Atharvaveda |
Adapun penjelasan singkat daripada sistem-sistem tersebut adalah sebagai
berikut :
1. NYAYA
Adalah sistem realisme yang logis (Logical Realism). Sistem ini mempercayai
eksistensi dunia luar yang tidak tergantung dari jiwa-jiwa yang memikirkannya
dan berusaha untuk membentuk kepercayaan melalui pemikiran yang logis.
Menurut sistem Nyaya, ada empat alat untuk mencapai pengetahuan yang valid, yang memenuhi persyaratan, yaitu : persepsi (perception = pengamatan indria = pratyaksa), inferensi (inference = penarikan kesimpulan = anumana), komparasi (comparison = perbandingan = umpamanya), dan testimony (bukti yang berasal dari authoritas = ҫabda).
Sistem Nyaya ini mengenal 16 katagori yaitu :
1.
Alat-alat untuk
memperoleh pengetahuan yang valid, yang memenuhi persyaratan (Pramana).
2.
Obyek-obyek
pengetahuan yang memenuhi persyaratan (Prameya)
3.
Keragu-raguan (Samsaya)
4.
Tujuan (Prayojana)
5.
Contoh-contoh (Drstanta)
6.
Kesimpulan-kesimpulan yang telah terbentuk (Siddhanta)
7.
Bagian-bagian
dari sylogisme (Avayava)
8.
Reductio ad
absurdum (Tarka)
9.
Pengetahuan
yang tertentukan (Nirnaya)
10.
Pengargumentasian untuk memperoleh kenyataan (Vada)
11.
Pengargumentasian secara konstruktif atau
secara destruktif untuk mencapai kemenangan (Jalpa)
12.
Pengargumentasian yang melulu bersifat
destruktif (Vitanda)
13.
Alasan-alasan
yang salah (Hetvabhasa)
14.
Permainan kata
(Chala)
15.
Penolakan untuk
memenangkan, yang tampaknya benar, tetapi sebenarnya salah (Jati)
16.
Titik-titik
kelemahan (Nigrahasthana)
2. VAISESIKA
Adalah sistem pluralisme
atomistis, yang mempercayai pluralitas
dari realitas dan menganggap dunia physik,
alam jasmani ini, sebagai terdiri dari benda-benda, yang masing-masing dapat
diredusir menjadi sejumlah atoom-atoom.
Sekalipun sistem Vaisesika
ini pada mulanya merupakan sistem yang berdiri sendiri, tetapi begitu memulai
masa perkembangannya segera bergabung dengan sistem Nyaya, karena ada hubungan meta-physika
yang erat dengan sistem Nyaya.
Syncretisme dari Nyaya dan Vaisesika begitu lengkap, sehingga para
penulis pada masa-masa belakangan, memperlakukannya sebagai sistem hyphenated, yaitu sistem Nyaya Vaisesika, yang merupakan gabungan
theori pramana dari Nyaya, dan schema katagori-katagori (padartha)
dari Vaisesika.
Doktrin yang paling penting dari Vaisesika, ialah mengenai katagori-katagori. Sistem katagori (padartha) adalah apa yang diketahui (jneya), dapat dikenal dengan melalui
persyaratan-persyaratan (prameya),
dan dapat dinamai atau ditunjukkan (abhid
heyi). Jumlah katagori itu ada tujuh, yaitu : substansi (dravya), kwalitas (guna), aktivitas (karma),
generalitas (samanya), particularitas (visesa), inherensi (samavaya), dan non-existensi (abhava).
Aslinya hanya ada enam katagori saja, lalu dengan
ditambah katagori non-existensi (abhava),
menjadi berjumlah tujuh.
3. SANKHYA
Adalah suatu sistem realisme, dualisme dan pluralisme.
Kita namakan realisme, karena Sankhya itu mengenal realitas dunia yang
tidak tergantung dari jiwa atau roh; kita namakan dualisme karena Sankhya itu berpendapat bahwa ada dua
realitas yang fundamental, dimana
keadaannya yang satu berbeda dengan yang lain, yaitu zat (matter) dan roh (spirit);
kita namakan pluralisme, karena Sankhya mengajarkan ajaran tentang pluralitasnya roh atau jiwa. Dengan
pendek dapat kita katakan bahwa Sankhya
itu adalah sistem dualisme yang bersifat kwalitatif dan adalah sistem pluralisme yang bersifat numerical.
Doktrin pokok dari Sankhya
adalah bahwa di alam semesta ini terdapat dua katagori fundamental yang bersifat constitutive,
dari realitas, yaitu purusa dan prakerti, atau roh (spirit) dan zat (matter).
Purusa adalah kesadaran murni yang
tidak mengalami perubahan dan bersifat multiple
(banyak); prakreti adalah prius (dasar utama) dari sesuatu ciptaan
yang sifatnya kaku dan tunggal.
Kedua hal tersebut yaitu purusa dan prakreti
berlawanan secara diametrical, yang
satu terhadap yang lainnya. Sekaligus purusa
dan prakreti itu merupakan
antithetical satu terhadap yang lainnya, namun terdapat kenyataan bahwa adanya
evolusi dunia itu karena adanya kerja sama dari kedua unsur tersebut.
ARTIKEL TERKAIT SAD DARSANA
ARTIKEL TERKAIT SAD DARSANA
- <
- 7 MANFAAT DANA PUNIA
- 6 SAD DARCANA HINDU
- 5 SATUA BALI YANG PALING TERKENAL
- 4 DALAM AGAMA HINDU
- 3 TUNTUNAN SUCI UMAT HINDU
4. YOGA
Sistem Yoga
tidak mempunyai metaphysicanya
sendiri. Sistem yoga menerima
filsafat Sankhya dan memformulasikan
suatu methode untuk mencapai tujuan manusia, seperti yang digambarkan oleh Sankhya.
Untuk mencapai tujuan hidup, yang harus dikerjakan
ialah mengisolasikan purusa dari prakreti; pengisolasian itu dapat
dilaksanakan dengan proses pengontrolan pikiran.
Apabila pikiran dapat diterangkan dan dikosongkan, dan
apabila di situ tidak ada refleksi lagi, maka purusa akan dapat menyadari sifatnya sendiri dan dapat menghindari
jeratan prakreti. Methode untuk dapat
menyadarkan purusa akan sifatnya
sendiri itu disebut yoga.
5. PURWA-MIMAMSA
Sistem-sistem filsafat yang telah kita bicarakan di
muka, sekalipun menerima autoritas Kitab
Suci Weda, dengan demikian kita namakan astika,
tetapi sistem-sistem filsafat
tersebut tidak menggantungkan diri sepenuhnya kepada ajaran-ajaran Veda.
Sekarang akan kita bicarakan sistem-sistem filsafat
yang secara ketat menggantungkan diri kepada Kitab Suci Weda; yaitu Purwa-Mimamsa
dan Uttara-Mimamsa.
Seperti namanya telah menyebutkan, kedua mazab
filsafat tersebut berturut-turut berusaha untuk mengadakan penyelidikan tentang
bagian permulaan (Purwa) dari Kitab Suci Weda, dan bagian akhir (=Uttara) dari Kitab Suci Weda. Bagi Purwa-Mimamsa,
bagian Weda yang penting yang
diselidiki adalah, mengenai Brahmana; sedangkan bagi Uttara-Mimamsa yang diselidiki adalah Upanisad.
Sekalipun kedua sistem tersebut mengikut secara setia
kepada text-text dari Kitab Suci Weda
dan mempelajarinya menurut ilhamnya sendiri-sendiri, tetapi kedua sistem itu
dapat kita namai filsafat, karena yang menonjol dari ajarannya adalah segi
methodenya yang berdasarkan penyelidikan yang rasional atau berdasar logika (mimamsa) itu.
Kalau Uttara-mimamsa
itu lebih dikenal dengan nama Vedanta, maka Purwa-mimamsa
demi untuk singkatnya kita namai mimamsa
saja. Tujuan utama dari mimamsa ialah
untuk membentuk authoritas Kitab Suci
Weda, dan menonjolkan segi ritualnya dari Weda. Oleh karena itu dalam Purwa-Mimamsa ini juga dikenal dengan
nama Karma-Mimamsa. Mengenai posisi philosophisnya, Purwa-Mimamsa ini banyak sedikitnya sama dengan realisme-pluralitasnya Nyaya-Vaisesika.
6. VEDANTA
Berarti bagian akhir dari Kitab Suci Weda (Veda+anta).
Perkataan anta , seperti perkataan
bahasa Inggris end berarti titik
akhir atau tujuan. Kitab Suci Upanisad
dinamakan Vedanta, karena Kitab Suci Upanisad itu kebanyakan
merupakan bagian penutup dari Kitab Suci
Weda dan karena makna atau inti sari Weda
itu terdapat pada Kitab-Kitab Suci
Upanisad.
Sistem-sistem filsafat yang menganggap Kitab Suci Upanisad sebagai
text-text-nya yang fundamental, dikenal juga dengan Vedanta. Kalau Mimamsa
dan Vedanta itu dua-duanya
berhubungan dengan Kitab Suci Weda,
dan menganggapnya sebagai pramana yang paling agung, maka perbedaannya terletak
pada masalah : Bagian yang mana dari Kitab
Suci Weda itu yang primair ?
Kalau segi ritualnya, maka Vedanta mendapatinya ada segi pengetahuannya. Karena di dalam
ajaran Kitab Suci Upanisad yang
membentuk bagian pengetahuan dari Kitab Suci Veda itu, Brahman (Tuhan Yang Maha Esa) merupakan realitas yang tertinggi,
maka Vedanta dinamakan Brahma-Mimamsa.
Oleh karena Kitab
Suci Vedanta itu juga membicarakan sifat dari roh yang mempergunakan badan
jasmani, maka Vedanta juga dinamakan Sariraka-Mimamsa.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih atas kunjungan dan kesan yang telah disampaikan