Cinta Kasih Dalam Perspektif Hindu
Cinta Kasih Dalam Perspektif Hindu
Om Swastiastu;
Pinandita Lanang Istri yang
sudah disucikan yang saya hormati
Yang saya hormati; Sesepuh
dan Penasehat Banjar
Yang saya hormati; Ketua dan
Pengurus Banjar Ciledug
Yang saya hormati; ketua dan
Pengurus Tempek se Banjar Ciledug
Dan Umat Sedharma yang
berbahagia.
Pada hari ini saya ………………..
akan membawakan Dharma Wacana yang berjudul Cinta Kasih Dalam Perspektif
Hindu.
Sebelumnya saya juga
menghaturkan rasa puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Sesuhunan Yang Melinggih di Pura Dharma
Sidhi karena atas waranugraha-Nya lah saya dan kita semua dapat hadir dalam
persembahyangan ini dalam keadaan sehat walafiat.
Bapak-Ibu Umat Sedharma yang
berbahagia;
Sudah menjadi kata yang terpadu antara cinta dan
kasih. Tentu makna kasih lebih dalam dari pada cinta. Dalam mengasihi sudah
terkandung makna mencintai.
Cinta adalah perasaan pada kesenangan, kesetiaan,
kepuasan terhadap suatu obyek. Sedangkan kasih adalah perasaan cinta yang tulus
lascarya terhadap suatu obyek.
Kenapa dalam mengekspresikan sikap ini selalu
digunakan gabungan kata cinta dan kasih? Pertanyaan ini menjadi menarik ketika
seseorang baru sampai sebatas cinta. Lalu apa yang menjadi kebutuhan yang lebih
tinggi lagi dari cinta? Dapat dipastikan jawabannya adalah kasih.
Ternyata perbedaannya terletak pada kesanggupan dan
kemampuan memahami hakikat cinta dan kasih. Adapun yang menjadi obyek dari
cinta kasih itu adalah semua ciptaan Sanghyang Widhi Wasa. Tuhan Yang Maha Esa.
Bapak-Ibu Umat Sedharma yang
berbahagia;
Ciptaan Tuhan dapat digolongkan dalam tingkatan sesuai
eksistensinya atau kemampuannya yaitu :
1. Eka pramana ialah makhluk hidup yang hanya memiliki
satu aspek kemampuan berupa bayu/tenaga/ hidup, seperti tumbuh-tumbuhan.
2. Dwi pramana ialah makhluk hidup yang memiliki dua
aspek kemampuan berupa bayu dan sabda/bicara, seperti hewan/binatang.
3. Tri pramana ialah makhluk hidup yang memiliki tiga
aspek kemampuan berupa bayu, sabda dan idep/pikiran, seperti manusia. .
Untuk dapat menghayati lebih luas lagi, ajaran cinta
kasih dapat diwujud-nyatakan dalam interaksi sosial religius melalui ajaran Tri
Hita Karana yaitu
1. Hubungan antara sesama manusia (pawongan),
2.
Hubungan antara manusia dengan
alam lingkungan (palemahan),
3. dan Hubungan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa
(parahyangan).
Ketiga hal ini dikenal dengan istilah Tri Hita Karana.
Bapak-Ibu Umat Sedharma yang
berbahagia;
Adapun yang mendasari cinta kasih adalah ajaran Tat
Twam Asi yang menyatakan
bahwa aku adalah kamu. Maknanya dikembangkan lagi: engkau adalah dia, dia
adalah mereka dan seterusnya.
Inilah yang sering disebut dengan Tat Twam Asi yang
dinyatakan dalam kitab Chandogya Upanisad VI. 14. 1.
Cinta kasih bukanlah sekedar penghias bibir atau buah
bibir yang berbunga-bunga, akan tetapi sebuah realita yang tulus lascarya tanpa
pamrih. Sesungguhnya bagi siapa saja yang telah mencapai tahap ini dapat
dipastikan kehidupannya semakin tenteram, tenang, damai dan bahagia.
Cinta kasih yang tulus lascarya memberikan dampak yang
sangat fundamental dalam memberikan arti dan makna kehidupan ini dan kehidupan
yang akan datang. Dimensi waktu yang lampau, yang sekarang dan yang akan datang
merupakan perputaran cakra kehidupan yang harus dilalui dengan semangat cinta
kasih nan kunjung padam kepada semua ciptaan Sanghyang Widhi Wasa.
Bapak-Ibu Umat Sedharma yang
berbahagia;
Dalam Brhadaranyaka Upanisad I. 4. 10. dinyatakan : Aham Brahman Asmi yang artinya Aku
adalah Brahman/Tuhan.
Sedangkan dalam Chandogya Upanisad III. 14. 3.
dinyatakan : Sarwam khalu idam Brahman
yang artinya semua ini adalah Brahman/Tuhan.
Dengan demikian tidak ada satupun di dunia ini yang
lepas dari Dia. Menyadari bahwa asal dan tujuan kembalinya semua yang ada di
dunia ini adalah sama, maka tidak ada satupun di dunia ini yang memiliki
kekuatan hukum yang abadi, kecuali Tuhan. Yang berbeda hanyalah jasad materi
yang sewaktu-waktu bisa berubah atau tidak kekal.
Lalu apa yang harus dibangga-banggakan yang mengarah
pada rusaknya perdamaian, kerukunan, ketenteraman, ketenangan, kebahagiaan dan
kesejahteraan umat manusia di dunia ini? Sejatinya kebanggaan sebagai umat
manusia yang religius, karena berbudi luhur dan prestasi.
Mengekspresikan kebanggaan hendaknya dengan arif dan
bijaksana serta menampilkan simpati. Hal ini hendaknya menjadi renungan bagi
tumbuhnya spiritualitas, moralitas dalam rangka meningkatkan sraddha kepada
Sanghyang Widhi Wasa. Percaya kepada Tuhan sudah termasuk di dalamnya cinta
kasih pada sesama manusia dan cinta kasih kepada alam lingkungan.
Bapak-Ibu Umat Sedharma yang
berbahagia;
Untuk mencapai keseimbangan cinta kasih dapat
diwujudkan dalam hubungan garis vertikal dan horizontal. Terlebih lagi memasuki
abad modern dan global dibutuhkan pemikiran secara arif dan bijaksana.
Di satu sisi dituntut bersikap rasional, namun di sisi
lain masih diperlukan curahan emosi spiritual terutama dalam hubungan manusia
dengan Tuhan sebagai Maha Pencipta alam semesta beserta isinya.
Jalan terbaik adalah bagaimana mensinergikan emosi
spiritual dengan sikap rasional. Dalam hal ini relevansi keseimbangan cinta
kasih dengan abad modern lebih difokuskan pada peningkatan kualitas sumber daya
manusia yang memegang teguh nilai-nilai ke-Tuhanan, kemanusiaan dan kealaman.
Saling mencintai dan mengasihi satu sama lain dan
kepada siapa saja tanpa memandang perbedaan fisik akan memberikan keseimbangan
cinta kasih.
Bapak-Ibu Umat Sedharma yang
berbahagia;
Dalam Yajur Weda 32. 8 dinyatakan Sa’atah protasca wibhuh prajasu yang artinya Tuhan terjalin dalam
makhluk yang diciptakan.
Cinta kasih Dalam Keluarga. Yang sangat menonjol bagi
manusia modern mengenai konsep cinta dalam kehidupan berkeluarga dalam Weda
adalah keterbukaan. Masalah kehidupan rumah tangga ialah menciptakan
keselarasan dan kesesuaian seperti pada alam sesuai dengan hukum abadi (Rta).
Dalam Atharwa Weda III.30 dinyatakan perkataan Pendeta
kepada kelompok keluarga : ”Aku membuat engkau bersatu dalam hati, bersatu
dalam pikiran, tanpa rasa benci, mempunyai ikatan satu sama lain seperti anak
sapi yang baru lahir dari induknya.
Agar anak mengikuti Ayahnya dalam kehidupan yang mulia
dan sehaluan dengan Ibunya. Agar si isteri berbicara yang manis, mengucapkan
kata-kata damai kepada suaminya.
Agar sesama saudara, laki atau perempuan tidak saling
membenci. Agar semua bersatu dan menyatu dalam tujuan yang luhur dan berbicara
dengan sopan. Semoga minuman yang engkau minum bersama dan makan makanan
bersama.”
Bapak-Ibu Umat Sedharma yang
berbahagia;
Konsep hubungan garis vertikal dan horizontal juga
berlaku dalam kehidupan keluarga agar mencapai satu tujuan luhur yaitu
keharmonisan, ketentraman, kedamaian dan kebahagiaan bersama. Kebersamaan yang
begitu menonjol dalam kehidupan keluarga inti menjadi parameter ke tingkat
kehidupan keluarga yang lebih besar dan kehidupan sosial kemasyarakatan.
Bapak-Ibu Umat Sedharma yang
berbahagia;
Kesimpulan.
Dari uraian tadi dapat disimpulkan bahwa ajaran cinta
kasih adalah bersifat umum (Samana) dan universal (Sadharana). Dalam perspektif
Hindu ajaran cinta kasih diwujudnyatakan dalam hubungan garis vertikal dan
horizontal yang dikenal dengan Tri Hita Karana.
Cinta kasih dapat diwujudkan apabila manusia memahami secara
sinergi antara perasaan emosi spiritual dan sikap rasional yang dilandasi
dengan ajaran “Tat Twam Asi,” “Sarwam khalu idan Brahman,” dan “Aham Brahman
asmi.”
Harapan saya dari apa yang telah saya
sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua, jika ada kekurangan dalam
penyampaian dharma wacana ini saya mohon maaf. Karena tidak ada manusia yang
sempurna, tiada gading yang tak retak. Akhir kata saya tutup
dengan paramasantih.
Om Santih, Santih, Santih Om..