Spiritual Bersifat Misterius, Bukan Heroisme
Om
Swastiastu;
Om Anobhadrah krtavoyanthu visvatah ;
semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru
Pinandita
Lanang Istri yang sudah disucikan yang saya hormati
Yang
saya hormati; Sesepuh dan Penasehat Banjar
Yang
saya hormati; Ketua dan Pengurus Banjar Ciledug
Yang
saya hormati; ketua dan Pengurus Tempek se Banjar Ciledug
Dan
Umat Sedharma yang berbahagia.
Pada hari ini saya ………………..
akan membawakan Dharma Wacana yang berjudul Spiritual
Bersifat Misterius, Bukan Heroisme dikutip dari Swami Krishnananda.
Sebelumnya
saya juga menghaturkan rasa puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi
Wasa, Sesuhunan Yang Melinggih di
Pura Dharma Sidhi karena atas waranugraha-Nya lah saya dan kita semua dapat
hadir dalam persembahyangan ini dalam keadaan sehat walafiat.
Bapak-Ibu
Umat Sedharma yang berbahagia;
Kehidupan
manusia dilanda oleh rintangan. Kita menghadapi tantangan dan kesulitan secara
terus menerus. Oleh karena itu seluruh aktifitas kita sehari-hari digambarkan
sebagai usaha melawan rintangan yang datang dalam berbagai bentuk penderitaan
hidup.
Saat terbangun
di pagi hari kita dihadapkan dengan rasa lapar dan kemudian kita berjuang untuk
meniadakan rintangan itu dengan memasak dan makan makanan.
Demikian juga
rintangan haus kita hadapi dengan minum air. Selanjutnya berbagai hambatan
berupa penyakit, kelelahan, sulit tidur dan sejenisnya kita berusaha dapai
dengan penggunaan berbagai jenis obat.
Kenyataan hidup
ini dan demikian juga dengan orang-orang di sekitar kita seolah-olah berada
dalam perang yang hebat.
Kehidupan ini
adalah bundel dari kesulitan. Jika seluruh bumi penuh dengan susu dan madu, dan
jika tidak ada kelelahan, tidak ada usia tua dan kematian, tidak ada rasa haus
dan lapar, maka tidak aka nada aktivitas, tidak ada keharusan untuk melakukan
sesuatu dan tidak ada insentif gerakan apapun.
Oleh karena itu
ada sedikit harapan bagi manusia untuk berhasil di dunia ini, karena tidak
mungkin kita menyelamatkan orang tenggelam di laut dengan sendok. Meskipun
usaha mengosongkan laut begitu rajin dan ulet dengan menggunakan sendok, tetapi
usaha yang terpuji itu tidak akan membawa sukses.
Umat Sedharma yang
berbahagia;
Laut tidak dapat
dikosongkan dengan sendok, sebagaimana halnya dunia tempat kita hidup tidak
mungkin mendapatkan kesuksesan kecuali ada anugerah ajaib dari Tuhan.
Upaya kita untuk bertahan hidup dan bergerak maju dapat diibaratkan seperti
rengekan anak kecil.
Dan pemujaan
pada Sang Penghalau Hambatan (Vighna
Vinayaka) yang dikenal sebagai Vinayaka caturthi atau Ganesa Chatirthi
adalah saat mana kita memanjatkan doa untuk menghilangkan hambatan.
Kita semua takut
akan hambatan. Tidak ada rasa takut lain di dunia ini selain hambatan. Jadi,
kita selalu menangis berharap untuk lepas dari hambatan, membersihkan jalan.
Sekitar bulan Agustus-September, Tuhan Ganapati dipuja oleh umat
Hindu untuk memohon hambatan disimngkirkan.
Dalam Rg Weda,
yaitu yang paling awal dari kitab suci disebutkan, “Gananam tva ganapatim
havamahe…” Takut akan Tuhan seharusnya menjadi awal dari agama.
Seseorang yang
tidak memiliki rasa takut pada Tuhan juga tidak memiliki agama, karena agama
adalah menghormati Tuhan. Dimana ada kekuasaan, maka kita akan takut pada hal
itu.
Samudera, singa,
gajah adalah segala sesuatu yang kuat, dan kita takut bila melihat mereka. Tradisi
pemujaan ganapati sebagai penghalau hambatan, sebagai anak Tuhan Siwa, dengan
belalai gajah dan perut menonjol, dengan senjata dari berbagai jenis dengan
sikap tangan kananya memberi berkah.
Umat Sedharma yang
berbahagia;
Tuhan Siwa
merupakan bentuk penunjukan kemuliaan Bhagawan. Bhagawan salah satu yang
memiliki enam karakteristik: “Aiswaryasya
samagrasya viryasa yasasah sriyah; jnana-vairagyayoh chaiva shannam bhaga
itirana.” Enam karakteristik ini semua dipanggil bhaga. Salah satu
figure yang memiliki bhaga disebut Bhagawan.
Semua
kemakmuran, semua kekayaan, semua harta, segala kemuliaan, semua kemegahan
adalah aiswarya. Virya adalah energi yang luar biasa, kekuatan dan kekuasaan.
Yasas adalah ketenaran dan terkenal. Srih kemakmuran. Jnana dan vairagya
adalah puncak dari kebijaksanaan dan puncak penolakan masing-masing.
Pengetahuan seharusnya menjadi berkah dari Tuhan Siwa sendiri.
Dalam Srimad
Bhagavata Mahapurana, pada saat dimulainya skhanda kedua, Sri Suka
melukiskan nama-nama berbagai dewa yang harus dipuja untuk berbagai keperluan. “Jnanam mahesvaradicchet”: semua
pengetahuan yang diharapkan dari Siwa Yang Agung.
Mereka
mengatakan bahwa lautan Siwa tidak bisa dimengerti; bagian dari itu terkandung
dalam panci dengan Brihaspati, dan sendok itu diambil oleh Panini yang
merupakan penyusun bahasa Sanskerta.
Dikisahkan bahwa
masa itu Panini adalah yang paling bodoh dan sering menerima olok-olok dari
siswa lainnya. Dia sangat terluka dan sedih oleh keadaan itu kemudian dia
lari ke hutan berdoa secara mendalam kepada Siwa.
Ia berdoa, “Ya
Tuhan Siwa anugerahilah aku dengan pengetahuan.” Lalu disebutkan Tuhan Siwa
muncul di hadapannya sambil menari dan memutar Dakka atau Damaru
(gendang)Nya sebanyak empat belas kali.
Dan karenanya
Panini jadi memiliki pengetahuan Sanskerta. Ini bukti Tuhan dapat mengajari manusia
tanpa buku, tanpa instruksi, pikiran, suara, penglihatan, atau sikap bijak
lainnya. Anak dari Guru yang hebat itu (Tuhan Siwa) adalah Sri
Ganapati, Sri Ganesa.
Umat Sedharma yang
berbahagia;
Apa yang
disebutkan dalam Purana adalah alegori untuk menegaskan bahwa sadhana spiritual
adalah misteri tersendiri dan bukan kegiatan yang heroik dari sadhaka. Tidak
ada kepahlawanan bekerja dalam praktik sadhana itu.
Sebenarnya
diibaratkan seperti anak kecil atau bayi yang berjalan yang bukan atas
kekuatannya, melainkan karena ada tangan ibu yang memegangnya. Apapun
kecerdasan yang kita miliki, apapun kepuasan yang kita nikmati
dalam hidup ini, apapun kekuatan yang kita miliki baik fisik maupun psikologis,
apapun keamanan yang kita miliki, apapun yang berharga dalam keberadaan kita,
semuanya merupakan refleksi yang serba sedikit dari kuasa Tuhan.
Penyembahan
dengan mantra “Om Gam Ganapataye namah”
adalah pengajuan rendah hati dari keadaan sebenarnya dari diri sendiri sebelum
kekuatan kemuliaan Tuhan dianugerahkan.
Umat Sedharma yang
berbahagia;
Ganapati adalah
pemimpin tuan rumah dari Tuhan Siwa. Siwa juga memberikan Ganapati
berkat, bahwa ia (Ganapati) akan disempah pertamakali pada setiap kesempatan.
Ini adalah
tatacara permanen dari Guru Agung: “Tidak ada yang akan disembah sebelum
Anda-bahkan Aku baru akan dipuja setelah Anda disembah terlebih dahulu.
Jadi, kita tidak
akan menyembah Tuhan Siwa atau Tuhan Narayana tanpa terlebih dahulu menyembah
Ganapati. “Om Gam Ganapataye Namah”
adalah mantra untuk mendamaikan Ganapati.
Umat Sedharma yang
berbahagia;
Jalan spiritual
itu merupakan rahasia besar. Adapun japa kecil yang kita lakukan, kitab suci
yang kita baca, dan aktifitas lain di dunia ini hanya kerak luar dari kehidupan
yang penuh misteri. Dan pada akhirnya diri kita adalah misteri. Kita tidak tahu
siapa yang menuntun kita untuk berpikir seperti itu.
Jika kita
mengakui misteri dalam diri kita yang mystifies bahkan kecerdasan
dan usaha kita, maka kita akan menjadi rendah hati, sederhana dan kecil
di hadapan Tuhan.
Dan sadhana
spiritual adalah seni untuk menjadi lebih kecil dan lebih kecil saat ia
mendekati Tuhan. Seperti nyala lilin yang bersinar semakin redup dan semakin
redup manakala semakin dekat dengan matahari.
Begitulah
sadhaka bersikap rendah hati, dan semakin rendah hati dan akhirnya tiada
bilamana semakin dekat dengan Tuhan, yang mana dalam ketiadaan itu sadhaka
menemukan dirinya telah dipenuhi oleh Tuhan.
Harapan
saya dari apa yang telah saya sampaikan dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Jika
ada kekurangan dalam penyampaian dharma wacana ini saya mohon maaf. Karena
tidak ada manusia yang sempurna, tiada gading yang tak retak. Akhir kata
saya tutup dengan paramasantih.
Om Santih, Santih, Santih Om...