Hindu Banten Yadnya yang Satwika
Dalam kitab Yayur Weda 19.30 disebutkan : Pratena diksam apnoti. Diksaya apnoti
daksinam. Daksina sraddham apnoti. Sraddhaya satyam apyate. Artinya: "Melalui pengabdian kita memperoleh kesucian.
Dengan kesucian kita mendapatkan kemuliaan. Dengan kemuliaan kita mendapatkan
kehormatan. Dan dengan kehormatan kita peroleh kebenaran." Sehingga bentuk
pelayanan dan pengabdian ber-Yadnya yang Satwika tentu sangatlah baik dilakukan
oleh setiap umat Hindu, lebih-lebih menjalani “Sewaka Dharma “ yaitu melakukan
pelayanan dengan penuh ikhlas dan total.
Ber-Yadnya yang Satwika akan dapat dilakukan oleh setiap
umat jika didasari oleh :
Bhagawad
Gita
1. Sraddha: Yadnya harus dilakukan dengan keyakinan penuh
2. Aphala: Tanpa ada motif untuk mengharapkan hasil dari pelaksanaan yadnya yang dilakukan karena tugas manusia hanya mempersembahkan dan dalam setiap yadnya yang sebenarnya sudah diduga hasilnya.
3. Dharma Gita: ada lagu-lagu kerohanian yang dilantunkan dalam kegiatan yadnya tersebut.
4. Mantra: pengucapan doa-doa pujian kepada Brahman.
5. Punia Daksina: penghormatan kepada pemimpin upacara berupa Rsi Yadnya
6. Lascarya: Yadnya yang dilakukan harus bersifat tulus ikhlas.
7. Nasmita: tidak ada unsur pamer atau jor-joran dalam Yadnya tersebut.
8. Annaseva: ada jamuan makan - minum kepada tamu yang datang pada saat Yadnya dilangsungkan, berupa Prasadam / lungsuran, karena tamu adalah perwujudan Brahman itu sendiri
9. Sastra: setiap Yadnya yang dilakukan harus berdasarkan pada sastra yadnya atau sumber sumber yang jelas, baik yang terdapat dalam Sruti maupun Smrti.
Manavadharmasatra
Dalam Manavadharmasatra VII.10 bahwa
setiap aktivitas spiritual termasuk Yadnya yang dilakukannya dengan mengikuti;
1. Iksa: Yadnya yang dilakukan implementasi sesuai dng maksud dan pengertiannya.
2. Sakti: disesuaikan dengan tingkat kemampuan baik dana maupun pemahaman kita terhadap Yadnya yang dilakukan sehingga tidak ada kesan pemborosan dalam Yadnya tersebut.
Sesuai dengan Desa Kala Patra,
1. Desa: memperhatikan situasi dimana Yadnya tersebut dilakukan termasuk sumber daya alam yang dimiliki oleh wilayah tersebut.
2. Kala: kondisi suatu tempat juga harus mempertimbangkan kondisi alam, maupun umat.
3. Tattva: dasar sastra yang dipakai sebagai acuan untuk melaksanakan Yadnya tersebut,
Manavadharmasastra II.6 ada lima sumber hukum Hindu yang
dapat dijadikan dasar pelaksanaan Yadnya, yaitu:
1. Sruti, wahyu Tuhan secara langsung.
2. Smrti, yang perlu diperhatikan dan dihayati
3. Sila, agar tidak menyimpang dari norma-norma kebenaran dan peringatan
4. Acara yang praktis dalam kegiatan praktis menunjukkan rasa bhakti dan kasihnya kepada Hyang Widhi Wasa.
5. Atmanastusti, mengantarkan umat mencapai kebahagiaan rokhani.