Bagaimana isi Lontar Kekawin Lubdhaka ?
Bagaimana isi Lontar Kekawin
Lubdhaka ?
Di dalam Lontar Kekawin
Lubdhaka mengungkapkan sebagai berikut :
Seorang yang tinggal di puncak gunung, bernama Lubdhaka penghidupannya adalah sebagai seorang pemburu. Adapun yang senang diburunya adalah Mong (Harimau), Wek (Babi Hutan), Gajah dan Badak (Warak).
Pada suatu hari, tepatnya pada
hari panglong 14, Tilem Kapitu (bulan Magha) pagi-pagi buta dia telah
meninggalkan rumah pergi ke hutan untuk berburu, itulah kegiatannya
sehari-hari. Kebetulan pada hari itu kepergiannya ke hutan mengalami kesialan
karena tidak ada seekor binatangpun yang dilihatnya, tetapi Si Lubdhaka tetap
sabar menunggu dalam keadaan perut kosong. Saat menjelang senja hari, belum
juga ada seekor binatang pun yang nampak, maka muncul dalam pikiran Si
Lubdhaka, kemungkinan binatang-binatang tersebut sedang mencari tempat minum,
dan karena mempunyai perkiraan yang demikian, maka dia pun berusaha menemukan
sumber-sumber air yang ada di hutan tersebut. Kemudian Si Lubdhaka menemukan
sebuah telaga, dan kebetulan pada tepi telaga ada sebuah pohon yang rimbun yang
disebut dengan pohon Bila (Pohon Maja). Di bawah pohon itulah Si
Lubdhaka berteduh sambil menunggu binatang yang akan datang untuk minum air.
Namun harapannya tetap saja kandas, ternyata tidak seekor binatang pun ada yang
datang untuk meminum air, sangat kecewa Si Lubdhaka.
Sang mentari pun telah kelam,
dan dijemputlah oleh kegelapan, tiada bisikan deringan sayap jangkrikpun lenyap,
suasana berganti menjadi sepi dan malam itu sangat mengerikan sehingga Si
Lubdhaka tidak berani bermalam dibawah pohon karena takut disergap oleh
harimau, maka diapun naik ke pohon Bila tersebut, serta duduk pada dahan
pohon yang menjulur ke atas telaga, dalam perhitungannya kalau jatuh tidak akan
cedera. Untuk menghilangkan kantuknya, maka Si Lubdhaka memetik-metik daun Bila
tersebut satu-persatu lalu dijatuhkan ke dalam telaga. Setelah dalam
perhitungan 108 kali menjatuhkan daun Bila-nya dan saat itu tepat pada
dauh Yoga (dauh penciptaan) dilihatlah olehnya sebuah lingga bermunculan dari
dalam telaga dalam waktu sekejap. Tidak lama lagi datanglah sang fajar
menyingsing. Si Lubdhaka turun dari pohon Bila langsung pulang dengan
tangan hampa. Sesampainya Si Lubdhaka di rumah hari sudah senja, dengan perut
lapar karena satu hari satu malam tidak sebutir nasipun dapat menyentuh
perutnya, kebetulan di rumahnya ada nasi kerak (entip), itulah yang dimakannya.
Setelah beberapa tahun
berselang, maka Si Lubdhaka jatuh sakit, dan sakitnya makin parah, akhirnya Si
Lubdhaka meninggal dunia. Diceritakan setelah Si Lubdhaka meninggal dunia Sang
Hyang Yamadipati telah mengetahui maka diperintahkanlah pada Cikrabala,
Kingkarabala untuk menjemput rohknya Si Lubdhaka agar dibawa ke Yama Loka,
untuk diadili serta dihukum sesuai dengan dosanya atas perbuatannya di dunia
semasih hidupnya, suka melakukan perbuatan “Himsa Karma”.
Demikian juga Sang Hyang Siwa
di Siwa Loka juga telah mengetahui bahwa Si Lubdhaka telah meninggal dunia,
diutuslah bala tentaranya “Watek Gana”, untuk menjemput rokh Si Lubdhaka agar
dibawa ke Siwa Loka. Setelah kedua kelompok utusan tersebut tiba ditempat rokh
Si Lubdhaka, maka mereka saling berebut dan masing-masing menunjukkan perintah
dan tidak ada yang mau mengalah, maka terjadilah peperangan antara laskar Sang
Hyang Yama dengan laskar Sang Hyang Siwa. Akhirnya kalah laskarnya Sang Hyang
Yamadipati dan rokh Si Lubdhaka diboyong ke Siwa Loka.
Setelah laskar Sang Hyang Yama
sampai di Yama Loka, maka dilaporkan tentang kejadian yang tadi kehadapan Sang
Hyang Yama, serta kagetlah Sang Hyang Yamadipati mendengar isi laporan
tersebut, akhirnya Sang Hyang Yama datang ke Siwa Loka untuk menuntut dan
menanyakan kehadapan Sang Hyang Siwa, kenapa Si Lubdhaka dapat pengampunan dosa
padahal dia selalu melakukan perbuatan Himsa Karma semasih hidupnya di dunia.
Sesudah Sang Hyang Yama memohon penjelasan tentang peleburan dosannya Si
Lubdhaka maka, kembalilah Sang Hyang Yama ke Yama Loka dengan tangan kosong.
Bagaimana tatacara Siwaratri
menurut lontar Siwaratri Brata ?
“Nihan Krama Siwaratri Brata
Utama, Tindakira Sang Pandita Siwa Paksa, Muang Buda Paksa, Sang Maharep, Lepas
Saking Atma Sangsara, Sidaning Yasa, Tapa, Brata, Dhyana, Yoga Samadhi Muang
Kerthinia”
Apa maksudnya ?
Inilah tatacara Siwaratri Brata
utama, yag dilaksanakan oleh Pendeta Siwa Buda Paksa, demikian juga kepada
orang yang mengharakan terlepasnya atma dari kasengsaraannya, atas dasar
berhasilnya pelaksanaan Tapa, Brata, Dhyana, dan Samadhinya, dan Yasa
Kerthinya.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih atas kunjungan dan kesan yang telah disampaikan