Pasu dan Pasa.
Pasu berarti binatang.
Pasa berarti tali pengikat. Dua kata yang cukup menarik perhatian kita, terlebih ketika ke dua kata itu menjadi satu istilah atau nama :
Pasupati, nama lain dari Siwa dan Rudra, yang bersenjatakan
Pasayuddha (ketika menghadapi Arjuna), yang memberi anugerah senjata
Pasupati kepada pertapa yang dianugrahinya (Arjuna adalah penerima anugerah tersebut).
Mpu Kanwa menjalin kata-kata bermakna ini dalam karya kakawinnya,
Arjuna-Wiwaha. Dalam menguji keteguhan tapa Sang Arjuna, Hyang Siwa (
Pasupati) mengeluarkan berbagai senjata, seperti panah,
Ardha Candra, Siladrikuta, Sayakagni, semuanya dapat dihancurkan oleh Arjuna dengan berbagai senjata yang dikeluarkannya.
Akhirnya
Hyang Siwa mengeluarkan panah Pasuyuddha :
Sang Hyang Rudra temen krodha nira mayataken pasayuddha sira / hru mawak sangkakalakara mamuka bhujaga krurangamah-amah / ndan rangkep kala dhangastra pinaka dulurikang prana praharana /.....// "Hyang Siwa sangat marah lalu membidikkan senjata pengikat Pasayuddha / senjata panah berbentuk rantai bermuka naga yang mengerikan senantiasa hendaknya memporak porandakan / disertai taring Dewa Maut sebagai sarana pencabut nyawa /....//"
Demikianlah senjata Pasayuddha yang dahsyat itu akhirnya dapat mematahkan panah yang dilepaskan oleh sang Arjuna, juga meremukkan mahkotanya, namun Sang Arjuna tidak pernah patah semangat. Maka iapun lalu mengamuk, memukul Hyang Siwa (berwujud sebagai pemburu) dengan busur panahnya yang patah, lalu bergumul sejadi-jadinya. Perang tanding antara Hyang Siwa (pemburu) dengan Sang Arjuna terjadi begitu dahsyatnya. Ketika Arjuna hendak membanting kedua kaki si pemburu, tiba-tiba ia lenyap tanpa bekas. Bersamaan dengan itu hujan bungan bertaburan, suara puja mantera mengiringinya. Akhirnya Arjuna bersujud ketika melihat cahaya gemerlapan, Hyang Siwa memanpakkan diri.
Kepada Arjuna yang bersila dihadapannya dan memujaNya, Hyang Siwa memberikan anugerah : "Anakku huwus katon abhimanta temunta kebeh / hana panganurahanku cadusakti winimba sara / Pasupati sastrakastu pangaranya nihan wulati // " Ananda ternyata telah berhasil menemui segala tujuan pelaksanaan tapamu / ada anugerahKu berupa "Cadusakti" (empat sakti) dalam bentuk senjata / panah Pasupati namanya sudah terkenal,lihatlah !". Demikianlah panah Pasupati, anugerah Hyang Pasupati, diterima oleh Sang Arjuna, pertapa yang teguh, yang telah dapat mengatasi segala godaan dan cobaan.
Bila kita renungkan lebih mendalam makna dari uraian di atas kita mendapatkan suatu pesan : dalam usaha pendakian rokhani manusia (pasu) harus dilepaskan dari ikatan (pasa), yaitu mengatasi taraf pasu (mahluk yang terikat), mahluk yang terbelenggu oleh maya. Di sini kita teringat kembali dengan ajaran Siwatattwa dan Mayasiratattwa.
Manusia yang terbebas dari ikatan (pasa), artinya ia tidak lagi sebagai pasu, digambarkan sebagai seorang yang telah mendapat anugerah senjata pasupati. Arjuna, dia yang telah melaksanakan tapa brata yoga semadhi dengan teguh dan khusuk adalah sebuah contoh.
Pasu dan Pasa, Pasayuddha dan Pasupati sangat tepat kita jadikan pembahasan ketika kita menyongsong Hari Raya Suci Siwaratri (ketika kita biasamembahas kisah si Lubdhaka, pemburu yang mendapatkan anugerah Hyang Pasupati) juga hari Raya Galungan ini (ketika kita membahas kisah si Mayadhanawa, raja maya yang terbunuh oleh Indra dan Pasupati ). OM NAMA PASUPATAYA.
Sumber bacaan buku Wija Kasawur 2 Ki Nirdon. (
RANBB)