SARASWATI HARI RAYA HINDU
Rigweda |
Oleh
: Ida Bagus Wika Krishna
“ Science without religion is
blind,
religion without science is lame “
Hari raya Sarasvati jatuh
pada hari ke-210 kalender Bali, yaitu hari Sabtu-Umanis-Wuku Watugunung,
pemujaan terhadap dewi Saraswati sesungguhnya telah dimulai sejak dahulu kala,
dalam naskah Rg Veda disebutkan : Maho Arnah Sarasvati pra cetayati ketuna, Dhiyo
visy virajati, yang artinya ; Oh Sarasvati, sungai yang besar, Dia yang dengan
cahayanya memberikan terang, dia menerangi setiap pikiran yang mulia.
Di
dalam naskah-naskah Veda Dewi Saraswati di-identikkan dengan Dewi Vac sebagai
personifikasi kata-kata, beliau merupakan dewi kebijaksanaan dan pengetahuan
yang merupakan sakti dari Dewa Brahma. Saraswati dipuja sebagai personifikasi
pengetahuan karena dengan pengetahuan manusia dipermulia.
Semakin tinggi
pengetahuan orang maka akan semakin dihormatilah orang tersebut, hal ini
dijelaskan pula dalam Niti sastra I.5 :
Hemani sang mamukti dumadak tika tan hana guna,
yowana rupawan kula wisala tika pada hana,
de nika tanpa sastra tan ateja wadana makucem,
lwir sekar ning sami murub abang tan hana wangi nika.
Artinya :
Sangat disayangkan bila orang kaya tiada mempunyai kepandaian,
biarpun muda, tampan, keturunan bangsawan dan berbadan sehat,
bila tiada pengetahuan mukanya pucat tiada bercahaya,
seperti bunga dapdap, merah menyala namun tiada wangi.
Demikianlah nitisastra menyebutkan betapa pentingnya pengetahuan tersebut,
walaupun berkelimpahan materi, wajah yang tampan, semuanya tiada artinya
apabila tidak memiliki pengetahuan, karena pengetahuan merupakan kekayaan
berharga yang abadi. itulah sebabnya mengapa Hindu sangat menghormati ilmu
pengetahuan dan menghayatinya melalui pemujaan hari raya Saraswati. Dengan
harapan agar umat Hindu tiada henti-hentinya mengejar ilmu pengetahuan.
Baca Juga : Sarasvati Stava
Baca Juga : Sarasvati Stava
Hindu merayakan Saraswati karena secara simbolis beliau merupakan aspek Tuhan
sebagai penguasa ilmu pengetahuan, dalam ajaran Hindu pengetahuan demikian
penting, karena dengan pengetahuanlah manusia sadar akan tujuan hidupnya, tanpa
pengetahuan maka tanpa gunalah manusia itu. Demikian pentingnya arti
pengetahuan dalam agama Hindu, maka saraswati dirayakan sehingga umat semakin
sadar akan pentingnya pengetahuan dalam mengarungi lautan kehidupan,
lebih-lebih pengetahuan spiritual (para widya).
v Cerita I Belog (perbedaan konsep pria dan wanita) dan Pan balang
tamak.
v Kepradnyanan (Wiweka) jalan tengah= inner beauty
Pengetahuan disampaikan melalui bahasa, mahkota bahasa adalah aksara, dan inti
aksara adalah aksara suci ‘Om’ maka aksara suci merupakan linggasthana dari
Hyang Saraswati. itulah sebabnya pada saat hari raya Saraswati kita melakukan
brata, agar pada hari itu kita menjaga, membersihkan pustaka-pustaka suci
sebagai tanda hormat pada beliau penguasa dari segala pengetahuan.
Didalam salah satu banten saraswati ada jajan yang berbentuk cecak lengkap
dengan telurnya, sehingga seolah-olah hindu adalah pemuja binatang, Hindu
bukanlah penganut totemisme, walaupun seringkali ada anggapan masyarakat bahwa
cicak mewakili kehadiran dewi saraswati, namun tidak berarti Hindu memuja
cicak, namun ada makna yang sangat dalam dibalik semua itu.
Baca Juga : Cara Membuat Banten Saraswati
Baca Juga : Cara Membuat Banten Saraswati
Seperti yang kita ketahui inti mahkota dari pengetahuan adalah aksara, dalam
aksara Bali ada yang disebut cecek, yaitu titik yang mengawali penulisan dan
diikuti selalu dengan mantra mangajapa Om. Jadi cecek itu adalah benih dari
tiada menjadi ada, beliau tiada lain adalah Sang Sangkan Paraning dumadi. Cecek
adalah bundar terkecil dalam aksara bali, Bundar mengingatkan kita pada windu
dalam aksara suci Omkara, yang berarti kosong atau sunya.
Jnana Sidhanta disebutkan ;
Niskala mijilaken nada, nada mijilaken windu.
windu mijilaken ardhacandra, ardhacandra mijilaken wiswa.
mawaluy-waluy laksanannya. wiswa ngaranya sang Hyang Pranawa
Artinya :
Yang tak nampak melahirkan gema, dari gema nampaklah titik (Windu).
Dari Windu lahirlah ardha candra, ardha candra melahirkan wiswa.
perputaran ini terjadi terus menerus, wiswa berarti bunyi suci OM
Pebratan yang dilakoni saat menyambut perayaan saraswati tersebut, antara lain:
Pemujaan Saraswati dilaksanakan pada saat pagi hari sebelum tengah hari tiba,
Saat melaksanakan pemujaan saraswati dilarang membaca dan menulis lebih-lebih
yang berkaitan dengan pustaka-pustaka suci, dan melakukan jagra atau tidak
tidur hingga keesokan harinya pada hari redite paing wara sinta melakukan
upacara penyucian atau banyu pinaruh ditempat sumber mata air atau di segara,
dan asuci laksana dengan air kumkuman.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih atas kunjungan dan kesan yang telah disampaikan