OM. SA, BA, TA, A, I, NA, MA, SI, WA, YA, AM, UM, OM

PRAKATA

Selamat Datang

Semangat Hindu merupakan blog bersama umat Hindu untuk berbagi berita Hindu dan cerita singkat. Informasi kegiatan umat Hindu ini akan dapat menumbuhkan semangat kebersamaan.
Semangat Hindu semangat kita bersama.

Bersama Semangat Hindu kita berbagi berita dan cerita, info kegiatan, bakti sosial dan kepedulian, serta kegiatan keagamaan seperti ; pujawali, Kasadha, Kaharingan, Nyepi, Upacara Tiwah, Ngaben, Vijaya Dhasami dan lain sebagainya.

Marilah Berbagi Berita, Cerita, Informasi, Artikel Singkat. Bagi yang mempunyai Web/Blog, dengan tautan URL maka dapat meningkatkan SEO Web/ blog Anda.

Terima Kasih
Admin

RANBB

---#### Mohon Klik Share untuk mendukung blog ini ####---

Jumat, 15 April 2022

TERJADINYA PUNARBHAWA (SAMSARA)

 TERJADINYA PUNARBHAWA 

Telah diuraikan bahwa Punarbhawa (Samsara) saling jalin-menjalin dengan hukum Karma, yang meliputi; Karma, pahala, dan Wả«ana (sisa atau bekas Karma). Punarbhawa; lahir kembali, Samsara; rentetan daripada kelahiran yang berulang kali, sebelum mencapai kebebasan yang mutlak (Moksa).

 


Selain dari itu ada suatu istilah : Awatara. Awatara berarti Perwujudan Sang Hyang Widdhi ke dunia dengan mengambil salah satu bentuk yang dengan perbuatan dan ajaran-ajarannya memberi tuntunan untuk membebaskan manusia dari kesengsaraan yang diakibatkan oleh kegelapan (Awidya).

 

Bhagawad Gita IV 7 :

“Kapan saja Dharma (kebenaran) mulai runtuh dan A-Dharma (kejahatan) mulai merajalela, Aku menjelma kembali ke dunia untuk menegakkan Dharma (kebenaran).”

 

Dalam Purana dijelaskan adanya Dasa Awatara, yaitu Penjelmaan Wisnu ke dunia sebanyak 10 kali, namun Awatara yang kesepuluh belum turun. Adapun nama-nama kesepuluh Awatara tersebut adalah :

 

1.      Matsya                      : Ikan

2.      Kurma                       : Kura-kura, Penyu

3.      Waraha                     : Badak, Babi Besar

4.      Narasinga                 : Manusia Berkepalakan kepala Singa

5.      Wamana                    : Orang Kerdil, Cebol, Katek

6.      Parả«urama             : Rama yang bersenjatakan Kampak

7.      Rama                         : Rama (Raghutama) dalam Ramayana

8.      Krishna                     : Krishna Putra Wasudewa,Raja Dwarawati

9.      Buddha                     : Putra Raja ̉ªuddodhana dengan Dewi Mahamaya

10.  Kalki                          : Awatara yang akan datang

 

Kini mari kita bicarakan bagaimana proses terjadinya Punarbhawa menurut ajaran Agama Hindu (Hindu Dharma). Punarbhawa (Samsara) atau kelahiran ke dunia yang berulang kali ini disebabkan oleh terikatnya Atma (Jiwatma) oleh Maya, Awidya, kegelapan, kebodohan dan Hukum Karma.

Karma yang meliputi : pikiran, kata-kata, perbuatan jasmani, yang digerakkan oleh kehendak (keinginan) mempengaruhi raga ̉ªarira (Badan Wadag) manusia yang terdiri dari Panca Mahabhuta dan mempengaruhi pula Suksma ̉ªarira (Badan halus, rohani) yang terdiri dari : Buddhi, Manah, Ahamkara, Indriya dan Panca Tan Matra (benih tak terukur yang menjadikan Panca Mahabhuta). Pada kelahiran ke dunia ini sudah merupakan ikatan Karma dan Samsara.

Pada masa kehidupan ini mulai dari lahir sampai meninggal dunia maka telah tercatat (terekam) timbunan Karma baik dan buruk. Setelah meninggal dunia, badan wadag hancur kembali ke Panca Mahabhuta, sedangkan Suksma ̉ªarira yang memuat rekaman Karma menerima pahalanya di alam Neraka maupun di alam Sorga, sesuai dengan ̉ªubha A-̉ªubha Karma (baik-buruk perbuatannya).

 

Weda Smreti (Dharma ̉ªastra) VI. 63 :

“Tentang perpisahan jiwa seseorang dari badannya ini serta tentang kelahiran dari pada rahim lain dan tentang pengembaraan Jiwa melalui sepuluh ribu juta penjelmaan.”

 

Weda Smreti (Dharma ̉ªastra) VI. 64

“Tentang kesaktian yang dialami Jiwa dalam badan oleh tidak adanya kebajikan serta kebahagiaan abadi yang dinikmati yang disebabkan oleh tercapainya tujuan utamanya yang dihasilkan berkat kebijaksanaan rohaninya.”

 

Adapun menurut penjelasan tersebut bahwa Punarbhawa (Tumimbal Lahir) nya Atma (Jiwatma) ke dunia serta alam lainnya dapat berujud berbagai macam penjelmaan, apakah sebagai Dewa, Manusia, Binatang, Bhuta dan sebagainya, dimana dinyatakan ada sepuluh ribu juta jenis penjelmaan.

 

Setiap Suksma ̉ªarira yang dihidupi oleh Atma sebelum mencapai kesucian yang mutlak, akan terus menerus mengalami Samsara dari satu kehidupan menuju kehidupan yang lainnya sesuai dengan tingkat Karmanya masing-masing.

 

Dalam Itihasa (Wiracarita) seperti Ramayana dan Mahabharata banyak dikisahkan mengenai Tumimbal Lahir atau penitisan, bahkan para Dewa pun turut lagi menjelma ke dunia menyempurnakan kesuciannya untuk dapat menikmati Moksa (Nirwana)

 

Mengenai alam tempat Punarbhawa banyak jenisnya. Ada Punarbhawa di alam Dewa, alam Manusia, alam Binatang (Bhuta dan sebagainya). Menurut ajaran filsafat Hindu ada tingkatan alam yang disebut Sapta Loka, terdiri dari pada :

  1. Bhur Loka
  2. Bhuwah Loka
  3. Swah Loka
  4. Tapa Loka
  5. Jana Loka
  6. Maha Loka
  7. Satya Loka

 

Sapta Loka itu sering disingkatkan saja menjadi Tri Loka :

  1. Bhur = Alam Bumi
  2. Bhuwah = Alam Atmosfir
  3. Swah = Alam Sinar, Swarga, Surga, Dewa

 

Singkatnya Atma (Jiwatma) atau Suksma ̉ªarira, mengembara dengan Karma Wasana (sisa, bekas) Karma menuju alam yang sesuai dengan jenis Karmanya.

 

Demikian pula pakaian (badan) baru yang akan diperolehnya semua bergantung dari Karma; mungkinlahir sebagai manusia tetapi kalau Karmanya jelek akan lahir sebagai binatang.

 

Dengan keadaan ini, dapat kita lihat di masyarakat ada yang dilahirkan di tempat orang kaya, ada di tempat orang miskin, ada yang lahirnya tampan, bijaksana dan kaya, tetapi di pihak lain ada yang kelahirannya cacat, miskin, jelek, bodoh dan sebagainya.

 

Itu semua akibat dari pada hasil Karmanya sendiri di masa yang telah lalu. Memang Tuhan (Sang Hyang Widhi) yang menciptakan dunia beserta isinya, secara universal, adil dan cinta kasih, namun kemudian selanjutnya Karma mahluk itu sendirilah yang akan menentukan kehidupan berikutnya.

 

Berikut ini beberapa petikan dari Weda Smreti (Manawa Dharma ̉ªastra) perlu kita renungkan pengertiannya sehubungan dengan Punarbhawa.

 

Weda Smreti XII.9

“Sebagai akibat dari pada dosanya yang dilakukan oleh badan, seseorang akan menjadi benda tak bernyawa kelak pada kelahirannya kemudian, sebagai akibat dosa yang dibuat oleh kata-kata menjadi burung atau binatang buas dan sebagai  akibat dosa yang dibuat oleh pikiran ia akan lahir ke kelahiran yang rendah.”

 

Weda Smreti XII.15 :

“Dari badannya lahir bermacam-macam untuk kelahiran yang terus-menerus memaksa aneka ragam mahluk untuk berbuat.”

 

Weda Smreti XII.40 :

“Mereka yang memiliki sifat-sifat yang satva akan mencapai alam Dewata, mereka yang memiliki sifat-sifat rajah mencapai alam manusia, dan mereka yang memiliki sifat-sifat tamah akan terbenam pada sifat-sifat alam binatang, itulah tiga jenis jalan perobahan.”

 

 

Weda Smreti XII.74 :

“Dengan mengulang perbuatan-perbuatan dosa yang mereka lakukan, mereka yang sedikit perngertiannya menderita siksaan hidup ini dalam berbagai macam kelahiran.”

 

Karena diri kita sendiri merupakan pusat terjadinya Punarbhawa (Samsara), maka hendaknya dalam kesempatan hidup sebagai manusia ini kita gunakan benar-benar untuk melaksanakan ajaran Dharma, kesempurnaan serta kesucian, supaya dapat tahap demi tahap menuju kesempurnaan serta tujuan terakhir, yaitu Moksa (kebahagiaan yang kekal abadi).

Selanjutnya pada Weda Smreti (Manawa Dharma ̉ªastra) Bab IV. 239 s/d 242.

 

Weda Smreti (Manawa Dharma ̉ªastra) IV. 239.

"Karena di dunia sana, bukannya ayah, tidak pula ibu, tidak pula istri, bukannya anak-anak, bukan pula sanak keluarga yang tinggal sebagai kawan-kawannya. Kebajikan-kebajikan Spiritual sajalah yang tinggal bersama dirinya.”

 

Weda Smreti (Manawa Dharma ̉ªastra) IV. 240.

“Sendirianlah seseorang itu lahir, sendirian pulalah ia meninggal, sendirianlah ia menikmati pahala perbuatan baiknya dan sendirian pulalah ia menerima hukuman dosa-dosanya.”

 

Weda Smreti (Manawa Dharma ̉ªastra) IV. 241.

“Meninggalkan badan wadagnya di bumi sebagai sepotong kayu atau segumpal tanah sanak keluarga meninggalkan dengan muka berpaling, maka hanya kebajikan-kebajikan spiritual yang terus mengikuti jiwa.”

 

Weda Smreti (Manawa Dharma ̉ªastra) IV 242.

“Oleh karena itulah hendaknya ia sedikit demi sedikit mengumpulkan kebajikan-kebajikan spiritual untuk nantinya menjadi kawannya setelah meninggal, karena dengan kebajikan sebagai kawannya ia akan bisa menembus kegelapan yang sukar ditempuh dalam perjalanan ke dunia berikutnya.”

 

Demikianlah isi pustaka suci tersebut untuk direnungkan bersama serta melaksanakan amanat-amanat penting yang tercantum di dalamnya.

 

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas kunjungan dan kesan yang telah disampaikan

Cari Artikel di Blog ini

Berita Terkait Semangat Hindu

Artikel Agama Hindu

108 Mutiara Veda 3 kerangka agama hindu advaita visistadviata dvaita Agama Hindu Dharma agama islam Ajaran Hindu aksara suci om Apa yang dimaksud Cuntaka Apa yang dimaksud dengan Japa Apa yang dimaksud dengan Puja arcanam nyasa aris widodo artikel hindu arya dharma Arya Wedakarna Asta Brata Atharvaveda Atman avatara sloka babad Badan Penyiaran Hindu bagian catur weda bahasa jawa kuno bahasa kawi bahasa sanskerta Banggalah Menjadi Hindu banten hindu bali Belajar Hindu BELAJAR ISTILAH AGAMA HINDU bhagavad gita Bhagawadgita bhagawan bhuta yadnya Bimas Hindu BPH Banten brahma wisnu siwa Brahman Atman Aikyam brahmana ksatriya wesia sudra budaya bali budha kliwon sinta Bukan Heroisme Canakhya Nitisastra cara sembahyang hindu catur asrama Catur Brata Catur Cuntakantaka Catur Purusha Artha Catur Purusharta catur veda Catur Warna Catur Weda Cendekiawan Hindu Cinta Kasih Dalam Perspektif Hindu Dana Punia Deva adalah sinar suci Brahman Deva Brahma Deva Indera dewa dewi hindu dewa yadnya dewata nawa sanga dewi kata-kata dewi saraswati dharma artha kama moksa Dharma Santi dharma wacana Doa Anak Hindu epos mahabharata ramayana filsafat agama hindu ganesha Gayatri Sebagai Mantra Yoga Hari Raya Galungan Hari Raya Kuningan Hari Raya Nyepi Hari Raya Pagerwesi Hari Raya Saraswati Hari Raya Siwaratri HINDU adalah ARYA DHARMA HINDU ADALAH SANATHANA DHARMA HINDU ADALAH VAIDHIKA DHARMA Hindu Agama Terbesar di Dunia Hindu Banten Hindu beribadah di Pura Hindu Festival Hindu Indonesia hindu nusantara Hindu Tengger Hinduism Facts Hinduism the Greatest Religion in the Word Hukum Karma Ida Pedanda sakti isi catur weda Jadilah Manusia Setia Japa dan Mantram Jiwa kakawin Kamasutra Keagungan Aksara Suci OM Kekawin Lubdhaka kepemimpinan jawa kuna Kerajaan Hindu Keruntuhan Agama Hindu kesadaran diri kidung dewa yadnya Kitab Suci Weda lontar Lontar Kala Maya Tattwa Maharsi Atri Maharsi Bharadvaja Maharsi Gritsamada Maharsi Kanva Maharsi Vamadeva Maharsi Vasistha Maharsi Visvamitra manawa dharma sastra Mantra Mantra Yoga manusa yadnya Meditasi Matahari Terbit Mengapa Kita Beragama menghafal sloka Mimbar Agama Hindu Moksha Motivasi Hindu Mpu Jayaprema nakbalibelog Naskah Dialog Nuur Tirtha Om or Aum one single family opini hindu moderat Panca Sradha panca yadnya Panca Yajna pandita Panglong 14 Tilem Kepitu parahyangan agung jagatkartta paras paros segilik seguluk Pasraman Pasupati Pembagian Kitab Suci Veda Pemuda Hindu Indonesia pendidikan hindu pengertian catur weda Pengertian Cuntaka penyuluh agama hindu Peradah percikan dharma Percikan Dharma Dewa Yajna phdi pinandita Pitra Yadnya Ngaben Pitrapuja potong gigi Principle Beliefs of Hinduism Proud To Be Hindu Puja dan Prathana Pujawali purana purnama tilem Purwaning Tilem Kapitu Radio online Bali rare angon nak bali belog Reinkarnasi Rgveda ritual hindu Roh Rsi yadnya sabuh mas sad darsana sad guru Samaveda sanatana dharma sang hyang pramesti guru Sang Kala Amangkurat Sang Kala Dungulan Sang Kala Galungan Sang Kala Tiga sapta rsi Sapta Timira Sarassamuscaya Sarassamuscaya Sloka sattvam rajah tamah sejarah agama hindu Sekta Hindu Semangat Hindu seni budaya hindu Sex and Hinduism siwa budha waesnawa siwa ratri Sloka sloka bhagawad gita sloka bhatara sloka Rgveda sloka yayurveda Slokantara Sloka Spiritual Bersifat Misterius spiritualitas hindu spma ribek sradha dan bhakti sri rama krishna paramahansa Sri Sathya Sai Baba Sri Svami Sivananda sumpah dalam perkara tabuh gesuri tabuh kreasi baru tabuh telu lelambatan tantri kamandaka tat twam asi tattwa susila upakara Tempat Suci Hindu tiga hubungan harmonis tri hita karana Tri kaya parisudha tri kerangka agama hindu tri mala tri pramana Triji Ratna Permata tujuan perkawinan tujuh penerima wahyu tumimbal lahir upacara hindu upacara menek deha Upanisad upaweda Utsawa Dharma Gita vaidhika dharma Vasudhaiva Kutumbakam VEDA ADALAH ILMU PENGETAHUAN SUCI vedangga Vijaya Dashami Wasudewa Kutumbhakam widhi tatwa wija kasawur wiwaha agama hindu Yajna dan Sraddha yajna dan sradha Yayurveda Yoga Kundalini