Mengapa Kita Beragama?
Om Swastiastu;
Om
Anobhadrah krtavoyanthu visvatah ; semoga pikiran yang baik datang dari
segala penjuru
Pinandita Lanang Istri yang sudah
disucikan yang saya hormati
Yang saya hormati; Sesepuh dan
Penasehat Banjar
Yang saya hormati; Ketua dan Pengurus
Banjar Ciledug
Yang saya hormati; ketua dan Pengurus
Tempek se Banjar Ciledug
Dan Umat Sedharma yang berbahagia.
Pada
hari ini saya ……………….. akan membawakan Dharma Wacana yang berjudul Mengapa Kita Beragama?.
Pertama-tama saya menghaturkan rasa
puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Sesuhunan Yang Melinggih di Pura Dharma Sidhi karena atas
waranugraha-Nya lah saya dan kita semua dapat hadir dalam persembahyangan ini
dalam keadaan sehat walafiat.
Bapak-Ibu Umat Sedharma yang
berbahagia;
Pada umumnya kita beragama karena
mengikuti lingkungan, khususnya lingkungan terdekat yaitu orang tua kita. Sejak
kecil kita diajak oleh orang tua kita mengikuti cara-cara agama. Kita diajak
sembahyang bersama pada hari raya. Pada usia tertentu kita dibuatkan
upacara-upacara agama.
Ketika kita mulai dewasa kita bertanya.
"Mengapa kita beragama?".
Jawabannya sebenarnya hampir sama dengan waktu kita sembahyang dimasa
kanak-kanak, yaitu agar kita selamat dalam menjalani hidup ini!. Dengan cara
bagaimana? Dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan. Agama memberikan kita
pedoman untuk mendekatkan diri kita kepada Yang Suci.
Umat
sedharma yang terkasih,
Carl Gustav Jung, psikiater terkenal kelahiran Swiss (1875-1967) mengatakan:
"Masalah psikologis masa kini adalah masalah kerohanian, masalah agama.
Manusia jaman ini haus dan lapar akan hubungan yang kokoh dengan
kekuatan-kekuatan psikis yang terdapat dalam dirinya. Kekurangan suatu hubungan
yang kokoh dengan hal-hal rohani (Tuhan) membuat manusia tidak mengalami
pemekaran, rasa sejahtera dan keamanan di dalam suatu dunia yang tenteram
sentosa". *)
Mengapa kita beragama Hindu?
Kita memeluk agama Hindu karena kita
lahir dari orang tua Hindu. Atau karena kita kawin dengan seorang suami atau
istri Hindu. Atau karena pilihan yang kita lakukan secara sadar. Tapi mengapa
kita memilih agama Hindu?
Apakah Agama Hindu Agama yang Terbaik?
Bapak-Ibu Umat Sedharma yang
berbahagia;
Pemeluk Hindu tidak pernah menyatakan
agamanya sebagai agama yang terbaik. Menyatakan Hindu sebagai "agama
terbaik" terkesan sebagai suatu kesombongan. Agama melarang kesombongan.
Mari kita ambil contoh. Bila kita
mengatakan suami atau istri kita sebagai suami atau istri yang terbaik di
dunia, bila ini kita ucapkan ketika kita berdua saja. tidak ada orang lain yang
mendengar, ini merupakan tanda cinta atau kasih sayang, sekalipun terasa
sedikit berlebih- lebihan. Tapi bila itu kita ucapkan di depan orang lain,
dengan sedikit membusungkan dada, maka kita akan dianggap orang yang sombong.
Dengan ucapan itu kita juga dianggap
merendahkan suami atau istri orang lain. Lalu orang-orang mulai memperhatikan
kita. Mencari-cari kehebatan kita. Tapi ternyata kemudian yang banyak ditemukan
adalah kekurangan-kekurangan kita. Dan kemudian mereka berkomentar, "oh,
itu toh suami yang terhebat di dunia". Atau "oh itu toh istri yang
terbaik di dnuia. Hanya seperti itu?".
Umat Sedharma yang berbahagia;
Demikian pula dengan agama. Bila kita
mengatakan agama kita adalah agama yang terbaik, berarti kita juga mengatakan
agama lainnya hanya sekerdar "baik" atau "tidak baik".
Pemeluk agama lain akan merasa tidak enak atau mungkin tersinggung. Lalu mereka
akan melihat kepada kita. Dan segera mereka menemukan, "Oh, disana juga
banyak kejahatan, kemiskinan dan penderitaan, korupsi, ".
Apa gunanya agama yang baik bila ia
tidak mampu membuat para pemeluknya menjadi baik?. Atau apakah agama dapat
dikatakan sebagai agama terbaik bila ia tidak mampu membuat para pemeluknya menjadi
umat yang terbaik?.
Apakah Semua Agama itu sama saja?
Umat Sedharma yang berbahagia;
Agama-agama memiliki persamaan dan
perbedaan! Agama-agama pada dasarnya memiliki fungsi yang sama. Agama-agama
memberikan kita jalan untuk berhubungan dengan Hyang Suci (Tuhan), untuk
berhubungan dengan diri kita sendiri (spiritualitas) dan untuk berhubungan
dengan lingkungan, mahluk hidup dan alam sekitar kita (etika atau moral).
Agama-agama juga mewajibkan kita untuk menghormati hidup, hidup kita sendiri dan
hidup orang lain.
Tapi bagaimana hubungan itu dilakukan,
bagaimana kewajiban kita dilaksanakan, masing-masing agama memiliki cara serta
aturannya sendiri. Tiap-tiap agama memiliki kitab sucinya sendiri,
ajaran-ajarannya sendiri, ibadahnya sendiri, tokoh-tokohnya dan sejarahnya
sendiri.
Bahkan pandangan mereka masing-masing
tentang Tuhan juga berbeda. Inilah sebabnya mengapa ada agama Hindu, agama
Budha, agama Shinto, agama Khong Hu cu, agama Tao, agama Islam, agama Kristen
dan agama Yahudi.
Umat Sedharma yang berbahagia;
Pada umumnya agama Hindu atau
orang-orang Hindu karena sikapnya yang sangat toleran, lebih suka menekankan
persamaan-persamaan agama. Namun ini akan membawa kita pada satu kesalahan
lain, yaitu mengabaikan aspek-aspek khusus dari masing-masing agama yang
mencari ciri khas dan identitas dari masing-masing agama tersebut.
Bapak-Ibu Umat Sedharma yang
berbahagia;
Mari kita ambil contoh. Agama-agama
tertentu percaya pada takdir dimana nasib manusia sepenuhnya telah ditentukan
oleh Tuhan. Agama Hindu percaya pada Hukum Karma dimana nasib manusia
ditentukan oleh manusia itu sendiri.
Ada agama yang percaya bahwa manusia
hanya hidup sekali, setelah mati, menunggu hari kiamat. Pada saat itu manusia
dibangkitkan kembali untuk diadili. Agama Hindu percaya pada reinkarnasi,
dimana manusia lahir kembali, diberikan kesempatan untuk menyempurnakan
dirinya.
Perbedaan antar agama adalah suatu
fakta yang harus diketahui. Agar kita tidak mencampur adukkan agama. Ibarat
orang bertetangga, pagar yang baik atau tanda batas yang tegas justru akan
mencegah tetangga itu bertengkar karena memperebutkan pekarangan. Perbedaan
bukan untuk dipertentangkan, tapi untuk saling memperkaya wawasan.
Umat Sedharma yang berbahagia;
Bagimana dengan Penggolongan Agama?
Ada orang yang menggolongkan agama
menjadi agama langit dan agama bumi. Ada yang menggolongkannya menjadi agama
hukum dan agama pembebasan. Ada penggolongan agama berdasarkan wilayah asal
kelahiran agama-agama tersebut.
Kecuali penggolongan yang terakhir, dua
penggolongan sebelumnya bersifat sangat subyektif. Setiap pemeluk agama dapat
membuat penggolongan berdasarkan ukuran-ukuran yang ditetapkannya sendiri
dengan maksud menempatkan agamanya sendiri dengan maksud menempatkan agamanya
pada kedudukan yang paling tinggi.
Ambil contoh penggolongan agama langit
dan agama bumi. Agama langit (samawi) katanya agama yang dibentuk berdasarkan
wahyu Tuhan. Agama bumi atau agama alamiyah katanya agama yang berdasar
renungan manusia atau kasarnya agama buatan manusia.
Siapa saja dapat mengatakan bahwa
agamanya agama wahyu sedangkan agama orang lain adalah agama buatan manusia.
Kalau kita mengatakan kitab suci orang lain hanya buatan manusia belaka, mereka
juga dapat mengatakan hal yang sama terhadap kitab suci kita.
Bapak-Ibu Umat Sedharma yang
berbahagia;
Seperti dikatakan oleh seorang ahli
sosiologi agama yang terkenal, Peter Berger, wahyu memang tidak dapat
dibuktikan. Kebenaran wahyu hanya didasarkan oleh keyakinan semata. Karena
wahyu itu keluar melalui mulut seseorang maharesi atau nabi. Siapa yang tahu
apakah kata-kata Tuhan itu masuk melalui telinga atau otaknya? Dan apakah
bedanya?.
Umat Sedharma yang berbahagia;
Apakah Sifat Utama Agama Hindu?
Agama Hindu bukanlah agama dogmatik.
Agama Hindu adalah agama yang terbuka, artinya keyakinan-keyakinan Hindu dapat
ditafsirkan sesuai dengan semangat jaman. Agama-agama yang dogmatik sangat
menekankan kepada "iman" yang bersifat dogma, yang harus percayai
begitu saja, sekalipun tidak dapat dipahami dengan akal.
Penganut agama-agama ini biasanya
mengatakan "Percayalah, atau masuklah agama saya, maka kamu akan
selamat". Agama Hindu, adalah agama yang menekankan pada amal, perbuatan-
perbuatan yang baik dan benar maka kamu akan selamat".
Apakah akibat Sifat-sifat itu Bagi Kehidupan Nyata Manusia?
Agama-agama dogmatik bisa membuat
manusia memisahkan antara ibadah dengan perbuatan. Cukup dengan percaya saja,
atau cukup dengan melakukan ibadat secara taat, mereka merasa sudah selamat
(masuk surga). Atau ibadat dianggapnya sebagai "imbangan" dari
perbuatannya. Dosa-dosa dalam kehidupan nyata seolah-olah ditebus oleh ibadat.
Agama Hindu menyatakan keyakinan dengan
perbuatan, iman dan amal. Keyakinan dan ibadah itu harus tercermin dalam
tingkah laku sehari-hari. Orang yang beragama dituntut untuk bertingkah laku
pantas di masyarakat. Sering kita dengar ucapan "tak ada artinya ibadat,
kalau tingkah lakunya tidak benar!".
Bapak-Ibu Umat Sedharma yang
berbahagia;
Agama-agama dogmatik cenderung
menimbulkan fanatisme buta. Penganut agama ini biasanya berpendapat hanya
agamanya sendiri yang benar. Agama orang lain salah. Agama Hindu, karena
menekankan pada amal, bersifat sangat toleran. Pemeluk Hindu tidak pernah
merasa lebih suci dari pemeluk agama lain.
Pemeluk Hindu tidak merasa paling benar
sendiri, apalagi mengkafirkan pemeluk agama lain.
Sri Swami Sivananda, mengatakan
"keramah-tamahan yang tulus dari agama Hindu sangat terkenal. Agama Hindu
memberi perhatian terhadap semua agama. Agama Hindu tidak pernah mencela atau
mencaci maki agama lain.
Agama Hindu menghormati kebenaran dari
manapun datangnya. Inilah salah satu alasan mengapa kita memeluk agama Hindu.
Alasan-alasan lain akan kita jumpai dalam pembicaraan- pembicaraan selanjutnya.
Umat Sedharma yang berbahagia;
Harapan
saya dari apa yang telah saya sampaikan dapat bermanfaat
bagi kita semua, Jika ada kekurangan dalam penyampaian dharma wacana
ini saya mohon maaf. Karena tidak ada manusia yang sempurna, tiada gading yang
tak retak. Akhir kata saya tutup dengan paramasantih.
Om
Santih, Santih, Santih Om...