OM. SA, BA, TA, A, I, NA, MA, SI, WA, YA, AM, UM, OM

PRAKATA

Selamat Datang

Semangat Hindu merupakan blog bersama umat Hindu untuk berbagi berita Hindu dan cerita singkat. Informasi kegiatan umat Hindu ini akan dapat menumbuhkan semangat kebersamaan.
Semangat Hindu semangat kita bersama.

Bersama Semangat Hindu kita berbagi berita dan cerita, info kegiatan, bakti sosial dan kepedulian, serta kegiatan keagamaan seperti ; pujawali, Kasadha, Kaharingan, Nyepi, Upacara Tiwah, Ngaben, Vijaya Dhasami dan lain sebagainya.

Marilah Berbagi Berita, Cerita, Informasi, Artikel Singkat. Bagi yang mempunyai Web/Blog, dengan tautan URL maka dapat meningkatkan SEO Web/ blog Anda.

Terima Kasih
Admin

RANBB

---#### Mohon Klik Share untuk mendukung blog ini ####---

Selasa, 31 Juli 2018

PURA EKA WIRA ANANTHA SERANG BANTEN

Kata Mutiara Kitab Suci Weda
Yayurveda
PURA EKA WIRA ANANTHA

Nama Pura Eka Wira Anantha diambil dari bahasa Sanskerta Eka (satu) Wira (Ksatria) dan Anantha (tanpa akhir). Secara umum nama tersebut mencerminkan lokasi / tempat pura berada yaitu di Ksatrian Gatot Subroto Grup-1 Kopassus (Eka Wira) yang manaPura Eka Wira akanada selamanya untuk umat (Anantha). Namun dibalik nama tersebut  ada makna yang tersirat yaitu bahwa sifat ksatria (Wira) merupakan satu sikap (Eka) yang harus dianut oleh umat Hindu dalam melaksanakan dharma untuk mencapai keabadian (Anantha).


Lokasi Pura Eka Wira Anantha sangat terjangkau dan strategis yaitu terletak diantara Jakarta dan Merak. Hanya perlu waktu sekitar 20 menit dari arah Merak atau sebaliknya dari Jakarta waktu tempuhnya hanya sekitar 1 jam melalui jalan Toll Jakarta-Merak. Atau tepatnya keluar melalui pintu toll Serang Barat pada KM 66.




Sekitar 100 meter setelah keluar dari Pintu Toll Serang Barat kita bisa langsung masuk ke area Ksatrian Gatot Subroto (Kopassus Grup-1). Sebelum masuk Ksatrian Gatot Subroto, agar seluruh kaca pintu mobil dibuka dan melapor bahwa kita tangkil ke Pura Eka Wira Anatha, maka petugas akan segera memberikan izin untuk lanjut. Kemudian 50 meter dari pintu masuk Ksatrian Gatot Subroto, belok kiri setelah kolam pemancingan menuju Jl. Baladika II tempat Pura Eka Wira Anantha berada. Praktis dari keluar pintu toll Serang Barat sampai Pura Eka Wira Anantha tidak lebih dari 7 menit.


Pura Eka Wira Anantha terdiri dari tiga mandala dengan lingkungan yang sangat teduh penuh pepohonan rindang. Di area Utama Mandala terdapat Padmasana, Taksu Dewa, Penglurah, Bale Pawedan dan Bale Penyimpanan serta Tepas. Disebelah kanan Utama Mandala tersedia Taman Sari. Pada area Madya Mandala terdapat Bale Gong dan Dapur Suci. Pada area bagian barat Madya Mandala ada tempat sangat teduh dibawah Beringin Korea untuk melakukan kegiatan-kegiatan terkait pendalaman agama. Pada pojok Barat Laut berdiri Bale Kulkul.


Di area Kanista Mandala tersedia Bale Banjar (Wantilan), Dapur, Kamar Kecil, Pasraman, Rumah Penunggu Pura. Disebelah barat Wantilan terdapat Panggung Pertunjukkan untuk segala kegiatan yang bersifat profan. Seluruh area Pura Eka Wira Anantha sangat hijau  dan asri serta jauh dari lingkungan pemukiman (berada dalam area TNI) dengan area parkir sangat luas bahkan bisa menampung lebih dari 500 mobil penumpang dan 80 bus besar.


Tanpa bermaksud promosi, rasanya tidak berlebihan bila Bapak, Ibu, Para Dharmika, Para Bhakta, Jnanin dan Umat sekalian saat menuju Merak/Lampung atau menuju Jakarta dari arah Merak menyempatkan diri tangkil di Pura Eka Wira Anantha. Om Awignam Astu.


Periode Penjajagan dan Kelahiran(1970 – 1989)

Pada tahun 1970-an umat Hindu asal Bali pertama kali datang dan bekerja di daerah Serang, Cilegon dan sekitarnya. Para sesepuh ini bekerja sebagai karyawan perusahaan baja PT. Karakatau Steel (BUMN), ditugaskan sebagai TNI (Kopassus Grup-1), polisi dan sebagian sebagai PNS. Jumlah mereka tidak lebih dari 10 KK. Saat itu mereka mengadakan persembahyangan Purnama Tilem dan Hari Raya Hindu seperti Galungan, Kuningan, Saraswati dan lain-lain hanya di rumah saja atau kadang dari rumah ke rumah sekalian arisan. Tempat tinggal yang saling berjauhan dengan ekonomi yang relatif tidak terlalu besar tentu menyulitkan mereka untuk melakukan persembahyangan bersama.


Berkat keuletan mereka dan atas suecan Ida Sang Hyang Widhi Wasa serta dengan prakarsa Mayor (Inf) Sang NyomanSuwisma yang didukungsepenuhnyaolehseluruhumat Hindu di KabupatenSerang, Cilegon dan Pandeglang, padatahun 1980 keluarlah izin pembangunan Pura dariDan Grup-1 Kol(Inf)Yusman. Pura tersebut diberi nama Eka Wira Ananthadibangun di lingkunganKesatrian Gatot Subroto Kopassus Grup-1 Taman Serang.


Empat tahun kemudian, pada tahun 1984, Dan Grup-1 Kol(Inf)Soenarto menawarkan lokasi yang lebih lapang dan mudah dijangkau. Lokasi pun dipindahkan dari sebelumnya berdampingan dengan tempat ibadah umat non-Hindu keposisi pura saat ini. Adapun luas area diserahkan kepada umat untuk menentukannya. Dengan pertimbangan bahwa jumlah umat relatif sedikit maka kesepakatan umat jatuh pada angka 100 x 50 m2.


Selanjutnya, pada tahun 1985 beliau memerintahkan bahkan turun tangan langsung kelapangan memimpin pendirian Pura Agung Eka Wira Anantha. Untuk mempercepat pembangunan, dibentuklah tim kecil pembangunan terdiri dari pengarah Bapak Kol. Inf. Soenarto, Bapak Serka Gde Jata dan Bapak Serka Ida Bagus Rai Astawa dengan tim pelaksana Ir. I Wayan Gde Sudama, Ir. Wayan Gosio (alm) dan Bapak Nyoman Pujawan didukung oleh Suka Duka Umat Hindu Se-Banten serta PT. Krakatau Steel dan PT. Krakatau Pipe Industry
.

Tim pembangunan bau-membau bersama umat bergotong royong ngayah meratakan tanah dan meratakan area parkir, membuat pagar keliling dari besi beton dan membangun Padmasari. Pada tahun 1989 pembangunan Padmasari dapat dirampungkan, kemudian pada Purnama Kapat bulan Novemberdilakukan Pemelaspasan Alit yang dipuput oleh Ida Pedanda Istri Pidada Keniten dari Griya Kebon Jeruk Jakarta Barat didampingi oleh  Pembina Ida Bagus Sujana dan Serati Ida Ayu Biyang Sari dari Griya Kelapa Dua Jakarta Timur.


Periode Pengembangan 1990 – 1999

Pada tahun 1990-an atas sepengetahuan & seizin DanGrup-1, Bapak Kol (Inf) Pramono Edhi Wibowo, luas area Pura diukur ulang dengan menggunakan satuan depa beliau yaitu  menjadi 55 x 109 depa, atau hampir setara dengan 50 x 100 m2.


Kemudian atas dorongan Bapak Let Kol (Inf) Ngakan Gde Sugiartha Garjita (WaDan Grup-1 Kopassus) Padmasari ex paras bali diperbarui dengan Padmasana ukir pasir hitam,  juga dibangun Bale Pepelik & Bale Kulkul.Pada area Utama Mandala dibangun Gedong Penyimpenan dan Bale Pewedan. Juga disiapkan pelataran tempat persembahyangan dan asagan tempat sesajen.


Hal khusus terkait Padmasana Pura Eka Wira Anantha adalah pependeman pada pondasi Padmasana terdiri dari batu Himalaya, serta kain putih & benang tridatu dari kuil tertua di Nepal (sumbangan dari Serda Ismujiono, pendaki Kopassus,  pendaki pertama orang Indonesia untuk Himalaya. Tinggi Padmasana = 8, 848 cm merupakan miniatur ketinggian Himalaya = 8.848 mtr. Sedangkan pependeman pada Bale Pepelik terdiri dari benang Panca datu dan batu dari puncak Jaya wijaya, sumbangan dari Kapten (Inf) Iwan Setiawan, salah seorang pendakidari Grup-1 Kopassus.


Pada area Madya Mandala, dibangun Kori Agung dan Apit Surang, pagar besi sekeliling diganti dengan beton cetak. Jalan beton setapak diperluas, penataan taman, sistem penerangan, serta penghijauan. Pembangunan Bale Gong dilengkapi lantai keramik. Serta pembuatan tempat penyimpenan perlengkapan upakara/upacara pada bagian belakang bangunan Bale Gong tersebut.

Demikian juga pagar besi pada area Kanista Mandala seluruhnya diganti dengan beton cetak. Balai pertemuan dikeramik dan ruang tunggu/penunggu Pura yang lama dibongkar dan dibangun tersendiri dibelakang Bale Pertemuan.Penyambungan sarana listrik dari  KOPASSUS serta pembuatan distribusi air untuk seluruh area Pura.


Semua pembangunan tersebut dapat terlaksana tentu atas ledang Ida Sesuhunan memberikan tuntunan dan anugrahNYA. Dalam pelaksanaan pembangunan/ pengembangan Pura Eka Wira Anantha diprakarsai dan dimotivasi oleh Bapak Kolonel Inf Pramono Edhi Wibowo (Dan Grup-1 Kopassus) dan Bapak Let Kol Inf Ngakan Gde Sugiartha Garjita selaku WaDan Grup-1. Didukung oleh para dharmika antara lain Bapak Let Jen (Pur) Ida Bagus Sudjana & Kel (Cijantung), Bapak Let Jen (Pur) Putu Sukreta Soeranta & Kel (Kelapa Gading), Bapak May Jen TNI Sang Nyoman Suwisma Kel (Cijantung),  Bapak Kol Inf Soenarko MD &Kel (Taman, Serang & Cijantung), Bapak Kol (Pur) Nyoma Suwetha Arya & Kel (Cijantung),  Bapak Kol (Pol) Mangku Made Pastika & Kel (Cijantung),  Drs Anak Agung Gde Anom Suartha & Kel (Tangerang), Bapak I Wayan Gunastra &Kel (Tebet Barat, Jakarta Timur),  Bapak Tata Suwita & Keluarga (Jakarta) beserta seluruh umat se-Dharma SEJABOTABEK (Serang, Jakarta, Tangerang, Bogor  &  Bekasi).


Para pelaksana pengembangan terdiri dari Bapak Dewa Nyoman Oka dan Made Suteja (Lampung), Bapak Wagiman dan tim (Jawa Timur). Pengawas lapangan Anak Agung Gde Raka Sutardhana dan Serka Wayan Suwanda. Pengendalian kualitas, biaya dan pelaksanaan pembangunan dilakukan oleh para sesepuh:Let Kol (Inf) Ngakan Gde Sugiartha Garjita, Nyoman Pujawan, Ir. Ketut Sukada dan Ketut Siartha.


Seluruh tahapan pengembangan tanpa disadari dapat diselesaikan tepat waktu, tepat biaya dan tepat kualitas. Selanjutnya direncanakan untuk Ngenteg Linggih, namun seminggu sebelum Ngenteg Linggih dilakukan Peresmian oleh Bapak May Jen Syahrir MS selaku Dan Grup-1 Kopassus pada hari Senin, tanggal 18 Oktober 1999.Prasasti peresmian ditulis dan ditandatangani diatas batu fosil yang khusus didatangkan dari Kabupaten Lebak Rangkas Bitung. Adapun Koordinator peresmian adalah Kapten (Inf) Ketut Gde Wetan dibantu oleh prajurit Hindu Kopassus dan Dharma Taruna/i serta umat sedharma didukung oleh Permudhita Tangerang dan IPHB Provinsi Banten. Tetabuhan dari Banjar Tangerang.


Karya Agung Ngenteg Linggih dilaksanakan pada hari Soma Pon Wuku Sinta tanggal 25 Oktober 1999, dipuput oleh Ida Pedanda Istri Pidada Keniten (Ciwa) dari Griya Kebon Jeruk Jakarta Baratdan Ida Pedanda (Budha) Gde Nyoman Jelantik Oka dari Griya Cimanggu Bogor. Tingkat upacara yang diaturkan adalah madyaning utama dengan nyatur rebah, kerbau sebagai titi mah-mah serta pecaruan manca kelud, dengan ulam caru kambing, asu belang bungkem, angsa, ayam dan bebek bulu sikep.

Sebagai koordinator pelaksana Ngenteg Linggih dipercayakan kepada Ir. Made Pastiarsa M.Eng yang mana mulang pependeman dilakukan oleh May Jen Sang Nyoman Suwisma (Padmasana), Ir. Wayan Gde Sudama MM, PhD (Bale Pepelik), Let Kol (Inf) Ngakan Gde Sugiartha Garjita (Pengelurah) dan Ir. Wayan Gosio, MM (Taksu Dewa). Adapun Pinandita yang diwinten adalah: Pinandita Made Sudiada, (Griya Serdang, Cilegon), Pinandita lanang & Istri Gde Jata (Bayangkara, SERANG), Pinandita lanang& Istri A.A.Gde Raka Sutardhana (Cilegon) dan Pinandita Nyoman Artawan (Keramat Watu, Serang).


Periode Penyempurnaan(2000 – Sekarang)

Pura Eka Wira Anantha adalah satu-satunya Pura di Wilayah Banten yang dilengkapi dengan Tri Mandala, oleh karenanya dijadikan sebagai Pura Jagatnatha Provinsi Banten, yang mana kegiatan-kegiatan melibatkan wilayah tingkat provinsi seperti Tawur Agung Kesanga dipusatkan di Jaba Utara Pura Eka Anantha.  Sebagai informasi untuk umat Hindu di seluruh Nusantara, bahwa seluruh kegiatan keagamaan dikoordinasikan oleh PHDI Provinsi Banten dan dalam pelaksanaannya dilakukan oleh 6 Banjar yang merepresentasikan 6 Pura yang ada di Provinsi Banten.


Sebagai Pura Jagatnatha Provinsi Banten, Pura Eka Wira Anantha terus disempurnakan paska Ngenteg Linggih. Penyempurnaan dilakukan pada area yang relatif lebih “shoft” yaitu penataan Asta Kosala Kosali, pembangunangedung sekolah agama (Pasraman Eka WiraAnanthadan PAUD BalaDhika), penataan taman, perluasan jalan melingkari Pura, penataan air dan listrik, perluasan area parkir di depan area Pura, revitalisasi bale banjar, penataan tempat pertunjukan serta pembangunan rumah untuk penunggu Pura.


Pada tahun 2006 atas berkenan Ida Pedanda Nabe Gede Putra Sidemen, dilakukan pengukuran ulang batas utara-selatan dan timur barat untuk area Utama dan Madya Mandala mengacu pada perhitungan Asta Kosala Kosali.  Berbasis pada perhitungan tersebut, kemudian dilakukan penyempurnaan genah Kori Gelung, Apit Surang serta Pintu Masuk Pura diubah yang tadinya dari arah samping (barat) dipindah menjadi dari arah selatan.


Pemelaspasan Pemedang Agung (Kori Gelung), Bale Pawedan dan Taman sari dilakukan pada Anggara Kasih tanggal 14 Oktober 2008. Candi Bentar di Madya Mandala dipelaspas pada Purnamaning Kapat Anggara Paing tanggal 11 Oktober 2011. Dua tahun kemudian dilakukan pemelaspasan Candi Bentar Kanista Mandala pada Purnamaning Sadha Redite Pon tanggal 23 Juni 2013 dan Pemerayastita Penyengker Utama Mandala pada Purnamaning Kapat Saniscara Umanis tanggal 19 Oktober 2013.


KETUA SUKA DUKA BANJAR  SERANG

SUMBER : WWW.PHDIBANTEN.ORG
 

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas kunjungan dan kesan yang telah disampaikan

Cari Artikel di Blog ini

Berita Terkait Semangat Hindu

Artikel Agama Hindu

108 Mutiara Veda 3 kerangka agama hindu advaita visistadviata dvaita Agama Hindu Dharma agama islam Ajaran Hindu aksara suci om Apa yang dimaksud Cuntaka Apa yang dimaksud dengan Japa Apa yang dimaksud dengan Puja arcanam nyasa aris widodo artikel hindu arya dharma Arya Wedakarna Asta Brata Atharvaveda Atman babad Badan Penyiaran Hindu bagian catur weda bahasa jawa kuno bahasa kawi bahasa sanskerta Banggalah Menjadi Hindu banten hindu bali Belajar Hindu bhagavad gita Bhagawadgita bhagawan bhuta yadnya Bimas Hindu BPH Banten brahma wisnu siwa Brahman Atman Aikyam brahmana ksatriya wesia sudra budaya bali budha kliwon sinta Bukan Heroisme Canakhya Nitisastra cara sembahyang hindu catur asrama Catur Brata Catur Cuntakantaka Catur Purusha Artha Catur Purusharta catur veda Catur Warna Catur Weda Cendekiawan Hindu Dana Punia dewa dewi hindu dewa yadnya dewata nawa sanga dewi kata-kata dewi saraswati dharma artha kama moksa Dharma Santi dharma wacana Doa Anak Hindu epos mahabharata ramayana filsafat agama hindu ganesha Gayatri Sebagai Mantra Yoga Hari Raya Galungan Hari Raya Kuningan Hari Raya Nyepi Hari Raya Pagerwesi Hari Raya Saraswati Hari Raya Siwaratri HINDU adalah ARYA DHARMA HINDU ADALAH SANATHANA DHARMA HINDU ADALAH VAIDHIKA DHARMA Hindu Agama Terbesar di Dunia Hindu Banten Hindu beribadah di Pura Hindu Festival Hindu Indonesia hindu nusantara Hindu Tengger Hinduism Facts Hinduism the Greatest Religion in the Word Hukum Karma Ida Pedanda sakti isi catur weda Jadilah Manusia Setia Japa dan Mantram Jiwa kakawin Kamasutra Keagungan Aksara Suci OM Kekawin Lubdhaka kepemimpinan jawa kuna Kerajaan Hindu kesadaran diri kidung dewa yadnya Kitab Suci Weda lontar Lontar Kala Maya Tattwa manawa dharma sastra Mantra Mantra Yoga manusa yadnya Meditasi Matahari Terbit Mengapa Kita Beragama menghafal sloka Mimbar Agama Hindu Moksha Motivasi Hindu Mpu Jayaprema nakbalibelog Naskah Dialog Nuur Tirtha Om or Aum one single family opini hindu moderat Panca Sradha panca yadnya Panca Yajna pandita Panglong 14 Tilem Kepitu parahyangan agung jagatkartta paras paros segilik seguluk Pasraman Pasupati Pembagian Kitab Suci Veda Pemuda Hindu Indonesia pendidikan hindu pengertian catur weda Pengertian Cuntaka penyuluh agama hindu Peradah percikan dharma Percikan Dharma Dewa Yajna phdi pinandita Pitra Yadnya Ngaben Pitrapuja potong gigi Principle Beliefs of Hinduism Proud To Be Hindu Puja dan Prathana Pujawali purana purnama tilem Purwaning Tilem Kapitu Radio online Bali rare angon nak bali belog Reinkarnasi Rgveda ritual hindu Roh Rsi yadnya sabuh mas sad darsana sad guru Samaveda sanatana dharma sang hyang pramesti guru Sang Kala Amangkurat Sang Kala Dungulan Sang Kala Galungan Sang Kala Tiga Sapta Timira Sarassamuscaya Sarassamuscaya Sloka sattvam rajah tamah Sekta Hindu Semangat Hindu seni budaya hindu Sex and Hinduism siwa budha waesnawa siwa ratri Sloka sloka bhagawad gita sloka Rgveda sloka yayurveda Slokantara Sloka Spiritual Bersifat Misterius spiritualitas hindu spma ribek sradha dan bhakti sri rama krishna paramahansa Sri Sathya Sai Baba Sri Svami Sivananda sumpah dalam perkara tabuh gesuri tabuh kreasi baru tabuh telu lelambatan tantri kamandaka tat twam asi tattwa susila upakara Tempat Suci Hindu tiga hubungan harmonis tri hita karana Tri kaya parisudha tri kerangka agama hindu tri mala tri pramana Triji Ratna Permata tujuan perkawinan tumimbal lahir upacara hindu upacara menek deha Upanisad Utsawa Dharma Gita vaidhika dharma Vasudhaiva Kutumbakam Vijaya Dashami widhi tatwa wija kasawur wiwaha agama hindu Yajna dan Sraddha yajna dan sradha Yayurveda Yoga Kundalini