Kemajuan kesadaran atman/jiwatman sejak mulai eksis, dalam
ajaran Siwa pakca, dapat dibagi menjadi 3 tahapan (avasthai) yaitu kevala avasthai, sakala avasthai dan
suddha avasthai.
1. Kevala
avasthai. Ketika atman mulai eksis,
belum mendapatkan badan kecil, atman bagaikan bibit/benih yang tersembunyi
ditanah. Demikian juga ketika atman telah menikmati pahala karma kehidupan
didunia, dalam penantian mendapatkan tubuh baru. Tahapan itu disebut sebagai “kevala
avasthai”. Kilatan kesucian tersembunyi dibalik awan anawa (kegelapan ego),
sebagai aspek pertama dari tirodhana shakti (anugrah penyamaran, pengaburan
ingatan) dariNya.
2. Sakala
avasthai, sang jiwatman mempunyai kesadaran tubuh, sebagai evolusi melingkar
dari perjalanan atman berpindah dari satu tubuh ke tubuh lainnya. (samsara
punarbhawa). Ini adalah aspek kedua dan
ketiga tirodhana shaktiNya.
Perjalanan jiwatman tahapan ini juga dapat dibagi menjadi tiga sub-tahapan yaitu sub tahap irul, marul dan arul.
Perjalanan jiwatman tahapan ini juga dapat dibagi menjadi tiga sub-tahapan yaitu sub tahap irul, marul dan arul.
Sub tahapan Irul juga disebut masa kegelapan, dimana semangat jiwatman adalah kepada pasa-jnanam, yaitu pengetahuan dan pengalaman duniawi. Berpangkal dari kepentingan sendiri (ahamkara dan mamakara).
Sub tahapan marul atau masa kebingunan/confusing; sang jiwatman mulai mempunyai kesadaran diri, serta terjebak dalam kebingungan antara keterikatan duniawi dan kesadaran spiritual, kesadaran ke-Tuhanan, serta belum tahu kemana harus menuju.
Juga disebut sebagai “pasu-jnanam” dimana sang jiwa berupaya tahu tentang dirinya yang sejati dan kebenaran dunia.
Sub tahapan arul adalah masa mendapatkan anugrah mulai
terbebaskan dari cengkraman dunia materiil.
Pada tahap ini sang jiwatman sangat merindukan penampakan (dharshan) yang
dipujanya.
Disinilah evolusi relijius yang sesungguhnya baru dimulai, bercirikan perilaku sebagai penyembah yang sangat konsisten. Mendapatkan kesadaran bahwa jika berperilaku suci (virtous deed) dan baik (good conduct), hidup akan selalu mengarah kepada hal positif. Dalam keyakinan mengarah kepada kebaikan dan kesucian.
Keseimbangan meresap dalam kehidupan. Kesenangan tidak melambungkannya kelangit, sebaliknya kedukaan tidak menghempaskannya kebumi. Semua ini tidak muncul tiba-tiba, namun sebagai hasil dari sebuah perjalanan dan pengalaman panjang, ratusan kali kelahiran.
Tanpa disadari tri mala sudah mulai terkendali; maya semakin kurang menarik, cengkraman anawa mulai merenggang dimana hidup sudah bergerak dari mementingkan diri sendiri “self-centered” ke rasa kasih-universal.
Perkembangan ini disebut “malaparikam”- penyesalan terhadap mala. Inilah merupakan saat yang tepat bagi turunnya anugrah (saktinipaata). Anugrah tersebut kedalam dirasakan sebagai kerinduan luar biasa terhadap Siwa. Ingin lebih jauh lagi mengabdikan dirinya kepada segala aspek yang bernuansa spiritualitas dan kesucian.
Keluar ditandai dengan munculnya seorang satguru, bisa nyata ataupun tidak nyata, tanpa mengacuhkah siapa ataupun dari mana (aliran) dia karena semuanya dianggap mengalirkan vibrasi. Sang jiwatman merasakan sesuatu mengalir dari sang Guru.
Ketika sang jiwatman sudah berada pada perkembangan “malaparikam”, fungsi tirodhana/concealing grace (anugrah pengaburan) Brahman mulai berhenti, dan berubah menjadi revealing grace (anugraha shakti), ditandai dengan munculnya kesadaran tentang sesuatu yang sudah dan sedang berlangsung atas dirinya. Sub tahapan arul akan mangantarkan kepada tahapan sudha avasthai, sebagai fondasi kuat mencapai tujuan agama.
Disinilah evolusi relijius yang sesungguhnya baru dimulai, bercirikan perilaku sebagai penyembah yang sangat konsisten. Mendapatkan kesadaran bahwa jika berperilaku suci (virtous deed) dan baik (good conduct), hidup akan selalu mengarah kepada hal positif. Dalam keyakinan mengarah kepada kebaikan dan kesucian.
Keseimbangan meresap dalam kehidupan. Kesenangan tidak melambungkannya kelangit, sebaliknya kedukaan tidak menghempaskannya kebumi. Semua ini tidak muncul tiba-tiba, namun sebagai hasil dari sebuah perjalanan dan pengalaman panjang, ratusan kali kelahiran.
Tanpa disadari tri mala sudah mulai terkendali; maya semakin kurang menarik, cengkraman anawa mulai merenggang dimana hidup sudah bergerak dari mementingkan diri sendiri “self-centered” ke rasa kasih-universal.
Perkembangan ini disebut “malaparikam”- penyesalan terhadap mala. Inilah merupakan saat yang tepat bagi turunnya anugrah (saktinipaata). Anugrah tersebut kedalam dirasakan sebagai kerinduan luar biasa terhadap Siwa. Ingin lebih jauh lagi mengabdikan dirinya kepada segala aspek yang bernuansa spiritualitas dan kesucian.
Keluar ditandai dengan munculnya seorang satguru, bisa nyata ataupun tidak nyata, tanpa mengacuhkah siapa ataupun dari mana (aliran) dia karena semuanya dianggap mengalirkan vibrasi. Sang jiwatman merasakan sesuatu mengalir dari sang Guru.
Ketika sang jiwatman sudah berada pada perkembangan “malaparikam”, fungsi tirodhana/concealing grace (anugrah pengaburan) Brahman mulai berhenti, dan berubah menjadi revealing grace (anugraha shakti), ditandai dengan munculnya kesadaran tentang sesuatu yang sudah dan sedang berlangsung atas dirinya. Sub tahapan arul akan mangantarkan kepada tahapan sudha avasthai, sebagai fondasi kuat mencapai tujuan agama.
Semeton pengayah pembangunan PAJK, bila dalam proses ngayah melanjutkan pembangunan di PAJK atau ayah-ayahan lainnya, kita lakukan dengan keihlasan, semata mata sebagai persembahan, sekecil apapun kemampuan kita; sama sekali bebas dari niat memetik keuntungan materi maupun keinginan mendapatkan popularitas, nama besar, sanjungan dllnya, OM awighnamastu sahabat semua adalah orang-orang yang sudah meninggalkan sub tahapan marul, bahkan mungkin memasuki atau sudah berada pada sub tahapan irul.
Semoga anugrah anugrah Dewa Ganesha berupa kecerdasan dan terbebas dari rintangan, anugrah Ratu Niang dan Ratu Gde terbebas dari ganguan niskala, Dewa Hyang Prabhu Siliwangi, berupa pahala “desa abhimana” serta anugrah para Dewa lain dapat dirasakan. Amunika dumun semoga berguna.
Sumber : Copas saking Group Undagi PAJK GN.Salak
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih atas kunjungan dan kesan yang telah disampaikan