakti kepada Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.

Tirtayatra Mahasiswa
 Foto Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis dikirim oleh ponakan (Fua) yang kuliah di ITS Surabaya.




Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis ini sering pula dikunjungi umat Hindu dari seluruh nusantara walaupun bukan pada saat pujawali. Kegiatan ini disebut dengan Tirtayatra, yaitu mengunjungi dan ngaturang bakti pada tempat-tempat suci yang dikunjungi, selain mengenal secara dekat juga untuk meningkatkan Sradha dan Bhakti kita kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa.

Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis (ada yang menulis dengan kata Buana) merupakan Pura Penyawangan dari Candi Sapto Argo yang berada di puncak Gunung Wilis. Candi Sapto Argo yang dipuncak Gunung Wilis dipercaya sebagai tempat pemujaan Dewa Wisnu, Dewi Sri dan leluhur. Disekitar Candi Sapto Argo terdapat situs-situs, dilereng Gunung Wilis terdapat tempat-tempat pertapaan, serta goa besar sebagai tempat bersamadhi. Kawasan Candi Sapto Argo memiliki lima Mandala, dan Candi Sapto Argo terletak di tengah-tengah Mandala tersebut. Pajenengan yang ditemukan di areal Candi Sapto Argo saat ini disimpan dan dirawat sebagai Pajenengan Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis, yaitu berupa Genta berhulu Triwikrama, Lonceng berhulu Narasingha dan Pasepan yang berukiran empat dewa-dewa.

Dari berbagai sumber. (RANBB)

Selasa, 19 November 2013

Candi Kurung dan Candi Bentar Pura Agung Wana Kerta Jagatnata Sulteng

Peresmian Dua Candi Dihadiri Ribuan Umat Hindu
Wakil Gubernur Sulawesi Tengah H Sudarto SH MHum, mewakili Gubernur Longki Djanggola saat peresmian Candi Kurung dan Candi Bentar Pura Agung Wana Kerta Jagatnata, Sabtu (16/11), mengatakan sebagai sebuah tempat suci Pura Agung Wana Kerta Jagatnata ini diharapkan dapat difungfsikan semakin baik ke depan.

Dengan rampungnya proses renovasi dan pembangunan untuk kembali memperindah dan memperkokoh Pura Agung Wana Kerta Jagatnata ini, setelahnya diharapkan akan mampu memberi dampak pada kualitas keimanan umat Hindu di Sulawesi Tengah. Selaku pemerintah daerah, apresiasi itu pun diberikan khusunya kepada parisada hindu dalam hal ini PHDI Sulteng secara khusus.
“Agar menjadi orang-orang yang berguna bagi bangsa dan negara khususnya berguna bagi masyarakat untuk membangun kebersamaan, kerukunan dan kedamaian agar lebih kokoh dalam mengahdapi segala perubahan di tengah kehidupan umat beragama,” tandas Wagub, dalam sambutan tertulis Gubernur yang dibacakannya.


Wagub yang ikut pula didampingi oleh Asisten I Setdaprov Sulteng H Baharuddin HT tersebut, mengatakan umat Hindu merupakan rahmat bagi daerah Sulawesi Tengah yang peranannya dapat terus ditingkatkan di dalam membangun umat beragama yang rukun dan damai di daerah ini.


“Saya mengajak  untuk meningkatkan keimanan didalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan bermasyarakat. Mari kita jadikan upacara piodalan sebagai sarana untuk mempertebal keimanan dari pengaruh-pengaruh negatif akibat perubahan yang semakin modern bagi generasi kita,” harapnya.


Menandai peresmian tersebut, Wagub didampingi jajaran PHDI Sulteng, melakukan pemukulan gong menandai difungsikannya Candi Kurung dan Candi Bentar di Pura Agung Wana Kerta Jagatnata tersebut.


Kesempatan tersebut, dihadiri oleh ribuan umat Hindu yang antusias menyaksikan berlangsungnya parisada night yang usai itu, dilanjutkan dengan pertunjukan hiburan termasuk penampilan dari penyanyi lokal Sulteng dan penyanyi asal Bali.


sumber : http://www. radarsulteng. co. id

Jumat, 15 November 2013

Vrata dalam Kitab Suci Veda

VRATA ATAU BRATA

Vrata atau Brata adalah janji dengan sungguh-sungguh melaksanakan disiplin atau latihan rohani tertentu. Brata diartikan disiplin tertentu. Seorang yang melaksanakan Vrata atau Brata akan memperoleh penyucian diri (diksa). Brata harus ditandai dengan Sraddha (keimanan) yang mantap. Keberadaan Tuhan Yang Maha Esa dapat dirasakan melalui Brata, dan dengan tapa seseorang mencapai sorga.


 

Brata atau Vrata mengantarkan menuju Tuhan Yang Maga Agung

Vratena diksam apnoti
diksaya-apnoti daksinam
daksina sraddham apnoti
sraddhaya satyam apyate

Yayurveda XIX.30
"Dengan menjalankan brata, seseorang mencapai diksa (penyucian diri). Dengan diksa seseorang mencapai daksina (penghormatan). Dengan daksina seseorang mencapai sraddha (kepercayaan/keyakinan) dan melalui sraddha seseorang menyadari kebenaran sejati/Tuhan Yang Maha Agung"

Semoga kami dapat mewujudkan Brata dan Sraddha

Vratam ca sraddham ca-upaimi

Yayurveda XX.24
"Dengan melaksanakan persembahan (korban), semoga kami mewujudkan brata dan kepercayaan / keyakinan (sraddha)"

Jalankanlah Brata dengan sungguh-sungguh

Vrata raksante amrtah sahobhih

Rgveda I. 62. 10
"Para Dewa menjalankan brata, mereka menggunakan sarana"

Kebenaran Tuhan Yang Maha Esa dapat dirasakan melalui Tapa

Ataptatanur na tada asnute

Rgveda XIX. 83. 1
"Orang yang tanpa menjalankan tapa (pengekangan diri) yang keras, tidak dapat menyadari Tuhan Yang Maha Esa"

Dengan Tapa menuju Sorga / Kahyangan

Tvam tapah paritapya-ajayah svah

Rgveda X.167.1
"Ya Sang Hyang Indra, Engkau menjalankan Tapa dan memenangkan (memperoleh) sorga/kahyangan"

Semoga nafsu seksual tidak mengganggu kesucian kami

Ma sisnadeva api gur rtam nah

Rgveda VII.21.5
"Ya, Tuhan Yang Maha Esa, semoga dorongan nafsu seksual tidak mengganggu kesalehan kami"

Sumber bacaan Buku Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan oleh I Made Titib. (RANBB)

Senin, 11 November 2013

Hindu Setara Artha Vidya Ashram

Hindu Setara Artha Vidya Ashram 



Artha Vidya Ashram ingin mewujudukan Hindu Setara yang dilakukan dengan membangun umat Hindu yang berkarakter; yang memiliki kemandirian dan semangat entrepreneurship serta akhirnya mempunyai rasa bangga sebagai pemeluk HIndu.

Beranjak dari kesadaran untuk membangun Hindu Setara, Yayasan Tat Twam Asi mempersembahkan Arta Vidya Ashram. Mengapa Ashram? Ashram adalah lembaga pendidikan  keumatan yang memiliki akar sejarah yang panjang sebagai tempat memeperoleh pengetahuan, ajang untuk melatih jasmani-rohani dan sekaligus untuk menempa nilai-nilai kehidupan  yang bersumber dari ajaran Wedha. Ashram  yang berasal dari akar kata “aashraya”, yang berarti perlindungan, juga difungsikan sebagai tempat untuk menyiapkan fondasi  yang kokoh bagi umat Hindu dalam menghadapi realitas kehidupan serta dalam upaya mencapai idealitas-lokasamgraha.

Meneruskan misi suci Ashram, Arta Vidya Ashram yang diinisiasi Yayasan Tat Twam Asi menawarkan konsep Ahram modern yang mengintegrasikan antara pendidikan karakter yang berbasis nilai-nilai ke Hindu-an,  pelatihan-pendampingan entrepreneurship serta  pelayanan sosial (Seva). Dengan demikian,  ketika berada dalam Ashram, sisya (siswa yang belajar) bukan hanya mendapatkan pengetahuan dari sisi kognitif, tetapi  diharapkan memiliki kesadaran  dan kepekaan sosial yang tinggi untuk berbuat untuk sesama serta memiliki attitude, ketrampilan dan kompetensi sebagai entrepreneur dalam memberdayakan dirinya sendiri, keluarga,  dan lingkungannya.  Melaui Ashram ini juga ingin ditumbuhkan kesadaran sosial bahwa masing-masing dari kita adalah bersaudara satu sama lain. Oleh karena itu, tanggung jawab sosial harus menjadi bagian dari kehidupan umat  Hindu sehari-hari. Setiap umat Hindu harus empati terhadap kebutuhan orang lain, karena merupakan bagian dari yang lainnya.

Visi-Misi Artha Vidya Ashram


Artha Vidya Ashram
ingin mewujudukan Hindu Setara yang dilakukan dengan membangun umat Hindu yang berkarakter; yang memiliki kemandirian dan semangat entrepreneurship serta akhirnya mempunyai rasa bangga sebagai pemeluk HIndu.

Kunjungi segera website Artha Vidya Ashram di www.hindusetara.com

Banten Suci Hindu Bali

Banten Suci Hindu Bali

Banten merupakan nama sebuah propinsi yang dipimpin oleh Gubernur perempuan yaitu Ratu Atut Chosiyah. Foto Ratu Atut Chosiyah Klik disini 
Dalam agama Hindu, Banten adalah Yadnya yang sering kita lihat saat-saat umat Hindu melaksanakan suatu kegiatan keagamaan. Yang kita bahas saat ini adalah Banten Suci, bukan Banten yang dipimpin Ratu Atut Chosiyah tadi. Banten Suci merupakan sarana Yadnya umat Hindu, antara lain : alasnya dipakai beberapa buah tamas, banyak sedikitnya tamas ini tergantung dari tingkatan Banten Suci yang dibuat. Warna jajannya adalah putih dan kuning. Pada waktu menata jajan yang berwarna putih ditempatkan disebelah kanan dan yang kuning disebelah kiri. Diantara jajan tersebut ada yang dinamakan "Sasamuhan", terbuat dari tepung beras dicampur sedikit tepung ketan, parutan kelapa serta air, dibuat bentuk lalu digoreng. Jajan-jajan tersebut ada yang bernama : kekeber, kuluban, puspa, karna, ketibuan-udang, panji, ratu-magelung, bungan temu dan masih banyak yang lain.

Perbandingan jumlah jajan berwarna putih dengan berwarna kuning adalah 12 :6, 9:5, 7:5, 5:4, dan seterusnya. Selain itu pula jajan yang dinamakan "raka-raka", misalnya; jaja-gina, jaja-uli, sirat, kaliadrem, dan sebagainya. Jajan ini pula berwarna putih, kuning. Pemakaian gula dalam hal ini hendaknya dipakai gula tebu/gula pasir atau gula ental.




 
Di samping jajan-jajan yang telah dikemukakan di atas ada dua jajan yang disebut "Jaja-Saraswati" dab "Jaja dodol-Madhuparka". Kedua jajan ini dipergunakan pula pada beberapa Banten yang dianggap memegang peranan penting dalam suatu upacara.

Pada Banten Suci tiap tempat "tamas" diisi perlengkapan yang jumlahnya telah ditentukan, umpama : tamas paling bawah berisi pisang, tape, buah-buahan / panca, masing-masing 5 biji / iris, jaja-sesamuhannya 1 biji tiap jenis; tamas yang kedua berisi 2 biji/iris, dan seterusnya. 

Secara sederhana satu soroh suci terdiri dari ; suci, daksina, peras, ajuman, tipat kelanan, duma (sejenis banten), pembersihan, cang lengawangi-buratwangi, canang sari, dan dua buah pisang (sejenis banten). Pada upacara yang agak besar dilengkapi dengan perayunan. Sumber bacaan buku Teologi & Simbol-Simbol dalam Agama Hindu oleh I Made Titib. (RANBB)

Minggu, 10 November 2013

Catur Weda Empat Buku Suci

Catur Weda, Empat (4) macam buku suci, yaitu :

  1. Rg Veda ; Berisikan pengetahuan suci merupakan kumpulan mantra-mantra pujaan, terdiri dari 10 Mandala, 21 Sakha, 1.028 Cukta, 10.552 rik / bait / mantra, disusun oleh Bhagawan Pulaka.
  2. Sama Veda ; Memuat kumpulan mantra-mantra tentang ajaran umumnya mengenai lagu-lagu pujaan, terdiri dari 1875 Sakha. Bagian Samhita ini ditulis oleh Bhagawan Jaimini.
  3. Yayur Veda ; Weda ini berisikan mantra-mantra dalam bentuk prosa, terdiri dari 109 Sakha, 1.975 mantra. Bagian ini membentangkan tentang tata cara yadnya keagamaan yang harus dilakukan oleh setiap umat Hindu. Yayur Weda disusun oleh Bhagawan Waisampayana.
  4. Atharva Veda ; Membentang soal sihir, mantra-mantra dan pengobatan. terdiri dari 50 Sakha, 5.987 mantra. Di samping itu diuraikan juga Ilmu Bintang dan Ilmu Pasti. Atharva Veda ditulis oleh Bhagawan Sumantu.





BACA JUGA ARTIKEL TERKAIT

Agama Hindu mengenal 4 hal utama dalam menjalankan Dharma, sebagai penuntun hidup umat Hindu. Klik disini tentang empat hal utama atau empat pilar penyangga kehidupan umat Hindu. 


Kamis, 07 November 2013

Kecemerlangan adalah Kejernihan Jiwa

KECEMERLANGAN JIWA

Kecemerlangan adalah kejernihan jiwa, sebab pada jiwa yang jernih akan mudah memperoleh ketenangan atau kedamaian (santih). Kedamaian jiwa menyebabkan kondisi badan tetap sehat, badan menjadi kuat, dan terakumulasinya tenaga yang mengagumkan.

Semoga kami memiliki kecemerlangan

Sam ma-agne varcasa srja

Rgveda I.23.24
"Ya, Sang Hyang Agni, berkahilah kami kecemerlangan.

Semoga kami cemerlang

Tigmena nas tejasa sam sisadhi

Rgveda VI. 15. 19
"Ya, Sang Hyang Agni, tajamkanlah kami dengan kecemerlangan yang unggul"




Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan tenaga kepada kami.

Ojo-asi-ojo medah

Atharvaveda II.7.1
" Ya Tuhan Yang Maha Esa, Engkau adalah sumber segala tenaga, berkahilah tenaga kepada kami"

Semoga semua rakyat menjadi kuat

Dhehi-ojo janesu

Rgveda V.31.13
"Berkahilah semua orang dengan kekuatan"

Keberhasilan dicapai melalui kekuatan

Uttisthan ojasa saha

Rgveda VIII. 76. 10
"Sukses dicapai melalui kekuatan/keberanian"

Keberanian yang ulung selalu dipuja

Ugram tat patyate savah

Rgveda I.84.9
"Keberanian yang ulung selalu dipuji"

Semoga kami memiliki kekuatan yang mengagumkan

Panayyam ojo asme sam-invatam

Rgveda I. 160.5
"Ya Tuhan Yang Maha Esa, limpahkanlah kekuatan yang mengagumkan kepada kami"

Sumber bacaan Buku Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan oleh I Made Titib. (RANBB)

Selasa, 05 November 2013

Pernikahan Dewayani - Kisah Mahabharata

PERNIKAHAN DEWAYANI


Resi Sukra sangat sedih mendengar kisah putrinya. Ia segera menemui putrinya. Katanya, menghibur Dewayani : " Perbuatan kita sendirilah yang membuat kita bahagia atau menderita, bukan kebajikan atau kejahatan orang lain. " Dengan kata-kata bijak, Rsi Sukra berusaha menghibur putrinya.

Dalam konteks ini, Bhagawan Wiyasa memberikan nasihat kepada umat manusia secara umum dengan kata-kata penghiburan Rsi Sukra kepada putrinya :

"Orang yang dapat menaklukkan dunia adalah orang yang sabar menghadapi caci maki orang lain. Orang yang dapat mengendalikan emosi ibarat seorang kusir yang dapat menaklukkan dan mengendalikan kuda liar. Dia dapat mengambil jarak dari amarahnya seperti ular yang menanggalkan kulitnya. Hanya mereka yang tidak gentar menghadapi siksaan akan berhasil mencapai apa yang dicitakan.

Seperti yang tertulis dalam kitab suci, mereka yang tidak pernah marah jauh lebih mulia daripada orang yang taat menjalankan ibadah selama seratus tahun. Orang yang tidak mampu mengendalikan amarah akan ditinggalkan oleh para pelayan, teman, saudara, istri, anak, kebajikan dan kebenaran. 

Orang yang bijaksana tidak akan memasukkan kata-kata anak muda yang penuh emosi ke dalam hatinya "

Dikutip dari buku Mahabharata-Ramayana oleh C.Rajagopalachari hal 44/885. Umat Hindu sebaiknya membaca buku Kitab Epos Terbesar Sepanjang Masa ini, agar mendapatkan informasi yang benar, bukan dari sinetron atau lawakan di televisi yang menggunakan nama-nama besar tokoh Mahabharata-Ramayana, namun dengan karakter yang tidak sesuai.

Senin, 04 November 2013

Hindu Membangun Kerukunan Universal

HINDU MEMBANGUN KERUKUNAN UNIVERSAL



Umat Hindu Bali yang berdomisili di luar Pulau Bali, hidup berkelompok dalam satu komunitas Hindu selalu berkeinginan untuk membangun kerukunan hidup, baik dengan umat Hindu daerah setempat maupun dengan umat agama lain, seperti umat Islam, Nasrani, Budha maupun dengan aliran kepercayaan yang lain. Landasan utama dari umat Hindu adalah Panca Sradha, Lima Keyakinan Umat Hindu. Inilah hal utama yang selalu melandasi gerak-gerik umat Hindu dimanapun berada. Panca Sradha telah menjadi dasar yang kokoh bagi umat Hindu didalam menjalani kehidupan di dunia ini.

Dalam hal Keyakinan kepada Tuhan, Percaya Kepada Brahman salah satu dari Panca Sradha itu, umat Hindu membangun tempat suci yang disebut Pura Kahyangan Jagat. Untuk di Bali terdapat beberapa Pura Kahyangan Jagat yaitu Pura Besakih, Pura Lempuyang Luhur, Pura Andakasa, Pura Goa Lawah, Pura Luhur Uluwatu, Pura Luhur Batu Karu, Pura Puncak Mangu, Pura Batur, dan Pura Pusering Jagat.

Sedangkan umat Hindu di luar Bali telah memiliki tempat suci Pura Kahyangan Jagat pada setiap kota propinsi, bahkan ada yang memiliki lebih dari satu. Tidak hanya di kota propinsi, namun juga hingga ke kota madya ataupun kabupaten. Ini tergantung dari jumlah umat yang ada didaerah tersebut.

Di Pura Kahyangan Jagat inilah umat Hindu membangun kerukunan universal. Kerukunan universal adalah kerukunan dengan tidak membeda-bedakan asal-usul keturunan, asal desa, perbedaan jenis profesi, perbedaan warna (catur warna) dan lain sebagainya. Demikian pula untuk di Bali. Leluhur kita telah membangun tempat, tempat yang suci untuk kita semua, untuk umat Hindu agar terjalin kerukunan antar umat, antar golongan, antar jabatan dan masyarakat luas.

Memang tidak mudah membangun kerukunan universal, namun inilah tugas umat Hindu, umat yang berada di jalan Kebajikan, Jalan Dharma. Berbahagialah selalu, bersemangatlah selalu umat Hindu dimanapun berdomisili dalam membangun kerukunan universal ini. (RANBB)

Minggu, 03 November 2013

Sifat Hukum Karma Dalam Ajaran Hindu

Dalam ajaran Hindu disebutkan bahwa manusia memiliki 3 sifat dalam dirinya, yaitu Iccha (keinginan, perasaan), Jnana (tahu) dan Kriya (kehendak), yang ketiganya ini membentuk karmanya.

Adapun Sifat Hukum Karma adalah :

Karma pradham vishva raci rakha
Jos jas karai so tas fal chaka

Sri Gosvami Tulsidas
" Seisi semesta diliputi oleh hukum karma, apa pun yang ditanam, maka hal yang sama juga akan didapatkan "


  1. Hukum Karma Bersifat Abadi. Hukum ini dimulai pada saat semesta ini berfungsi, dan akan berakhir pada saat semesta ini musnah (pralaya). Namun tidak seorang pun tahu dan paham kapan semesta ini dimulai dan kapan berakhir.
  2. Hukum Karma Mengikat Secara Universal. Hukum ini berlaku bagi setiap ciptaan baik kecil maupun besar, yang kasatmata maupun tidak kasatmata. Semua mahluk terikat oleh hukum ini, termasuk dewa, maupun awatar.
  3. Hukum Karma Berlaku Sepanjang Jaman. Hukum ini berlaku sepanjang jaman, Sathya Yuga, Treta Yuga, Dwapara Yuga maupun Kali Yuga.
  4. Hukum Karma Bersifat Sempurna. Hukum ini tidak dapat diganggu gugat, diubah, dipaksa berubah, atau berubah sendiri, karena sifatnya konstan dari jaman ke jaman. Hukum ini hanya dapat ditaklukkan dengan mengikuti hukumnya.
  5. Tidak Ada Pengecualian Dalam Pelaksanaan Hukum Ini. Tiada seorang pun yang dapat lolos dari hukum ini, termasuk para Awatara yang agung, seperti Sri Rama, Krishna dan lain-lainnya. 
Sumber bacaan Buku Evolusi Melalui Reinkarnasi dan Karma oleh Anadas Ra. (RANBB)

-->

Cari Artikel di Blog ini

Berita Terkait Semangat Hindu

Artikel Agama Hindu

108 Mutiara Veda 3 kerangka agama hindu advaita visistadviata dvaita Agama Hindu Dharma agama islam Ajaran Hindu aksara suci om Apa yang dimaksud Cuntaka Apa yang dimaksud dengan Japa Apa yang dimaksud dengan Puja arcanam nyasa aris widodo artikel hindu arya dharma Arya Wedakarna Asta Brata Atharvaveda Atman babad Badan Penyiaran Hindu bagian catur weda bahasa jawa kuno bahasa kawi bahasa sanskerta Banggalah Menjadi Hindu banten hindu bali Belajar Hindu bhagavad gita Bhagawadgita bhagawan bhuta yadnya Bimas Hindu BPH Banten brahma wisnu siwa Brahman Atman Aikyam brahmana ksatriya wesia sudra budaya bali budha kliwon sinta Bukan Heroisme Canakhya Nitisastra cara sembahyang hindu catur asrama Catur Brata Catur Cuntakantaka Catur Purusha Artha Catur Purusharta catur veda Catur Warna Catur Weda Cendekiawan Hindu Dana Punia dewa dewi hindu dewa yadnya dewata nawa sanga dewi kata-kata dewi saraswati dharma artha kama moksa Dharma Santi dharma wacana Doa Anak Hindu epos mahabharata ramayana filsafat agama hindu ganesha Gayatri Sebagai Mantra Yoga Hari Raya Galungan Hari Raya Kuningan Hari Raya Nyepi Hari Raya Pagerwesi Hari Raya Saraswati Hari Raya Siwaratri HINDU adalah ARYA DHARMA HINDU ADALAH SANATHANA DHARMA HINDU ADALAH VAIDHIKA DHARMA Hindu Agama Terbesar di Dunia Hindu Banten Hindu beribadah di Pura Hindu Festival Hindu Indonesia hindu nusantara Hindu Tengger Hinduism Facts Hinduism the Greatest Religion in the Word Hukum Karma Ida Pedanda sakti isi catur weda Jadilah Manusia Setia Japa dan Mantram Jiwa kakawin Kamasutra Keagungan Aksara Suci OM Kekawin Lubdhaka kepemimpinan jawa kuna Kerajaan Hindu kesadaran diri kidung dewa yadnya Kitab Suci Weda lontar Lontar Kala Maya Tattwa manawa dharma sastra Mantra Mantra Yoga manusa yadnya Meditasi Matahari Terbit Mengapa Kita Beragama menghafal sloka Mimbar Agama Hindu Moksha Motivasi Hindu Mpu Jayaprema nakbalibelog Naskah Dialog Nuur Tirtha Om or Aum one single family opini hindu moderat Panca Sradha panca yadnya Panca Yajna pandita Panglong 14 Tilem Kepitu parahyangan agung jagatkartta paras paros segilik seguluk Pasraman Pasupati Pembagian Kitab Suci Veda Pemuda Hindu Indonesia pendidikan hindu pengertian catur weda Pengertian Cuntaka penyuluh agama hindu Peradah percikan dharma Percikan Dharma Dewa Yajna phdi pinandita Pitra Yadnya Ngaben Pitrapuja potong gigi Principle Beliefs of Hinduism Proud To Be Hindu Puja dan Prathana Pujawali purana purnama tilem Purwaning Tilem Kapitu Radio online Bali rare angon nak bali belog Reinkarnasi Rgveda ritual hindu Roh Rsi yadnya sabuh mas sad darsana sad guru Samaveda sanatana dharma sang hyang pramesti guru Sang Kala Amangkurat Sang Kala Dungulan Sang Kala Galungan Sang Kala Tiga Sapta Timira Sarassamuscaya Sarassamuscaya Sloka sattvam rajah tamah Sekta Hindu Semangat Hindu seni budaya hindu Sex and Hinduism siwa budha waesnawa siwa ratri Sloka sloka bhagawad gita sloka Rgveda sloka yayurveda Slokantara Sloka Spiritual Bersifat Misterius spiritualitas hindu spma ribek sradha dan bhakti sri rama krishna paramahansa Sri Sathya Sai Baba Sri Svami Sivananda sumpah dalam perkara tabuh gesuri tabuh kreasi baru tabuh telu lelambatan tantri kamandaka tat twam asi tattwa susila upakara Tempat Suci Hindu tiga hubungan harmonis tri hita karana Tri kaya parisudha tri kerangka agama hindu tri mala tri pramana Triji Ratna Permata tujuan perkawinan tumimbal lahir upacara hindu upacara menek deha Upanisad Utsawa Dharma Gita vaidhika dharma Vasudhaiva Kutumbakam Vijaya Dashami widhi tatwa wija kasawur wiwaha agama hindu Yajna dan Sraddha yajna dan sradha Yayurveda Yoga Kundalini