Yayurveda |
Nama Pura Eka Wira Anantha diambil
dari bahasa Sanskerta Eka (satu) Wira (Ksatria) dan Anantha (tanpa akhir).
Secara umum nama tersebut mencerminkan lokasi / tempat pura berada yaitu di
Ksatrian Gatot Subroto Grup-1 Kopassus (Eka Wira) yang manaPura Eka Wira akanada
selamanya untuk umat (Anantha). Namun dibalik nama tersebut ada makna
yang tersirat yaitu bahwa sifat ksatria (Wira) merupakan satu sikap (Eka) yang
harus dianut oleh umat Hindu dalam melaksanakan dharma untuk mencapai keabadian
(Anantha).
Lokasi Pura Eka Wira Anantha sangat
terjangkau dan strategis yaitu terletak diantara Jakarta dan Merak. Hanya perlu
waktu sekitar 20 menit dari arah Merak atau sebaliknya dari Jakarta waktu
tempuhnya hanya sekitar 1 jam melalui jalan Toll Jakarta-Merak. Atau tepatnya
keluar melalui pintu toll Serang Barat pada KM 66.
Sekitar 100 meter setelah keluar
dari Pintu Toll Serang Barat kita bisa langsung masuk ke area Ksatrian Gatot
Subroto (Kopassus Grup-1). Sebelum masuk Ksatrian Gatot Subroto, agar seluruh
kaca pintu mobil dibuka dan melapor bahwa kita tangkil ke Pura Eka Wira Anatha,
maka petugas akan segera memberikan izin untuk lanjut. Kemudian 50 meter dari
pintu masuk Ksatrian Gatot Subroto, belok kiri setelah kolam pemancingan menuju
Jl. Baladika II tempat Pura Eka Wira Anantha berada. Praktis dari keluar pintu
toll Serang Barat sampai Pura Eka Wira Anantha tidak lebih dari 7 menit.
Pura Eka Wira Anantha terdiri dari
tiga mandala dengan lingkungan yang sangat teduh penuh pepohonan rindang. Di
area Utama Mandala terdapat Padmasana, Taksu Dewa, Penglurah, Bale Pawedan dan
Bale Penyimpanan serta Tepas. Disebelah kanan Utama Mandala tersedia Taman
Sari. Pada area Madya Mandala terdapat Bale Gong dan Dapur Suci. Pada area
bagian barat Madya Mandala ada tempat sangat teduh dibawah Beringin Korea untuk
melakukan kegiatan-kegiatan terkait pendalaman agama. Pada pojok Barat Laut
berdiri Bale Kulkul.
Di area Kanista Mandala tersedia
Bale Banjar (Wantilan), Dapur, Kamar Kecil, Pasraman, Rumah Penunggu Pura.
Disebelah barat Wantilan terdapat Panggung Pertunjukkan untuk segala kegiatan
yang bersifat profan. Seluruh area Pura Eka Wira Anantha sangat hijau dan
asri serta jauh dari lingkungan pemukiman (berada dalam area TNI) dengan area
parkir sangat luas bahkan bisa menampung lebih dari 500 mobil penumpang dan 80
bus besar.
Tanpa bermaksud promosi, rasanya
tidak berlebihan bila Bapak, Ibu, Para Dharmika, Para Bhakta, Jnanin dan Umat
sekalian saat menuju Merak/Lampung atau menuju Jakarta dari arah Merak
menyempatkan diri tangkil di Pura Eka Wira Anantha. Om Awignam Astu.
Periode Penjajagan dan
Kelahiran(1970 – 1989)
Pada tahun 1970-an umat Hindu asal
Bali pertama kali datang dan bekerja di daerah Serang, Cilegon dan sekitarnya.
Para sesepuh ini bekerja sebagai karyawan perusahaan baja PT. Karakatau Steel
(BUMN), ditugaskan sebagai TNI (Kopassus Grup-1), polisi dan sebagian sebagai
PNS. Jumlah mereka tidak lebih dari 10 KK. Saat itu mereka mengadakan
persembahyangan Purnama Tilem dan Hari Raya Hindu seperti Galungan, Kuningan,
Saraswati dan lain-lain hanya di rumah saja atau kadang dari rumah ke rumah
sekalian arisan. Tempat tinggal yang saling berjauhan dengan ekonomi yang
relatif tidak terlalu besar tentu menyulitkan mereka untuk melakukan
persembahyangan bersama.
Berkat keuletan mereka dan atas
suecan Ida Sang Hyang Widhi Wasa serta dengan prakarsa Mayor (Inf) Sang
NyomanSuwisma yang didukungsepenuhnyaolehseluruhumat Hindu di KabupatenSerang,
Cilegon dan Pandeglang, padatahun 1980 keluarlah izin pembangunan Pura dariDan
Grup-1 Kol(Inf)Yusman. Pura tersebut diberi nama Eka Wira Ananthadibangun di
lingkunganKesatrian Gatot Subroto Kopassus Grup-1 Taman Serang.
Empat tahun kemudian, pada tahun
1984, Dan Grup-1 Kol(Inf)Soenarto menawarkan lokasi yang lebih lapang dan mudah
dijangkau. Lokasi pun dipindahkan dari sebelumnya berdampingan dengan tempat
ibadah umat non-Hindu keposisi pura saat ini. Adapun luas area diserahkan
kepada umat untuk menentukannya. Dengan pertimbangan bahwa jumlah umat relatif
sedikit maka kesepakatan umat jatuh pada angka 100 x 50 m2.
Selanjutnya, pada tahun 1985 beliau
memerintahkan bahkan turun tangan langsung kelapangan memimpin pendirian Pura
Agung Eka Wira Anantha. Untuk mempercepat pembangunan, dibentuklah tim kecil
pembangunan terdiri dari pengarah Bapak Kol. Inf. Soenarto, Bapak Serka Gde
Jata dan Bapak Serka Ida Bagus Rai Astawa dengan tim pelaksana Ir. I Wayan Gde
Sudama, Ir. Wayan Gosio (alm) dan Bapak Nyoman Pujawan didukung oleh Suka Duka
Umat Hindu Se-Banten serta PT. Krakatau Steel dan PT. Krakatau Pipe Industry
.
Tim pembangunan bau-membau bersama
umat bergotong royong ngayah meratakan tanah dan meratakan area parkir, membuat
pagar keliling dari besi beton dan membangun Padmasari. Pada tahun 1989
pembangunan Padmasari dapat dirampungkan, kemudian pada Purnama Kapat bulan
Novemberdilakukan Pemelaspasan Alit yang dipuput oleh Ida Pedanda
Istri Pidada Keniten dari Griya Kebon Jeruk Jakarta Barat didampingi
oleh Pembina Ida Bagus Sujana dan Serati Ida Ayu Biyang Sari dari Griya
Kelapa Dua Jakarta Timur.
Periode Pengembangan 1990 – 1999
Pada tahun 1990-an atas
sepengetahuan & seizin DanGrup-1, Bapak Kol (Inf) Pramono Edhi Wibowo, luas
area Pura diukur ulang dengan menggunakan satuan depa beliau yaitu
menjadi 55 x 109 depa, atau hampir setara dengan 50 x 100 m2.
Kemudian atas dorongan Bapak Let Kol
(Inf) Ngakan Gde Sugiartha Garjita (WaDan Grup-1 Kopassus) Padmasari ex paras
bali diperbarui dengan Padmasana ukir pasir hitam, juga dibangun Bale
Pepelik & Bale Kulkul.Pada area Utama Mandala dibangun Gedong Penyimpenan
dan Bale Pewedan. Juga disiapkan pelataran tempat persembahyangan dan asagan
tempat sesajen.
Hal khusus terkait Padmasana Pura
Eka Wira Anantha adalah pependeman pada pondasi Padmasana terdiri dari batu
Himalaya, serta kain putih & benang tridatu dari kuil tertua di Nepal
(sumbangan dari Serda Ismujiono, pendaki Kopassus, pendaki pertama orang
Indonesia untuk Himalaya. Tinggi Padmasana = 8, 848 cm merupakan miniatur
ketinggian Himalaya = 8.848 mtr. Sedangkan pependeman pada Bale Pepelik terdiri
dari benang Panca datu dan batu dari puncak Jaya wijaya, sumbangan dari Kapten
(Inf) Iwan Setiawan, salah seorang pendakidari Grup-1 Kopassus.
Pada area Madya Mandala, dibangun
Kori Agung dan Apit Surang, pagar besi sekeliling diganti dengan beton cetak.
Jalan beton setapak diperluas, penataan taman, sistem penerangan, serta
penghijauan. Pembangunan Bale Gong dilengkapi lantai keramik. Serta pembuatan
tempat penyimpenan perlengkapan upakara/upacara pada bagian belakang bangunan
Bale Gong tersebut.
Demikian juga pagar besi pada area
Kanista Mandala seluruhnya diganti dengan beton cetak. Balai pertemuan
dikeramik dan ruang tunggu/penunggu Pura yang lama dibongkar dan dibangun
tersendiri dibelakang Bale Pertemuan.Penyambungan sarana listrik dari
KOPASSUS serta pembuatan distribusi air untuk seluruh area Pura.
Semua pembangunan tersebut dapat
terlaksana tentu atas ledang Ida Sesuhunan memberikan tuntunan dan anugrahNYA.
Dalam pelaksanaan pembangunan/ pengembangan Pura Eka Wira Anantha diprakarsai
dan dimotivasi oleh Bapak Kolonel Inf Pramono Edhi Wibowo (Dan Grup-1 Kopassus)
dan Bapak Let Kol Inf Ngakan Gde Sugiartha Garjita selaku WaDan Grup-1.
Didukung oleh para dharmika antara lain Bapak Let Jen (Pur) Ida Bagus Sudjana
& Kel (Cijantung), Bapak Let Jen (Pur) Putu Sukreta Soeranta & Kel
(Kelapa Gading), Bapak May Jen TNI Sang Nyoman Suwisma Kel (Cijantung),
Bapak Kol Inf Soenarko MD &Kel (Taman, Serang & Cijantung), Bapak Kol
(Pur) Nyoma Suwetha Arya & Kel (Cijantung), Bapak Kol (Pol) Mangku
Made Pastika & Kel (Cijantung), Drs Anak Agung Gde Anom Suartha &
Kel (Tangerang), Bapak I Wayan Gunastra &Kel (Tebet Barat, Jakarta
Timur), Bapak Tata Suwita & Keluarga (Jakarta) beserta seluruh umat
se-Dharma SEJABOTABEK (Serang, Jakarta, Tangerang, Bogor &
Bekasi).
Para pelaksana pengembangan terdiri
dari Bapak Dewa Nyoman Oka dan Made Suteja (Lampung), Bapak Wagiman dan tim
(Jawa Timur). Pengawas lapangan Anak Agung Gde Raka Sutardhana dan Serka Wayan
Suwanda. Pengendalian kualitas, biaya dan pelaksanaan pembangunan dilakukan
oleh para sesepuh:Let Kol (Inf) Ngakan Gde Sugiartha Garjita, Nyoman Pujawan,
Ir. Ketut Sukada dan Ketut Siartha.
Seluruh tahapan pengembangan tanpa
disadari dapat diselesaikan tepat waktu, tepat biaya dan tepat kualitas.
Selanjutnya direncanakan untuk Ngenteg Linggih, namun seminggu sebelum Ngenteg
Linggih dilakukan Peresmian oleh Bapak May Jen Syahrir MS selaku Dan Grup-1
Kopassus pada hari Senin, tanggal 18 Oktober 1999.Prasasti peresmian ditulis
dan ditandatangani diatas batu fosil yang khusus didatangkan dari Kabupaten
Lebak Rangkas Bitung. Adapun Koordinator peresmian adalah Kapten (Inf) Ketut
Gde Wetan dibantu oleh prajurit Hindu Kopassus dan Dharma Taruna/i serta umat
sedharma didukung oleh Permudhita Tangerang dan IPHB Provinsi Banten. Tetabuhan
dari Banjar Tangerang.
Karya Agung Ngenteg Linggih dilaksanakan pada hari Soma Pon Wuku Sinta tanggal 25
Oktober 1999, dipuput oleh Ida Pedanda Istri Pidada Keniten (Ciwa) dari
Griya Kebon Jeruk Jakarta Baratdan Ida Pedanda (Budha) Gde Nyoman Jelantik
Oka dari Griya Cimanggu Bogor. Tingkat upacara yang diaturkan adalah
madyaning utama dengan nyatur rebah, kerbau sebagai titi mah-mah serta pecaruan
manca kelud, dengan ulam caru kambing, asu belang bungkem, angsa, ayam dan
bebek bulu sikep.
Sebagai koordinator pelaksana
Ngenteg Linggih dipercayakan kepada Ir. Made Pastiarsa M.Eng yang mana mulang
pependeman dilakukan oleh May Jen Sang Nyoman Suwisma (Padmasana), Ir. Wayan
Gde Sudama MM, PhD (Bale Pepelik), Let Kol (Inf) Ngakan Gde Sugiartha Garjita
(Pengelurah) dan Ir. Wayan Gosio, MM (Taksu Dewa). Adapun Pinandita yang
diwinten adalah: Pinandita Made Sudiada, (Griya Serdang, Cilegon), Pinandita
lanang & Istri Gde Jata (Bayangkara, SERANG), Pinandita lanang& Istri
A.A.Gde Raka Sutardhana (Cilegon) dan Pinandita Nyoman Artawan (Keramat Watu,
Serang).
Periode Penyempurnaan(2000 –
Sekarang)
Pura Eka Wira Anantha adalah
satu-satunya Pura di Wilayah Banten yang dilengkapi dengan Tri Mandala, oleh
karenanya dijadikan sebagai Pura Jagatnatha Provinsi Banten, yang mana kegiatan-kegiatan
melibatkan wilayah tingkat provinsi seperti Tawur Agung Kesanga dipusatkan di
Jaba Utara Pura Eka Anantha. Sebagai informasi untuk umat Hindu di
seluruh Nusantara, bahwa seluruh kegiatan keagamaan dikoordinasikan oleh PHDI
Provinsi Banten dan dalam pelaksanaannya dilakukan oleh 6 Banjar yang
merepresentasikan 6 Pura yang ada di Provinsi Banten.
Sebagai Pura Jagatnatha Provinsi
Banten, Pura Eka Wira Anantha terus disempurnakan paska Ngenteg Linggih.
Penyempurnaan dilakukan pada area yang relatif lebih “shoft” yaitu penataan
Asta Kosala Kosali, pembangunangedung sekolah agama (Pasraman Eka
WiraAnanthadan PAUD BalaDhika), penataan taman, perluasan jalan melingkari
Pura, penataan air dan listrik, perluasan area parkir di depan area Pura, revitalisasi
bale banjar, penataan tempat pertunjukan serta pembangunan rumah untuk penunggu
Pura.
Pada tahun 2006 atas berkenan Ida
Pedanda Nabe Gede Putra Sidemen, dilakukan pengukuran ulang batas
utara-selatan dan timur barat untuk area Utama dan Madya Mandala mengacu pada
perhitungan Asta Kosala Kosali. Berbasis pada perhitungan tersebut,
kemudian dilakukan penyempurnaan genah Kori Gelung, Apit Surang serta Pintu
Masuk Pura diubah yang tadinya dari arah samping (barat) dipindah menjadi dari
arah selatan.
Pemelaspasan Pemedang Agung (Kori
Gelung), Bale Pawedan dan Taman sari dilakukan pada Anggara Kasih tanggal 14
Oktober 2008. Candi Bentar di Madya Mandala dipelaspas pada Purnamaning Kapat
Anggara Paing tanggal 11 Oktober 2011. Dua tahun kemudian dilakukan
pemelaspasan Candi Bentar Kanista Mandala pada Purnamaning Sadha Redite Pon
tanggal 23 Juni 2013 dan Pemerayastita Penyengker Utama Mandala pada
Purnamaning Kapat Saniscara Umanis tanggal 19 Oktober 2013.
KETUA SUKA DUKA BANJAR SERANG
SUMBER : WWW.PHDIBANTEN.ORG