Makna Upakara; Kwangen, Daksina dan Segehan
Om Swastiastu;
Om Anobhadrah krtavoyanthu visvatah ;
semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru
Pinandita Lanang
Istri yang sudah disucikan yang saya hormati
Yang saya hormati;
Sesepuh dan Penasehat Banjar
Yang saya hormati;
Ketua dan Pengurus Banjar Ciledug
Yang saya hormati;
ketua dan Pengurus Tempek se Banjar Ciledug
Dan Umat Sedharma
yang berbahagia.
Pada hari ini saya
……………….. akan membawakan Dharma Wacana yang berjudul Makna
Upakara; Kwangen, Daksina dan Segehan
Pertama-tama saya
menghaturkan rasa puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Sesuhunan Yang Melinggih di Pura Dharma
Sidhi karena atas asung kerta waranugraha-Nya lah saya dan kita semua dapat
hadir dalam persembahyangan ini dalam keadaan sehat walafiat.
Bapak-Ibu Umat
Sedharma yang berbahagia;
Pengertian Kwangen
Merupakan bentuk persembahan yang dipakai untuk menyembah Ista
Dewata yaitu aspek Tuhan yang dimohon hadir dalam persembahyangan tersebut
untuk menerima persembahan atau bhakti para pemujanya.
Cara memakainya
Karena Kewangen simbol Tuhan maka memakainya hendaknya
sedemikian rupa sehingga muka kewangen berhadapan muka dengan pemakainya atau
penyembahnya. Yang merupakan muka adalah uang kepeng, bila tidak
ada uang kepeng dapat diganti dengan uang logam.
Bahan-Bahan Kwangen
Umat Sedharma yang
berbahagia;
Kewangen dibuat, tempatnya dari daun pisang atau janur
yang dibentuk kojong. Isi kewangen, daun-daunan (plawa), bunga, uang kepeng dan
porosan silih asih.
Adapun yang disebut porosan silih asih adalah dua helei daun
sirih yang diisi kapur, gambir dan buah pinang, diatur sehingga bila digulung
kelihatan bolak-balik baik bagian perut maupun punggungnya.
Umat Sedharma yang
berbahagia;
Selanjutnya kami akan sampaikan
perihal Daksina
Kata Daksina mengandung arti Brahma, kemudian Brahma
menjadi Brahman yaitu Sang Hyang Widhi. Daksina dibuat sebagai simbol
manifestasi dari Brahman sendiri atau Hyang Widhi.
Bahan-bahan, isi dan makna simbol dalam Daksina :
Kalau melihat banyaknya isi dari daksina dan makna yang
terkandung dalam tersebut, sebetulnya merupakan permohonan pada Ida Sang Hyang
Widhi.
Mengenai telor kenapa harus telor itik, karena itik sifatnya
baik, dapat membedakan yang kotor dan yang bersih, tidak mau bertengkar. Jadi
kalau memakai telor itik seolah-olah persembahan itu permohonan agar kita
dianugerahi kebijaksanaan oleh Hyang Widhi.
Umat Sedharma yang
berbahagia;
Kita lanjutkan dengan Segehan
Upacara Mesegeh adalah upacara Dewa Yajna yang dilaksanakan
pada Kajeng kliwon : Sang Kala Bucari yaitu halaman rumah, kemudian Sang Bhuta
Bucari yaitu halaman merajan dan Sang Dewi Durga yaitu dipintu luar.
Adapun Bahan segehan meliputi :
·
Nasi (sega) ditaruh dalam tangkih (alas dari janur
berbentuk segitiga)
·
untuk dihalaman rumah 4 warna (putih, merah, kuning dan hitam) masing-masing
dalam tangkih ditaruh di 4 arah mata angin
·
untuk di merajan/sanggah : 5 warna masing-masing ditaruh
ditangkih (putih, merah, kuning, hitam dan ditengah pancawarna/brumbun)
·
untuk didepan pintu keluar halaman pekarangan 1
warna putih dalam 9 tangkih (8 mata angin 1 ditengah), beras, uang kepeng
(2bh) base (sirih), benang putih dalam 1 tangkih bawang (merah),
jahe (putih) dan garam areng (hitam) dalam 1 tangkih canang yasa atau
plaus sampian tangas dan bunga.
·
api takep atau dupa
·
air (tirtha) dan bunga dalam batil (tiap tampat disediakan 1
batil tirtha.
Bahan ini semua ditaruh dalam tamas, sehingga perlu 3 buah tamas
banten segehan, juga api takep/dupa dan tirtha masing-masing harus ada.
Bapak-Ibu Umat
Sedharma yang berbahagia;
Harapan
saya dari apa yang telah saya sampaikan dapat bermanfaat
bagi kita semua, Jika ada kekurangan dalam penyampaian dharma wacana
ini saya mohon maaf. Karena tidak ada manusia yang sempurna, tiada gading yang
tak retak. Akhir kata saya tutup dengan paramasantih.
Om Santih, Santih, Santih Om...