Semangat Hindu Belajar Filsafat Hindu Mari Berbagi Artikel Singkat Aktivitas Keagamaan, Sosial Budaya, Adat Istiadat, Suka dan Duka, Social Bookmarking
OM. SA, BA, TA, A, I, NA, MA, SI, WA, YA, AM, UM, OM
PRAKATA
Selamat Datang
Semangat Hindu merupakan blog bersama umat Hindu untuk berbagi berita Hindu dan cerita singkat. Informasi kegiatan umat Hindu ini akan dapat menumbuhkan semangat kebersamaan. Semangat Hindu semangat kita bersama.
Bersama Semangat Hindu kita berbagi berita dan cerita, info kegiatan, bakti sosial dan kepedulian, serta kegiatan keagamaan seperti ; pujawali, Kasadha, Kaharingan, Nyepi, Upacara Tiwah, Ngaben, Vijaya Dhasami dan lain sebagainya.
Marilah Berbagi Berita, Cerita, Informasi, Artikel Singkat. Bagi yang mempunyai Web/Blog, dengan tautan URL maka dapat meningkatkan SEO Web/ blog Anda.
Upacara vratyastoma sendiri adalah upacara penyucian diri dalam agama hindu, sebelum seseorang masuk dalam agama hindu dan menjadi anggota suatu kasta. Upacara vratyastoma juga dilakukan ketika ada seseorang yang di keluarkan dari kasta. Melalui upacara yang cukup berat ini, segala macam kesalahan dan dosa yang pernah dilakukan oleh seorang anggota kasta dapat di hapus, dan orang yang telah di keluarkan dari kasta dapat di terima kembali menjadi anggota kasta.
Upacara vratyastoma dalam agama hindu ini dikenal dan diterapkan oleh bangsa Indonesia pertama kali diperkirakan di wilayah Kalimantan Timur, karena pada tahun 1879 ditemukan 7 buah prasasti yupa, tepatnya di Bukit Berubus, Muara Kaman, yang mengindikasikan adanya kerajaan pada masa itu, pada prasasti yupa ini bahasa yang di gunakan adalah bahasa sansekerta dan menggunakan huruf palawa yang diperkirakan berasal dari abad ke-V Masehi, yang berarti kebudayaan India telah masuk pada kerajaan itu, kerajaan ini adalah kerajaan Kutai, yang didirikan oleh Kudungga yang merupakan orang asli Indonesia, kebudayaan India mulai masuk kerajaan ini, ketika raja yang memimpin adalah Asmawarman,anak dari kudungga, dari prasasti yupa itulah kita mengetahui bahwa kebudayaan india pertama kali masuk di Indonesia berasal dari kerajaan kutai, karena tidak ada bukti yang lebih tua dari prasasti yupa.
Upacara vratyastoma dan adanya sistem kasta pertama di Indonesia, berasal dari Agama hindu ber aliran Saiwa-siddhanta, adapun kemungkinan upacara vratyastoma pertama kali dilakukan oleh para brahmana di Indonesia di lakukan untuk mengangkat Asmawarman menjadi anggota dari suatu kasta dan beragama Hindu. Karena tidak ada bukti lain yang lebih tua dari prasasti tentang Asmawaran. Dari sinilah akhirnya kebudayaan India dan agama Hindu akhirnya berkembang di Indonesia. http://lintas-sejarah.blogspot.com/2013/04/upacara-vratyastoma-dan-sistem-kasta.html
Vratyastoma iku salah sijining upacara keagamaan ing agama Hindu yaiku upacara pemberkatan nganut agama Hindu. http://jv.wikipedia.org/wiki/Vratyastoma
Ajaran Hindu. Tanpa satu keraguan, pustaka suci Veda menyediakan penjelasan dan narasi dimaksudkan untuk membantu kita mempertinggi kesadaran kita tentang Tuhan di dalam semua mahluk. Siapapun yang mempelajari teks-teks inti dari Veda akan segera melihat satu perbedaan di dalam pengenalannya tentang bagaimana Tuhan berada di dalam diri setiap orang, menyertai jiwatma (jiwa individual) sebagai paramatma (Jiwa Tertinggi)
Anda tidak akan menemukan di manapun informasi mengenai Jiwa Tertinggi seperti yang kita temukan di dalam teks Veda. Informasi membantu kita melihat Yang Suci di dalam semua mahluk hidup dan setiap orang adalah satu bagian Brahman di dalam kualitas spiritual.
Satu kesadaran dan persepsi seperti itu secara alamiah akan meningkatkan rasa hormat dan perhatian kita bagi semua mahluk hidup. Kita akan menyadari bahwa semua kehidupan adalah suci.
Kita akan memahami dengan lebih jelas bagaimana kasih kita kepada Tuhan akan menunjukkan berapa banyak kita akan perduli dan bekerja sama dengan orang lain, termasuk dengan binatang dan tumbuhan.
Sumber bacaan buku Hindu Agama Terbesar di Dunia (Hinduism, the Greatest Religion in the World) Stephen Knapp. (RANBB)
Berikut admin sampaikan bahan diskusi yang dikirimkan oleh Sahabat Ravi dengan judul Pesata Adat, artikel nya berupa pertanyaan sebagai berikut :
Om Swastiastu, Saya seorang Hindu. Saya keturunan India. Saya ingin bertanya, kenapa Hindu Weda mengajarkan kasih tapi umat Hindu tidak menjalankannya, pada sebagian festival adat digunakan babi, padahal babi tidak dimakan dikeluarga saya, dan pemotongan kambing. Saya rasa kita perlu berbenah diri untuk menerapkan vegetarian, karena hanya itu kita mengorbankan mahluk hidup, persembahan apapun tetap diterima Tuhan jika dengan tulus dan ikhlas, sekian saran saya, maaf jika ada salah kata saya jika kurang saya tau mohon penjelasannya. (waktu 28-082013. 09.21)
Admin mencoba berbagi pemikiran yang sedikit berbeda dalam cara memandang Yadnya. Yadnya yang secara umum di dalam agama Hindu sudah sangat banyak dibahas, baik dalam buku-buku agama Hindu, situs dunia maya dan diskusi-diskusi agama lainnya.
Admin sangat mengharapkan adanya diskusi agar terjadi pertukaran pemikiran walaupun pada intinya perbedaan pemahaman dan penerapan Veda sudah memiliki dasar pelaksanaannya yang dikembalikan pada jiwa dan ajaran kita masing-masing. Baca artikel kesepakatan bersama umat Hindu klik disini.
Berikut pendapat admin tentang hal diatas.
-->
Yadnya sebagai jalan bhakti umat Hindu utamanya umat Hindu Bali yang menjalankan Yadnya dengan kurban binatang. Umat Hindu Bali mencoba untuk menyatakan rasa bakti yang tulus ini bersama-sama dengan ciptaan-Nya yang lain. Umat manusia dengan kecerdasan pemikiran yang dianugerahkan oleh Nya, mampu menyatakan dengan tegas bahwa binatang dan tumbuhan merupakan ciptaan-Nya pula, sehingga memiliki hak dan kewajiban yang sama terhadap Tuhan. Manusia, binatang dan tumbuhan mengikuti hukum Karma, lahir, hidup dan mati, demikian pula dalam pembentukan Karma itu sendiri, dapat berupa Karma baik maupun Karma buruk.
Sehingga Hukum Karma bersifat universal terhadap semua ciptaan-Nya. Manusia dengan kelebihan pemikiran menyadari hal ini, bahwa binatang dan tumbuhan harus diberikan kesempatan untuk berbuat baik, meningkatkan Karma baik mereka, agar dikemudian hari dapat hidup sebagai manusia. Pernah pula kita membaca artikel sang penolong adalah seekor binatang, atapun tumbuhan ini rela hidup untuk kesejahteraan manusia, itu semua adalah Karma baik.
Baca artikel Sekali menjadi manusia apakah selalu menjadi manusia ? Klik disini.
Seperti halnya binatang dan tumbuhan dalam menjalani hukum Karma lahir hidup dan mati, tetap membutuhkan pengorbanan. Tumbuhan sebagai ciptaan-Nya dirangkul oleh manusia untuk menyatakan rasa baktinya kepada Tuhan melalui Yadnya ini yang berupa bahan-bahan Yadnya, seperti daun, buah, biji-bijian, batang, umbi, ranting dan lain sebagainya. Demikian pula binatang yang selalu aktif bersama dalam Yadnya ini, seperti babi, ayam, itik, anjing, dan lain sebagainya. Dengan partisapasi mereka (binatang dan tumbuhan) dan manusia menjadi satu kesatuan menyatakan rasa syukur kepada sang Pencipta dan menciptakan karma baik akan diterima jiwa mereka masing-masing.
Pernah kita mendengar cerita pangeran kodok, seekor binatang yang berubah menjadi pangeran tampan setelah dicium oleh sang putri, demikian pula dengan binatang dalam Yadnya. Ketulusan hati dan kasih cinta dari manusia, kepasrahan binatang dan kesetiaan tumbuhan dalam ber-Yadnya menciptakan kebahagiaan bersama. Pengorbanan mereka sungguh mulia, terdapat doa yang tulus dari manusia sebelum mereka dikorbankan, doa mengantarkan sang jiwa pada-Nya.
Demikian kiranya jawaban sederhana yang admin coba sampaikan, pengorbanan binatang dan tumbuhan bukan semata-mata untuk kesenangan dan keserakahan manusia, ada doa yang tulus agar mereka bisa hidup berbahagia. Admin sangat berharap dapat masukan dari sahabat-sahabat Hindu dari segala jenis aliran, sekte dan dari tingkat keimanan yang jauh lebih menguasai, terima kasih. (RANBB)
Umat Hindu Pekanbaru Gelar Odalan Pura Agung
Umat Hindu di Kota Pekanbaru baru saja menggelar Odalan Pura Agung di Pura Agung Jaganatha jalan Rawa Mulya, Rabu (21/8/2013) malam. Direktur Agama Hindu Indonesia Ketut Lancar SE, MM turut hadir dalam acara tersebut dan memberikan Karma Carita atau ceramah keagamaan kepada umat yang hadir disana.
Tak hanya berdoa bersama, Umat Hindu dan masyarakat yang hadir juga disuguhkan dengan beragam tontonan menarik. Mulai dari pagelaran tarian khas Bali hingga kabaret komedi yang dimainkan oleh para remaja Hindu disana.
Pantauan Tribun disana, tak kurang dari 250 orang hadir dalam kegiatan religius tersebut. Acara yang dimulai sejak pukul 18.00 tersebut berlangsung khidmat dan tertib. Setelah mendoa bersama, seluruh umat yang hadir diajak untuk mendengarkan ceramah bersama-sama.
"Sesama umat beragama, kita harus mengedepankan toleransi kepada sesama. Dengan begitu, rasa saling pengertian dan kerukunan antar sesama bisa terpelihara dengan baik," ujarnya dalam ceramah tersebut.
Pinandita Pura Agung Jaganatha Wayan Sutama juga menyebutkan hal yang sama. Ia menilai, Odalan Pura Agung tak hanya bicara nilai spiritual umat agama tertentu, tapi juga memiliki nilai budaya yang menarik untuk disimak.
"Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Banyak kebudayaan yang berbasis pada nilai spiritual, dan ini harus dilestarikan atas dasar keberagaman tersebut," tuturnya.
Disebutkannya juga, Odalan Pura Agung biasa dilakukan untuk menghormati kelahiran Pura sebagai tempat ibadah Umat Hindu. Biasanya dilakukan dalam waktu tertentu untuk mengumpilkan seluruh umat Hindu untuk berdoa bersama.
Namun, dikarenakan ada unsur budaya yang kental, maka Odalan Pura Agung Jaganatha selalu dibuka untuk umum dan bebas dinikmati oleh setiap lapisan masyarakat. "Saya yakin, Odalan memiliki nilai spiritualitas yang tinggi dan bisa menjadi pendukung nilai wisata di Riau," katanya lagi.
Diantara masyarakat yang hadir, nampak beberapa orang yang bukan beragama Hindu disana. Seperti Mulyadi, tenaga pengajar salah satu kampus teknik swasta di Pekanbaru ini hadir karena penasaran dengan acara Odalan tersebut.
"Ini yang pertama kali saya datang di Odalan Pura Agung. Bagi saya, acara ini merupakan kegiatan menarik dan sangat terbuka sekali," ucapnya.
Ajaran Hindu. Setelah berlatih, dan hidup dengan prinsip philosofi Veda, anda dapat membuat perobahan dalam hidup anda yang nyata dan dapat dirasakan, dan juga lingkaran pengaruh anda. Dengan mulai membangunkan wawasan anda terhadap identitas spiritual dan hubungan anda dengan Yang Kuasa, anda dapat dengan mudah merasakan kebahagian, kedamaian, dan kepuasan dalam tingkat yang baru.
Anda akan mempunyai pemahaman yang lebih jelas tentang siapa anda, darimana anda datang, dan apa tujuan hidup anda. Anda akan punya fokus yang lebih baik atas pertanyaan mengapa kita disini dan apa yang harus diselesaikan selama hidup di dunia fana ini. Hal kecil yang pernah anda tanggapi dengan serius, yang mungkin pernah mengganggu anda mempunyai efek yang tidak sama terhadap anda. Anda akan melihat dengan benar apa yang penting dalam kehidupan ini dan apa yang tidak penting.
Anda akan melihat bahwa hanya ada satu agama universal di dunia, dan itu adalah Sanathana - Dharma, membangkitkan kecendrungan alami dan kebutuhan jiwa, dan mendapatkan spiritual sejati kita dan hubungan dengan Tuhan. Penting untuk mempelajari bagaimana cara mencintai Tuhan dan melayani Tuhan. Itulah inti ajaran Veda.
Sumber bacaan buku Hindu Agama Terbesar di Dunia (Hinduism, the Greatest Religion in the World)
Ajaran Hindu. Philosofi Veda adalah yang paling luas yang dapat anda temukan di manapun. Ia melingkupi begitu banyak aspek kehidupan, baik material maupun spiritual, bahwa ia lebih komprehensif dari philosofi atau gaya hidup lainnya yang dapat anda temukan.
Begitu banyak pandangan tentang hidup, manifestasi material, Tuhan, dan hakikat spiritual telah dipertimbangkan dan dipikirkan secara lengkap sehingga ada hanya sedikit, kalaupun ada, yang belum dibahas dan diselesaikan oleh philosofi Veda. Segala sesuatu ada disana, lebih banyak dari yang disadari oleh kebanyakan orang.
Oleh karena itu philosofi Veda telah menarik pemikir dan philsuf dari seluruh dunia dari segala zaman. Barat secara khusus telah, dan masih, melihat ke India untuk pengetahuan spiritual yang tertinggi, dan apa yang tidak dapat disampaikan oleh agama lain. Ini meliputi petunjuk spiritual praktis dalam penemuan-diri, satu pandangan dunia yang terintegrasi, pemenuhan spiritual dan emosional, dan bahkan pengalaman mystik atau spiritual sejati. Baca beda mystik dengan klenik klik disini .
Proses spiritual yang dijelaskan dalam pengajaran Veda jauh melampaui ide konvensional, sebagaimana disajikan oleh kebanyakan agama, bahwa orang cukup hanya memiliki dan sembahyang atau berdoa kepada Tuhan untuk pengampunan bagi dosa-dosa mereka supaya dapat masuk surga. Tentu saja, kita semua harus bersikap sederhana atau merendahkan diri di depan Tuhan. Itulah yang didorong dan dikembangkan. Ini terutama dalam jalan bhakti, dimana seseorang dapat memurnikan kesadarannya melalui praktek spiritual yang secara penuh telah dijelaskan dalam pengajaran Veda, sekalipun ini memerlukan waktu, dedikasi yang serius dan tulus.
Intinya adalah proses Veda tidak mengecilkan hati seseorang untuk memiliki realisasi atau pengalaman spiritual sendiri, yang sering diminimalkan, diabaikan atau bahkan dicerca dalam agama lain, yang sering mengajarkan bahwa hanya agama (ini) sendiri saja yang memelihara hubungan anda dengan Tuhan. Tapi dalam sistem Veda diajarkan bahwa kita semua adalah bagian spiritual dan kasih Tuhan, dan secara otomatis memiliki hubungan dengan Dia. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman seperti itu dianggap sebagai satu bukti bahwa proses itu telah berhasil membantu seseorang mengangkat kesadarannya.
Kesadaran seseorang beresonansi pada berbagai frequensi, tergantung dari level pikiran, perkataan dan tindakannya, sebagaimana juga citra dan suara yang diserap olehnya melalui kontak dengan objek-objek dan aktivitas. Dengan mempelajari bagaimana caranya melewati latihan yang tepat, seseorang dapat memasukkan praktek-praktek yang akan membawa kesadarannya kepada satu level yang dapat dirasakannya yang mana adalah spiritual.
Semakin anda menjadi spiritual, semakin anda dapat merasakan apa yang adalah spiritual. Seluruh ide ini adalah untuk membawa seseorang merasakan identitas spiritual dan hubungannya dengan Tuhan. Jadi, ini adalah satu proses ilmiah, dipergunakan di bawah bimbingan seorang guru spiritual, supaya berhasil. Bila proses itu tidak sempurna, atau kalau si murid tidak serius, maka tentu saja hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Namun, bila proses spiritual yang tepat telah dijelaskan secara benar, dan si murid tulus dalam upayanya, ia pasti akan berhasil.
Itulah sebabnya mengapa sejak ribuan tahun para philsuf dan pencari spiritual dari seluruh dunia datang ke India, atau telah dipengaruhi oleh sistem Veda; ia memberikan hasil-hasil yang praktis bila dilakukan secara patut.
sumber bacaan buku Hindu Agama Terbesar di Dunia (Hinduism, the Greatest Religion in the Word)
Hindu Malaysia. Deepavali Perayaan Cahaya Penuh Simbolik
Perkataan Deepavali merupakan gabungan perkataan "Dipa" yang bererti cahaya dan perkataan "Gavali" yang bererti barisan. Perayaan Deepavali ini disambut pada hari ke 14 bulan Aipasi dalam kalendar Tamil (antara bulan Oktober dan November) dan juga dikenali sebagai pesta Cahaya.
Deepavali bermaksud ‘sebarisan pelita’. Dengan memasang pelita, mereka percaya bahawa kecerahan mengatasi kegelapan, kebaikan mengatasi kejahatan, keadilan mengatasi kezaliman dan kebijaksanaan mengatasi kejahilan.
Sambutan Perayaan di Malaysia
Hari Deepavali merupakan perayaan yang disambut oleh semua penganut yang beragama Hindu di seluruh dunia dan merupakan hari cuti di Malaysia. Deepavali atau lebih dikenali sebagai ‘pesta cahaya’ disambut oleh masyarakat India yang beragama Hindu dan Sikh di negara kita.
Mitos Hari Deepavali
Mitos yang paling terkenal di kalangan masyarakat India di Malaysia berhubung tujuan perayaan Deepavali adalah kisah Dewa Krishna membunuh Narakasura. Seterusnya penduduk kampong telah meraikan kemenangan Kebaikan menewaskan Kejahatan dengan menyalakan lampu serta berpesta. Satu lagi mitos yang lebih terkenal di Benua Kecil India adalah berdasarkan epik Ramayana di mana Rama berjaya membunuh Ravana dengan bantuan Laksamana dan Hanuman. Lalu, mereka bersama-sama Sita pulang dari Langka ke Ayodhya. Kepulangan mereka selepas 14 tahun disambut para penduduk dengan menyalakan lampu dan berpesta. Memandangkan kedua-duanya hanyalah mitos, tidak menjadi masalah kisah mana satu yang menjadi ikutan dan turutan di kalangan kaum India beragama Hindu yang menyambut Deepavali. Apa yang penting, simbol kebaikan atau Cahaya menumpaskan Kejahatan atau Kegelapan adalah menjadi pegangan utama mereka .
Malam Sebelum Perayaan Deepavali
Pada malam itu juga diadakan upacara memasang pelita yang disertai oleh seluruh ahli keluarga. Tidak ketinggalan juga upacara yang dinamakan 'Rangoli' iaitu upacara menyusun beras atau hampas kelapa yang telah diwarnakan dengan pelbagai warna di hadapan pintu. Kaum wanita juga pada malam itu akan mengenakan inai pada jari tangan dan kaki mereka untuk tujuan menghias diri.
Memasang Vilakku
Pada malam perayaan Deepavali, upacara memasang pelita dijalankan yang disertai oleh seluruh ahli keluarga. Mereka akan memasang lampu “vilakku”. Lampu “vilakku” adalah sejenis pelita tradisi yang diperbuat daripada tanah liat. Perayaan Deepavali juga akan bertambah meriah dengan adanya lampu-lampu moden. Penganut agama Hindu percaya akan Dewa kekayaan dan kemakmuran iaitu Dewi Laksmi yang akan datang melawat rumah mereka pada masa itu. Persiapan memasang lampu tersebut dilakukan untuk menyambut kedatangan Dewi Laksmi.
Penganut Hindu akan menghiasi rumah mereka dengan “kolam ” atau “rangoli” iaitu hiasan lantai yang diperbuat daripada beras yang diwarnakan sebelum tertib matahari. Biasanya “kolam ” ini dibuat di depan pintu rumah sebagai tanda selamat dan rahmat supaya setiap isi rumah mendapat kesejahteraan.
Kemahiran membuat “kolam” ini biasanya diwarisi secara turun-temurun. Walaupun nampak susah, tetapi penganut Hindu boleh membuatnya dengan cantik, unik dan menarik yang kebanyakannya bermotifkan tumbuhan. Upacara ini membawa maksud yang amat bererti kerana perayaan ini tidak hanya dirayakan oleh penganut Hindu tetapi juga makhluk lain di dunia
Hiasan "kolam" ini merupakan lambang penyembahan dewa Lakshimi, Dewa Kekayaan yang dipercayai hanya akan mengunjungi rumah mereka yang mempunyai hiasan "kolam" di pintu masuk rumah mereka.
Persiapan Di Pagi Hari Deepavali
Pada pagi perayaan pula, pada kebiasaannya seluruh ahli keluarga akan bangun lebih awal iaitu sebelum matahari terbit.
Seluruh keluarga akan mandi dan membersihkan diri sebelum bersalam dan memohon maaf dengan kedua ibu bapa dan ahli keluarga yang lain. Selain itu, upacara mandi minyak bijan turut dilakukan pada awal pagi sebelum matahari terbit. Penganut Hindu akan menjalankan upacara mandi minyak bijan bertujuan untuk penyucian badan dan semangat. Minyak bijan ini akan disapukan ke atas kepala setiap ahli keluarga oleh mereka yang lebih tua seperti ibu atau nenek.
Kebaikan mandi minyak bijan bagaikan mandi di Sungai Ganges yang suci bertujuan membersihkan diri daripada segala kejahatan dan sifat dengki. Selepas mandi dimestikan memakai pakaian dan perhiasan serba baru pada pagi Deepavali bertujuan untuk menghilangkan segala sifat buruk dan kejahatan dalam diri seseorang. Kemudian mereka bersembahyang di rumah atau di kuil-kuil. Selepas bersembahyang, mereka berkunjung ke rumah kaum keluarga. Penganut Hindu akan mengunjungi kuil di mana patung dewa Hindu akan dikalungkan dengan kalungan bunga.
Manisan dan Juadah Deepavali
Manisan merupakan identiti masyarakat India. Manisan ini bukan sahaja diminati oleh kaum India tetapi juga masyarakat lain di negara ini termasuk pelancong asing. Dalam masyarakat India, manisan sering menjadi acara pembuka sebelum memulakan sesuatu majlis, acara atau hari perayaan. Mereka percaya ia mampu membawa kegembiraan, keseronokan, nilai positif dan kesejahteraan yang berpanjangan. Itulah juga sebabnya manisan yang lebih manis dan sedap dianggap lebih baik dan dialu-alukan.
Mereka akan dihidangkan dengan juadah tradisional kaum india yang terkenal seperti halwa dan laddu. Malah sembilan jenis hidangan sayur-sayuran turut disediakan pada pagi Deepavali. Antaranya ialah “aloogobi” iaitu campuran ubi kentang dan kobis bunga, “paneer” campuran masala bersama yourgart dan kari dal. Tidak ketinggalan kuih-muih tradisional lain seperti maruku dan adivasam dan payasam. Muruku, Neiurundai dan Atherasam adalah merupakan kuih-muih tradisional orang India.
Pakaian Tradisional Deepavali
Mengenai pakaian yang sering dikenakan oleh kaum India semasa perayaan Deepavali adalah “Sari” untuk kaum wanita dan “Dhoti” untuk kaum lelaki.
Upacara Sembahyang
Penganut Hindu akan mengunjungi kuil untuk bersembahyang selepas menjalankan upacara penyucian. Penganut Hindu akan mengalungkan Patung Dewa Hindu dengan kalungan bunga untuk mendapatkan kesejahteraan diri dan keluarga serta memperingati ahli keluarga yang telah meninggal dunia. Selepas sembahyang, mereka akan dihidangkan dengan pelbagai manisan yang dinamakan “Prasad” sebelum pulang ke rumah.
Sambutan Deepavali Masyarakat Sikh
Masyarakat Sikh menyambut hari Deepavali atau dikenali sebagai Diwali di kalangan mereka di atas sebab yang berbeza.
Guru Nanak, yang juga merupakan pengasas agama Sikh pada suatu masa dahulu telah dipenjarakan oleh seorang Raja. Raja itu memaksanya makan tetapi beliau enggan dan berpuasa. Sejurus itu , barulah Guru Nanak sedar yang ramai orang telah berkumpul di luar penjara dengan memegang lampu sebagai tanda protes untuk membebaskannya. Akhirnya, Raja itu sedar akan kesilapannya. Oleh kerana sikap tamaknya, dia telah mengabaikan tanggungjawabnya sebagai seorang raja dan sebagai balasannya, dia membebaskan Guru Nanak. Kaum Sikh menyambut pembebasan Guru Nanak sebagai hari Deepavali.
Rumusan
Kehadiran perayaan ini bukan sahaja membuka ruang sanak-saudara merapatkan hubungan, malah kunjungan rakan daripada bangsa dan agama lain juga dialu-alukan. Mereka percaya ia mampu membawa kegembiraan, keseronokan, nilai positif dan kesejahteraan yang berpanjangan di antara pelbagai kaum.
According to Hinduism, sex is an integral part of life. It is not a taboo. In fact, it is part of the four Purusharthas of life. Dharma, Artha, Kama, and Moksha are the four Purusharthas of a Hindu’s life. The Kama here means all the activities, which give us pleasure. Sex is also one of those activities.
Kamasutra is the oldest book about the sex written by Vatsayana, a Hindu sage. This book gives detailed descriptions about sex like types, positions, importance, compatibility of partners, eunuchs, etc.
The ancient Khajuraho Temple in India is famous for the sculptures on it in which the statues of men and women are depicted as having sex in different positions.
According to Hinduism, sex is sacred only if it is marital. Hinduism prohibits premarital or extramarital sex.
Some sects in Hinduism worship Yoni (female genitalia) as the Goddess.
Hindus worship Lord Shiva in the form of Lingam, which is a symbol of male creative energy, and is always shown with Yoni, the symbol of female creative energy.
In ancient India, a widow without children was allowed to have sex with the appropriate person in order to have a child. This process was called as Niyoga.
In Mahabharata, Draupadi is depicted as having five husbands who were Pandavas.
Though Hinduism does not support prostitution, you will find prostitutes in all parts of India. Sex without marriage is a bad Karma and the person has to pay the price for it.
Prasasti-prasasti yang ada di Pura Adhitya Jaya Rawamangun Daerah Khusus Ibukota Jakarta bertuliskan sebagai berikut :
Upacara Ngenteg Linggih Hari Sabtu Umanis Watugunung Pada Tanggal 12 Mei 1973, Diresmikan oleh Manggala Upacara Ida Pedanda Wayan Sidemen, Wakil Gubernur KDKI, Ir. Prayogo
Om Swastiastu, Upacara Tawur Labuh Genduh Dan Pemelaspas Purna Pugar Pura "Adhitya Jaya" DKI Jakarta Dilaksanakan Pada Hari Sabtu Umanis Watugunung (Saraswati) Tanggal 5 Juli 1997 Oleh Ida Pedanda Gde Sidemen (DKI Jakarta), Ida Pedanda Djelantik (Mataram NTB) dan Sri Empu Eka Darma Santi (Negara Bali)
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Purna Pugar Pura Adhitya Jaya Diresmikan Oleh Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Surjadi Soedirdja, Jakarta, 2 Juli 1997
The International Society for Krishna Consciousness (ISKCON), also known as the Hare Krishna movement, is a Gaudiya Vaishnava religious organization. This society has been founded in 1966 in New York City by His Divine Grace A.C. Bhaktivedanta Swami Srila Prabhupada. This movement of mercy has spread to all continents of the world. Within 40 years it has established centers in most countries and important cities. The objective of this educational non-profit organisation is to make Lord Sri Chaitanya Mahaprabhu's sankirtan movement available to every town and village. We attempt to provide a comprehensive list of worldwide ISKCON establishments. To locate a center, you can use the top menu or the bottom drop down menu. The rotating globe will give you a list of all the centers in different continents. http://www.iskconcenters.com/
Masyarakat Internasional Kesadaran Kresna (Inggris: International Society for Krishna Consciousness; ISKCON), juga dikenal sebagai Gerakan Hare Krishna, adalah organisasi keagamaan gerakan Hindu Gaudiya Waisnawa, didirikan pada tahun 1966 di New York City oleh A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. Keyakinan dasarnya berdasarkan sastra Hindu tradisional, misalnya Bhagawatapurana (Śrīmadbhāgawatam) dan Bhagawadgita, di mana keduanya—menurut sudut pandang tradisional Hindu—berdasarkan kejadian lebih dari 5.000 tahun lalu. Tampilan khas gerakan ini dan budayanya berasal dari tradisi Gaudiya Waisnawa, yang memiliki pengikut di India sejak akhir abad ke-15 dan konversi di Dunia Barat sejak awal 1930-an. Dengan paham nonsektarian dalam cita-citanya, ISKCON dibentuk untuk menyebarkan praktik bhakti yoga (pemujaan kepada Tuhan), di mana calon umat (bhakta) mendedikasikan pikiran dan tindakan mereka dengan melayani Tuhan Yang Mahakuasa, Dewa Kresna. Di masa kini, ISKCON merupakan konfederasi internasional dengan lebih dari 400 pusat, termasuk 60 komunitas pertanian (beberapa bertujuan untuk swasembada), 50 sekolah dan 90 restoran. Pada dasawarsa sekarang, ekspansi gerakan ini yang paling cepat dalam hal jumlah keanggotaan ada di Eropa Timur (terutama sejak runtuhnya Uni Soviet) dan India. http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat_Internasional_Kesadaran_Kresna Kunjungi ISKCON di Indonesia - http://www.iskconcenters.com/indonesia/
Hari Raya Saraswati.
Hari Raya Saraswati. Hari ini merupakan pawedalan Sang Hyang Aji Sawaswati, yaitu perayaan turunnya ilmu pengetahuan. Dilakukan upacara selamatan terhadap semua pustaka/rontal/kitab, sebagai penghormatan dan puji syukur kehadapan beliau yang telah menurunkan ilmu pengetahuan.
Pujawali Pura bertepatan dengan Hari Raya Saraswati
Pura Watugunung di Bima.
Pura Agung Jagatkarana di Surabaya.
Pura Aditya Jaya Rawamangun Jakarta Timur.
Pura Agung Wira Lokha Natha di Cimahi Jawa Barat.
Pura Giri Jaya Natha Balikpapan.
Pura Agung Santi Bhuana Brugelette Belgia.
Pura Cikuray – Bogor - Asrama Bali Cikuray, Jl. Raya Cikuray No. 10 , Bogor.
Pura Giri Jayanata - Jl. R E Martadinata Rt 35/Rw 10 no 17, Balikpapan Kalimantan Timur
Some Ribek.
Soma Ribek. Sang Hyang Tri Murti sedang beryoga dan lumbung sebagai tempatNya. Pada hari ini diadakan widhi widhana untuk selamatan atau penghormatan terhadap beras di pulu dan padi di lumbung yang sekaligus mengadakan pemujaan terhadap Dewi Sri sebagai tanda bersyukur serta semoga tetap memberi kesuburan. Sebaiknya pada hari ini tidak menumbuk padi atau menjual beras.
Pujawali Pura bertepatan dengan Hari Raya Some Ribek.
Pura Tirta Wening Tambak Sari Surabaya.
Hari Raya Pagerwesi.
Pujawali Pura bertepatan dengan Hari Raya Pagerwesi.
Pura Satya Loka Arcana, Ciangsana Bogor
Pura Luhur Giri Slaka, Tegal Delimo Alas Purwo Banyuwangi
Hari Raya Pagerwesi.
Pagerwesi. Merupakan hari payogan Hyang Pramesti Guru disertai dengan Dewasa Nawa Sanga demi keselamatan alam beserta isinya. Pada hari ini disamping menghaturkan widhi widhana di Sanggah Kemulan dan menenangkan pikiran dengan melakukan yoga semadhi.
Pujawali Pura bertepatan dengan Hari Raya Pagerwesi
Pura Wirabuana Magelang Jawa Tengah.
Pura Luhur Giri Selaka Kec. Tegal Delimo Alas Purwo Banyuangi.
Hari Raya Galungan
Hari Raya Galungan. (Buda Kliwon Wuku Dungulan) Hari ini merupakan peringatan atas terciptanya alam semesta beserta isinya dan kemenangan dharma melawan adharma. Umat Hindu melakukan persembahan kehadapan Sang Hyang Widi dan Dewa/Bhatara dengan segala manifestasinya sebagai tanda puji syukur atas rahmatnya serta untuk keselamatan selanjutnya. Sedangkan penjor yang dipasang di muka tiap-tiap perumahan merupakan persembahan kehadapan Bhatara Mahadewa yang berkedudukan di Gunung Agung.
Pujawali Pura bertepatan dengan Hari Raya Galungan.
Pura Wakika di Kupang, NTT.
Pura Agung Girinatha Sumbawa Besar NTB.
Pura Atambuananta-Kutamba NTT.
Pura Webananta Kupang, NTT.
Pura Giri Pati Mulawarman Pontianak.
Pura Mustika Dharma Kompleks Kopassus Cijantung Jakarta Timur.
Hari Raya Kuningan
Hari Raya Kuningan. Pada hari ini menghaturkan sesaji dan persembahan atas turunnya kembali Shang Yang Widi disertai oleh Dewata atau Pitara, mohon keselamatan dunia dengan segala isinya. Upacara dilangsungkan hanya sampai pukul 12.00 ("tajeg surya"), sebab setelah itu para Dewata semuanya kembali ke Suralaya.
Pujawali Pura bertepatan dengan Hari Raya Kuningan.
Pura Dalem Purnajati Tanjung Puri Tanjung Periuk Jakarta.
Pura Agung Blambangan di Banyuwangi.
Pura Penataran Agung Margowening, Desa Balonggarut, Sidoarjo, Jawa Timur.
Pura Tribrata Komplek Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Metro Jaya Jl. Raya Sukabumi - Lido, Bogor Selatan.Pura Sangga Buwana di kota Hamburg
Pura Kerthi Buana - Jln. By Pass Soekarno Hatta, Waylunik, Kota Bandar Lampung
Tumpek Landep. (Saniscara Kliwon Landep ) Mengadakan upacara selamatan terhadap semua jenis alat yang tajam atau senjata, serta memohon kehadapan Bhatara Siwa dan Sang Hyang Pasupati agar semua alat/senjata tetap bertuah.
Pujawali Pura bertepatan dengan Hari Raya Tumpek Landep
Pura Agung Tirta Bhuana, Bekasi, Jawa Barat.
Pura Ksatria Dharma - Asrama Pusdik Polwan, Pasar Jumat, Jakarta Selatan.
Pura Giri Purwa Dharma, Bengkayang Kalimantan Barat
Pura Dharma Praja - Bambu Apus Tangerang Selatan
Tumpek Wayang.
Tumpek Wayang. (Saniscara Kliwon Wayang).Pada hari ini diadakan upacara yang berkenaan dengan kesenian khususnya wayang, persembahan kehadapan Bhatara Iswara memohon agar kesenian itu lestari, menyenangkan, dan bertuah.
Pujawali Pura bertepatan dengan Hari Raya Tumpek Wayang.
Pura Penataran Giri Purwa dan Pesraman Dusun Kuto Rejo Kendal Rejo Tegal Delimo Banyuwangi. Pura Agung Widya Mandala - Komplek Yon Zikon, Desa Putra, Lenteng Agung, Jakarta – Selatan.
Pura Dalem Sakti - Jln Adi Sucipto Komplek Pemakaman Bakthi Suci Sui Raya Kalimantan Barat
Pura Prajapat - Jln Adi Sucipto Komplek Pemakaman Bakthi Suci Sui Raya Kalimantan Barat
Pura Giri Penataran Agung, Sintang Kalimantan Barat.
Pura Jala Siddhi Amertha Juanda Sidoarjo.
Pura Jala Sidhi Amertha Juanda. Surabaya
Pura Jati Pramana, Jl. Cinemai Raya Cirebon
Pura Penataran Giri Purwa, Banyuwangi.
Pura Agung Arga Sunya, Blitar Jawa Timur
Tumpek Krulut.
Tumpek Krulut. Menghaturkan sesaji kepada Ida Sang Hyang Widi / Bhatara Iswara di Sanggah Kemulan, mohon keselamatan. Tumpek Krulut (Saniscara Kliwon Wuku Krulut).
Pujawali Pura bertepatan dengan Hari Raya Tumpek Krulut.
Pura Kertha Jaya - Jl. KS. Tubun Dalam No. 108, Tangerang, Banten.
Pura Raditya Dharma - Komplek TNI – AD (Ditbekang), Cibinong
Tumpek Kandang.
Tumpek Kandang. (Saniscara Kliwon Uye). Hari ini merupakan weton wewalungan, mengadakan upacara selamatan terhadap binatang peliharaan/ternak dan pemujaan terhadap Sang Rare Angon sebagai dewanya ternak, supaya terhindar dari segala penyakit dan tetap dalam keadaan sehat, selamat serta menyenangkan.
Tumpek Pengatag / Wariga / Uduh/
Tumpek Uduh (Saniscara Kliwon Wariga ). Hari ini merupakan peringatan "Kemakmuran'
Pujawali Pura bertepatan dengan Hari Raya Tumpek Pengatag.
Pura Wira Dharma Samudra - Komplek Marinir KKO, Cilandak, Jakarta – Selatan
Pura Tri Bhuana Agung - Jl. Kerinci Raya No. 10 Depok II Timur 16417
Pura Agung Sari Agung Desa Buranga terletak di Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah. Pura Agung Sari Agung Desa Buranga disungsung oleh lembaga tertinggi umat Hindu yaitu PHDI yang dibentuk atau dipilih dalam jangka 5 tahun sekali.
Pujawali Pura Agung Sari Agung jatuh pada Purnamaning Sasih Kedasa. Pura Agung Sari Agung Desa Buranga terdiri atas Tri Mandala dengan pelinggih utama adalah Padmasana terdapat pula Bale Gong, Bale Pewaregan, Candi Kurung, Candi Apit Surang, Papan nama pura dan penyengker pura.
Pura Agung Sari Agung yang terletak di Desa Buranga Kecamatan Ampibabo ini, merupakan satu-satunya simbol yang menunjukan keberadaan umat Hindu di wilayah ini. Jalan Trans Sulawesi yang menjadi jalur akses utama dari dan menuju pura ini, menjadikan keberadaannya sangat strategis
Kegiatan keagamaan umat Hindu di propinsi Sulawesi Tengah ini dipusatkan di Pura Agung Sari Agung, seperti Perayaan Hari Raya Nyepi, Hari Raya Galungan dan Kuningan, rerahinan Purnama - Tilem, perayaan Saraswati, Pagerwesi, Kajeng Kliwon, Tumpek dan lain sebagainya. Pura ini merupakan saksi utama dinamika umat Hindu, baik yang berhubungan dengan rasa spiritualitas maupun dinamika sosial kemasyarakatan, intern maupun ekstern.
Pecalang dalam masyarakat umum dikatakan sebagai penjaga keamanan tradisional Bali, karena memang berasal dari Bali, walaupun saat ini sudah ada di setiap banjar suka-duka di seluruh Indonesia. Pecalang memang sudah ada sejak jaman dahulu, tradisi Pecalang memang sudah mengakar di tradisi Bali. Nyama Braya Pecalang Bali selalu hadir ditengah kegiatan umat Hindu. Pecalang bukan preman Bali, preman yang berpakaian adat yang menakutkan, justru Pecalang adalah pengaman kegiatan keagamaan, yang dewasa ini hingga lintas agama. Semoga Pecalang menjadi salah satu icon bentuk bertoleransi beragama di Indonesia.
Demikian halnya dengan Pecalang Ciledug Banten. Pada bulan Maret 2011 untuk mendukung kegiatan hari raya Nyepi tahun baru saka 1933 Kerama Suka Duka Hindu Dharma Banjar ciledug membentuk Pecalang, sebagai alat kelengkapan banjar. Tugas utama Pecalang ini adalah untuk memberikan rasa aman kepada umat yang sedang melaksanakan upacara.
Pecalang adalah perangkat keamanan yang dengan menggunakan saput poleng sebagai kesatuan untuk menjaga kesucian, kesakralan dan dapat memberi rasa nyaman kepada masyarakat. Pecalang adalah satuan petugas keamanan tradisional di Bali yang bertugas untuk membantu dan mengamankan berbagai acara ritual umat Hindhu di Bali.
Pecalang berasal dari kata ”calang” dan menurut theologinya diambil dari kata ”celang” yang dapat diartikan waspada. Dari sini dapat artikan secara bebas, ”Pecalang” adalah seseorang yang ditugaskan untuk mengawasi keamanan desa adatnya. Pecalang itu adalah Polisi Tradisional Bali. PECALANG sering juga disebut polisi traditional Bali. Tugasnya adalah mengamankan suatu kegiatan yg berkaitan dengan adat, seperti: upacara keagamaan, prosesi ngaben, prosesi pernikahan, dll yg berkaitan dengan upacara adat di Bali.
Pecalang juga disebut sebagai pengaman desa adat, karena berada dalam komando Banjar Adat, banjar yang mengempon pura Tri Kahyangan Jagat, segala tugas yang berhubungan dengan keamanan desa adat, Pecalang lah tugasnya. Keberadaan Pecalang di Indonesia telah dimiliki oleh setiap banjar suka-duka, karena memang pengempon sebuah pura umum atau Kahyangan Jagat di Indonesia membutuhkan pengamanan yang bersifat interen.
Vasudhaiva Kutumbakam berasal dari ungkapan bahasa Sansekerta; vasudha - bumi, eva - yang memberi penekanan (emphasizer) dan Kutumbakam - keluarga, jadi ungkapan ini adalh "seluruh dunia ini adalah satu keluarga tunggal" (the whole world is one single family).
Kata Vasudhaiva Kutumbakam ditemukan dalam Hitopadesha; 1.3.71 ; Udaracharitanam tu vasudhaiva kutumbakam, artinya ,' Ini adalah keluarga saya dan itu adalah orang asing' - adalah perhitungan untung rugi dari pikiran sempit; karena bagi hati yang lapang (murah hati), seluruh bumi tidak lain adalah satu keluarga. Ucapan ini juga terdapat di dalam Pancatantra 5.3.37, ini dianggap sebagai bagian integral dari filsafat atau tattva Hindu.
Hitopadesha adalah kumpulan cerita-cerita dalam bahasa Sansekerta di dalam bentuk prosa dan puisi ditulis pada abad 12, dan Pancatantra (Lima Prinsip) satu kumpulan kisah-kisah binatang di dalam prosa dan puisi yang saling berkaitan. Karya asli dalam bahasa Sansekerta disusun pada abad ketiga BCE, diasalkan kepada Vishnu Sharma. Unkapan Vasudhaiva Kutumbakam memang tidak ditemukan di dalam Veda tetapi dasar filsafatnya jelas bersumber dari Veda, khususnya Upanisad, bagian akhir dari Veda, yaitu dalam ungkapan agung (mahawakya) " Tat Tvam Asi "
Mahawakya " Tat Tvam Asi " memiliki dua arti yaitu metafisika dan etika. Secara metafisika, ungkapan ini berarti; jati diri atau esensi manusia adalah sama dengan hakikat Tuhan (atman adalah Brahman). Secara etika, karena semua manusia memiliki esensi yang sama dan berasal dari sumber yang sama, maka semua manusia (mahluk) adalah satu keluarga, satu keluarga suci. Sebagai satu keluarga, setiap manusia harus saling menjaga, saling membantu, saling memelihara dan bersama-sama menuju tujuan yang sama.
Bagi kita orang Hindu, dan bagi siapa saja yang menggunakan akal sehat dan hati nuraninya, sudah jelas, bila ingin masyarakat kita dalam NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA dibebaskan dari konflik, perang agama, SARA, bila kita ingin masa depan manusia diselamatkan, hidup berdampingan secara damai dalam sejahtera dan bahagia, filosofi Vasudhaiva Kutumbakam adalah jawabannya. Vasudhaiva Kutumbakam , kita adalah bersaudara. Bhinneka Tunggal Ika , berbeda-beda tetapi tetap satu. Loka samasta sukhina bhavantu, biarlah seluruh dunia bahagia.
In the history of mankind, many cultures have come and gone but Hinduism has withstood many challenges posed by the time and has spread all over the world. The secret of this success of Hindu religion lies in the fact in its practical approach towards human life, belief in eternal truths, and modifications made without changing the basic beliefs.
Despite being the world’s third largest and the oldest religion, lots of people are unaware of the facts about Hinduism. There are also a number of misconceptions about Hinduism, which need to be explained. Therefore, in this article, we would try to put forth all the Hinduism facts in brief before the world, so that everybody would have an idea about what Hinduism is.
Fast Facts about Hinduism Religion:
Existence Since: Hinduism is the world’s oldest known religion. History of Hinduism can be traced back to 5000-10,000 B.C.
Facts about size and Rank: It is the third largest religion of the world with more than 1 billion followers.
Location: Most of the Hindus live in India, Nepal, and Sri Lanka with considerable presence in all other parts of the world also. About 85% of Hindus live in India. That is why India is also called as “Hindustan.”
Known as: People who follow Hinduism are called as “Hindus.” Hinduism is also known as “Hindu Dharma” (हिंदू धर्म), ” Hindu Religion, “Sanatan Dharma (Eternal Religion),” “Vedic Religion,” or Vedic Dharma.
Founder: Hinduism has no single founder. It has been evolving over the thousands of years and will continue to.
Origin: Hinduism originated in India. Hinduism is largely based on the teachings from Vedas.
Meaning of the word: The word “Hinduism” actually has no real meaning because Hinduism was not founded as a religion. The name “Hindu” is given by the people outside of the India, especially Greeks and Arabs, to those living in the vicinity of “Sindhu” river. So, the way of life those people were following is called “Hinduism.”
What do they worship: Hindus believe in one God named as “Brahman” but view other Gods and Goddesses as manifestations of Him. Therefore, in practice, they worship more than one God. Most Hindus worship God in the form of an idol. Rivers, mountains, trees, animals, and natural things which are useful for a human being are revered in Hinduism. Cow is the most revered animal for Hindus.
Place of Worship: The place of worship of Hindus is called as a temple.
Main Deities: Lord Brahma, Lord Vishnu, and Lord Shiva are the creator, protector, and destroyer respectively. These are the three main deities in Hinduism. Besides them, Lord Ganesha, Lord Krishna, Lord Hanuman, Lord Rama, and Goddess Parvati are the most popular deities in Hinduism.
Yugas: According to Hinduism, as there are four seasons in a year, there are four Yugas namely Satya-Yuga, Treta-Yuga, Dvapara-Yuga, Kali-Yuga. At the end of a full cycle of four Yugas, the life on the earth comes to an end (though not completely) and a new era starts. The humanity enters into a new era. The present era is known as Kali-Yuga i.e. Dark Age.
Facts about sects in Hinduism: Hinduism consists of different sects like Shaivism, Vaishnavism, and Shaktism. The common people follow all the three sects collectively worshiping Lord Shiva, Lord Vishnu, and Devi.
Aims of life: Dharma (righteousness), Artha (wealth), Kama (desire), and Moksha (salvation) are the four objectives of a Hindu’s life.
Goal: Salvation is the ultimate goal of a Hindu’s life.
Stages of life: According to Hinduism, four stages of life are Brahmcharyashram (Student phase), Grihastahshram (Living with wife and children), Vanprasthashram (leaving the home and pray to God, may keep contact with family), and Sanyasashram (discard everything in life including wife, children, and material things).
Contribution: Yoga, Pranayama, meditation, Ayurveda, vegetarianism, and meditation are the best gifts of Hinduism to the world.
Tantric sex, Palmistry, acupressure, acupuncture, Jyotish Shastra, martial art, and many other ancient wonders originated in India and are parts of Hinduism Religion.
Hinduism is the source of inspiration for three other major religions of the world viz. Buddhism, Sikhism, and Jainism.
Zero, point system, and decimal system were invented in India. On the basis of which the modern science exists.
Symbols: AUM and Swastika are the main symbols of Hinduism. Besides those, Kalash, Trishul, Tilak, Lingam, Shri, and Yantra are other popular Hindu symbols. The saffron is the official color of Hinduism and the saffron flag is the official flag of Hindus.
Sacred Books or Scriptures: Four Vedas, Upanishadas, Bhagvadgita, 18 Puranas, Ramayana, and Mahabharata are the sacred books of Hindus.
Language: Most of the Hindu scriptures are written in Sanskrit. Sanskrit is considered to be the mother of all the languages. Sanskrit is considered to be the language of demi-Gods.
The languages Hindus use vary according to regions. They speak all the India languages like Hindi, Marathi, Tamil, Telugu, Bengali, Malyalam, Gujarati, Kashmiri, etc. Outside India, the languages spoken by Hindus are English, Sinhali, Indonesian, etc.
Eating Habits: Most of the Hindus do not eat beef and/or pork. They also do not eat non-vegetarian food on auspicious days. Hinduism strongly advocates vegetarianism. Food is highly revered and wasting the food is considered as a very bad habit.
Important Hindu Festivals:
1. Diwali – The festival of lights.
2. Vijayadashami – Celebrating the victory of good over evil.
3. Gudhipadawa – Hindu New Year.
4. Mahashivratri – The day on which the universe was created.
5. Makar Sankranti – Transmigration of Sun into Makar Rashi.
6. Navratri – Mother Goddess is worshiped for nine days.
7. Ramnavami – Birthday of Lord Rama.
8. Ganesh Festival – Festival of Lord Ganesha.
Vedic restraints for Hindus are:
1. Ahimsa (not to harm others)
2. Satya (truthfullness)
3. Asteya (Nonstealing)
4. Brahmacharya (Avoiding promiscuity in thoughts, word, and deed)
5. Kshama (Forgiveness)
6. Dhriti (Steadfastness)
7. Daya (Compassion)
8. Arjaya (Honesty)
16 Samskaras in a Hindu’s life: Samskaras are the rituals which are performed at different stages of a human life.
Hindu Philosophy: Hindu philosophy is divided broadly in six different parts called as Darshanas.
1. Samkhya
2. Yoga
3. Nyaya or logics
4. Vaisheshika
5. Mimamsa
6. Vedanta.
Karma: Karma means your deeds. Hindus believe that our fate depends upon our Karma i.e. as you sow so shall you reap. If you do bad Karma, you have to compensate for it in this as well as your next life. Your next life depends upon your Karma.
Reincarnation: A soul dwells in every living thing. Body is mortal but the soul is immortal. When we die, our soul enters a new body and the cycle continues until we get salvation.
Caste System: Originally, there were no castes in Hinduism but there were four Varnas viz
1. Brahmin (priests).
2. Kshatriya (warriors)
3. Vaishya (Businessmen)
4. Shudra (labor)
These Varnas were further divided into castes and sub-castes. Originally, caste system was not based upon birth. Now a day, caste is determined by the birth. During medieval period, the persons belonging to a particular caste were supposed to do the same business as of their ancestors. This type of caste system no longer exists. People are free to do whatever they want. Castes come into play mainly during marriages. In arranged marriages, people prefer to marry the person from the same caste.
Dashavatar: According to Bhagavad-Gita, whenever Dharma weakens or the sins on the earth increase to the limit, Lord Vishnu incarnates on the earth and removes the sinners and protects the earth. So far, Vishnu has incarnated nine times and the tenth incarnation is yet to come. Following are the 10 incarnations of Vishnu known as Dashavataram:
1. Matsyavatar.
2. Kurmavatar.
3. Varahavatar.
4. Narsimhavatar.
5. Vamanavatar.
6. Parshuram.
7. Ram.
8. Krishna.
9. Buddha.
10. Kalki Avatar.
Basic concept of Hinduism:
It will be easier to understand the basic concept of Hinduism if you know Law of Conservation of Energy. For those who have a science background or have some interest in science know the Law of Conservation of Energy very well. It is like this:
“Energy can neither be created nor destroyed. Only one form of energy can be transformed into other. The sum of all the energies in the universe remains the same.”
According to Hinduism, human body is perishable but the soul is immortal and is subjected to the continuous cycle of birth and rebirth. The soul changes bodies as a living person changes his/her clothes. So, the thing which we call death is actually just a transformation of soul from one body to another as the energy changes from one form to the other. This cycle continues births after births and the soul is subjected to sufferings endlessly.
So, the ultimate goal of a Hindu’s life is to attend salvation (also called as Moksha or Nirvana) i.e. freedom from the cycle of birth and rebirth. One can attend salvation when the soul of a person fully becomes one with the supreme spirit called “Brahman” (or God) who is eternal, genderless, omnipotent, and omniscient.
Interesting facts about Hinduism: So far, we have seen some common Hinduism facts, but now we will have a look at some interesting Hinduism facts.
1. The institution of marriage was founded and put forth in practice by Hindus.
2. The first law maker, Manu, was a Hindu and Manu Smriti was the first book on law in the world.
3. Rigveda is the oldest literature known to mankind.
4. Hindus believe that Vedas are written by Gods.
5. According to Vedas, lending money on interest is a bad Karma.
6. Acupuncture and acupressure are vital parts of Hindu customs.
7. Do you know the fact that Vedas were preserved for more than 5000 years without the help of printing technology? This was done by reciting and memorizing all the hymns and through Teacher-Disciple tradition (Guru-Shishya Parampara).
8. India is the home of four great religions: Hinduism, Buddhism, Jainism, and Sikhism.
9. Sanskrit is the oldest language known to mankind.
10. The concepts of decimal system, zero, point, pi and many others were used first by Hindus.
11. According to Vedas, Om is the sound which was present at the time of creation of universe and it is the only symbol, which represents the God (Brahman).
12. Parents, teachers, and food are considered next to God.
13. Wasting food is considered as a very bad habit in Hinduism.
14. There is no officially-declared Hindu country in the world as there are Islamic and Christian countries. Nepal was the only Hindu country, but it has now become a republic country.
15. Hindu community is the second most tortured community in the world after Jews.
16. Hindus do not wear footwear inside the temples or homes.
17. Because of the usefulness of rivers, they are highly revered in Hinduism. People call them as mother. Ganges is the highest revered river for Hindus.
18. Kashi Vishwanath Temple is the holiest temple for Hindus. It is located in Varanasi, Uttar Pradesh.
19. Kashi is situated along the banks of the river Ganges. It is the holiest place for Hindus. Some Hindus believe that if you die in Kashi, you would attend salvation. Some people prefer to spend the last days of their lives in Kashi.
20. There have been substantial evidences that Hinduism had spread all over the world including Iran, Iraq, Afghanistan, Russia, USA, Italy, and many other parts of the world.
21. Hindu population constitutes about 14% of the world population.
22. Hindus believe that we get the human body when our soul passes through 8,400,000 species (Yonis).
23. A few decades back, Yoga, Ayurveda, Vedic Maths, and Hypnotism were considered as superstitions and/or rubbish but with the advent of modern science it is proved now that these things are very helpful for us.
24. Hindus do not worship Lord Brahma individually. He is worshiped only in the form of trinity i.e. Brahma, Vishnu, and Mahesh together. There is only one temple of Brahma in the world, which is in Pushkar, Rajasthan. The same thing applies to Indra. Indra and Brahma are both cursed because of their weak characters. Some people use this thing against Hinduism but they should understand that Hinduism is bold enough to punish every culprit whoever he/she may be. This also proves the fact that Hindu mythology is not just a fairy tale but is a history in itself as no culture would abandon its own gods.
25. The Ganges River is considered as the most sacred river by Hindus. The Ganges is considered as a goddess. They believe that all of the sins of a person are washed when he/she bathes in Ganges. Ganges water contains more oxygen than any other river in the world and the water remains fresh for longer time. According to a program broadcasted on Discovery, the Ganges water contains bacteria veg which eats up harmful bacteria. Hence, despite being over-polluted, there are less harmful bacteria in it.
26. Practice of cremation is observed by most of the Hindus. The practice of burial is also observed in a small number of castes.
Umat Hindu Bali. Pura Lawangan Agung merupakan tempat suci tergolong ke dalam pura umum,pura jagat,atau kahyangan jagat karena keberadaannya berkaitan dengan Pura Penataran Agung Besakih dan mesti dipuja oleh semua umat Hindu sebagai tempat bersthananya Ida Sang Hyang Widhi beserta manifestasi-Nya. Secara lebih spesifik Pura Lawangan Agung merupakan pintu gerbang untuk masuk ke dalam kawasan suci yang besar,luhur,dan mulia (sthana Ida Sang Hyang Widhi Wasa),di Bali kompleks pura terbesar terletak di Pura Besakih.
Pura Lawangan Agung berdiri pada tahun Saka 835 (913 Masehi) ketika Rsi Markandeya juga mendirikan pura Besakih pada masa pemerintahan Sri Kesari Warmadewa.
Fungsi Pura Lawangan Agung adalah Sebagai tempat suci sthana Ida Sang Hyang Widhi dan manifestasinya, Sebagai tempat umat Hindu untuk menghubungkan diri dan atau memuliakan serta memuja kebesaran Ida Sang Hyang Widhi dan segala manifestasiNya, Sebagai tempat persembahyangan bersama bagi umat sedharma khususnya ketika piodalan atau tibanya hari-hari raya, Sebagai tempat untuk melaksanakan pendidikan dan atau meningkatkan pengetahuan,pendalaman,penghayatan,dan pengamalan Agama Hindu bagi umatnya, Sebagai tempat untuk melaksanakan paruman guna membahas berbagai masalah tentang pura dan krama dadia penyungsung pura, sebagai tempat untuk melaksanakan sangkepan yaitu membayar iuran dan kewajiban lain dari Krama Dadia untuk kepentingan Pura dan lain-lain. Selain itu terdapat pula tiga fungsi khusus pura yakni : Fungsi Religius Magis, Fungsi Didaktis, dan Fungsi sosial budaya.
Struktur Palinggih Pura Lawangan Agung terdiri dari : Bale Kulkul, Gedong Linggih Sang Hyang Pasupat, Rong Tiga Linggih Hyang Pramesti Guru,Balai Gong, Apit Lawang Linggih Bhuta Panandiswara,Palinggih Pamangkalan Agung, Sanggar Agung, Pelinggih Dasar, Gedong Linggih Bhatara Sakti Lawangan Agung, Bale Pasamuhan, dan Bale Pegat.
Gedong Linggih Bhatara Sakti Lawangan Agung
Bhatara Sakti Lawangan Agung diyakini sebagai Dewa Penguasa Pintu Gerbang niskala untuk memasuki kawasan suci Pura Besakih. Seyogianya umat yang hendak sembahyang ke Pura Besakih meminta restu dan berkat kepada Bhatara Sakti Lawangan Agung. Tradisi seperti ini merupakan budaya yang umum di Bali,seperti halnya pada Puri Klungkung juga ada keyakinan kepada Bhatara Pamedal Agung yang bersthana pada Gelung (pintu gerbang Puri). Atau pada masing-masing rumah,pada bagian pintu gerbang dipercaya terdapat Dewa Penjaga yang menjaga penghuni rumah dari mara bahaya.
Keunikan pada Pura Lawangan Agung terletak pada bentuk Bale Kulkulnya. Bale kulkul di Bali umumnya hanya beratap satu , namun tidak demikian halnya dengan Bale kulkul Pura Lawangan Agung dimana atapnya terdiri dari dua tumpang (atap),sehingga menyerupai bentuk meru tumpang dua. (lebih lengkap silakan ke http://mekarnya.blogspot.com)
www.balisaja.com. Rabu, 14 Agustus 2013 menjadi hari istimewa bagi manusia Bali. Pada hari ini, manusia Bali tidak saja merayakan hari keagamaan Pagerwesi, tetapi juga hari jadi ke-55 Provinsi Bali. Pada 14 Agustus 1958 silam, Bali secara resmi disahkan sebagai provinsi tersendiri.
Provinsi (Pemprov) Bali secara resmi lahir 13 tahun setelah Republik Indonesia diproklamasikan. Tapi, Bali sudah menjadi bagian RI saat proklamasi dikumandangkan. Dua hari setelah RI terbentuk, diputuskan wilayah Negara Republik Indonesia dibagi menjadi 8 provinsi. Salah satu provinsi itu, Sunda Kecil yang terdiri atas enam daerah kepulauan yakni Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores dan Timor.
Provinsi Bali lahir setelah terjadi penyatuan kembali wilayah Negara Indonesia Timur (NIT) ke dalam pangkuan RI. Pembentukan Provinsi Bali dikukuhkan dengan Undang-Undang No. 64 tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Artinya, hari jadi Pemprov Bali sama dengan hari jadi Provinsi NTB dan NTT.
Pembentukan Provinsi Bali mengawali babak baru kehidupan masyarakat Bali sebagai masyarakat demokratis. Setelah berabad-abad menganut sistem pemerintahan tradisional berbentuk kerajaan, masyarakat Bali memasuki era baru dengan sistem pemerintahan modern berbasis nilai-nilai demokrasi.
Tak banyak yang tahu, era baru masyarakat Bali itu diawali dengan pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sementara Daerah Bali. Lembaga legislatif ini dilantik 25 September 1950 di pendopo Bali Hotel di Denpasar.
Sebelum itu, pemerintahan di Bali dilaksanakan sebuah badan yang bernama Badan Pelaksana Pemerintah (BPP) di Bali. Ketua BPP, AA Gede Oka (Ketua Dewan Raja-raja) dengan anggota I Gusti Putu Merta (urusan politik), I Gusti Gde Subamia (urusan sosial), I Wayan Dangin (urusan ekonomi) dan I Wayan Badra (urusan umum).
Baru beberapa hari BPP menjalankan pemerintahan di Bali, pemerintah NIT mengeluarkan UU No. 44 tertanggal 15 Juni 1950 untuk mengadakan perubahan ketatanegaraan di Indonesia Timur, sesuai dengan perubahan keadaan saat itu. Sebagai implementasi dari UU itu, dibentuklah Panitia Penyelenggara UU no. 44/1950. Panitia inilah yang membentuk DPR Sementara Daerah Bali.
Namun, DPR Sementara ini tidak dipilih melalui pemilihan umum. Lantaran, situasi keamanan di Bali kala itu sedang kacau. Aggota DPR Sementara dipilih melalui kompromi antara partai politik yang ada di Bali. Jumlah anggota DPRD Bali saat itu 41 orang terdiri dari wakil-wakil dari PNI, Masyumi, KNPI, GBI, Persatuan Wanita Indonesia, Golongan Tani dan orang-orang yang tidak terikat oleh partai/organisasi. I Gusti Putu Merta dipilih sebagai Ketua DPRD Bali dengan wakil Ida Bagus Oka dan Sekretaris I Gusti Putu Gde Kutri.
Nyoman S. Pendit dalam buku Bali Berjuang memberikan perhatian khusus pada momen pembentukan DPRD Bali yang pertama ini. Pendit menyebut DPRD Bali ini sebagai DPR Sementara Daerah Bali. “DPR Sementara Daerah Bali ini merupakan suatu lembaga yang mengantar masyarakat di Pulau Bali menuju dunia baru yang bebas dan demokratis,” tulis Pendit.
Sehari setelah pelantikan DPRD Bali, diadakan pemilihan kepala daerah Bali. AA Bagus Sutedja dan Tjokorda Anom Putra ditetapkan sebagai calon terpilih. Presiden kemudian menyetujui AA Bagus Sutedja sebagai Kepala Daerah Bali.
Selain itu, diadakan pula pemilihan anggota-anggota Dewan Pemerintah Daerah Bali. Hasil pemilihan, I Gusti Made Mudra (urusan politik), I Gusti Gde Subamia (urusan sosial), I Wayan Dangin (urusan ekonomi), I Gusti Bagus Sugriwa (urusan umum).
Bersamaan dengan itu, diadakan pula perubahan struktur pemerintahan di masing-masing swapraja di Bali. Pada bulan Mei 1951, di semua daerah di Bali telah terbentuk DPRD Daerah Bagian (swapraja) serta dilanjutkan dengan pembentukan Dewan Pemerintah Daerah.
Pascapemilu tahun 1955, muncullah UU No. 1 tahun 1957 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah. Pemberlakuan UU ini diikuti dengan pembentukan Provinsi Bali 14 Agustus 1958. Setelah Provinsi Bali resmi dibentuk, pelaksanaan pemerintahan di Bali kembali mengalami perubahan. Pemerintahan pusat menunjuk/mengangkat seorang pejabat kepala daerah. I Gusti Bagus Oka ditunjuk sebagai Pejabat Kepala Daerah Tingkat I Bali yang pertama pascaterbentuknya Provinsi Bali. I Gusti Bagus Oka dilantik pada 1 Desember 1958.
Hingga diangkatnya Pejabat Kepala Daerah Tingkat I Bali, DPRD Bali yang lama masih menjalankan tugasnya hingga terbentuknya DPRD Bali yang baru. DPRD Bali yang baru pun terbentuk lalu memilih calon kepala daerah yang baru. AA Bagus Sutedja kembali ditetapkan sebagai calon terpilih Kepala Daerah Bali. Presiden Soekarno menetapkan AA Bagus Sutedja sebagai Kepala Daerah Bali dengan Keputusan Presiden tahun 1959. Jadi, AA Bagus Sutedja merupakan kepala daerah definitif pertama Provinsi Bali setelah dibentuk tahun 1958.
Awal mula, ibukota Provinsi Bali ditetapkan di Singaraja, mengikuti ibukota Provinsi Sunda Kecil. Tapi, dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah No. 52/2/36-B6 tertanggal 23 Juni 1960, ibukota Provinsi Bali dipindahkan ke Denpasar. Pemindahan ini atas resolusi DPRD Tingkat I Bali. Dan Denpasar kemudian menjadi ibukota Provinsi Bali hingga kini.
Hindu Kresna Tolai Gelar Sri Jagannath Ratha Yatra
Ratusan umat Hindu penganut Hindu Kresna yang ada di Kecamatan Torue Kabupaten Parimo, Sulawesi Tengah, baru-baru ini (12/7) menggelar perayaan festival kereta, yang diberi nama Sri Jagannath Ratya Yatra.
Kereta kencana yang serupa dengan kereta yang dikendarai oleh Dewa Kresna diarak mengililingi kota Tolai dan berakhir dipelataran Ashram Sri Radha Punjabi Hari Mandir Desa Tolai. Sejarah kegiatan ini adalah sebuah ritual yang mengabadikan pertemuan antara Dewa Kresna dengan warga Desa Vindavana.
Di tempat suci Kurusetra, sebuah tempat yang terkenal dengan pertempuran besar dalam kisah Mahabarata, antara Pandawa dan Kurawa. Di tempat itulah, warga desa yang merasa rindu dengan kehadiran Kresna yang telah menjadi raja di tempat lain. Hal yang sama juga dirasakan oleh Kresna, sehingga kemudian terjadi kesepakatan, antara warga Desa Vindavana dan Kresna, untuk kemudian bersama-sama kembali ke desa kelahirannya, dengan membawa kereta. Nah, momen itulah yang kemudian setiap tahunnya diabadikan sebagai Sri Jagannath Ratha Yatra.
Dalam prosesi arak kereta kencana, diawali dengan ritual Yagya kemudian Snana Yatra dan Hativesa, yang dilanjutkan dengan perayaan puncaknya dengan menggelar ritual Arati Kelapa, dimana setiap tokoh agama Hindu Kresna, dipersilakan memegang kelapa muda yang telah diberi lilin, yang telah dibakar sebelumnya.
Kemudian diputar, seraya membaca mantra, dan kelapa tersebut dipecahkan di batu. Lebih lanjut dia ungkapkan, setelah prosesi ritual itu dilanjutkan dengan pawai kereta kencana yang mirip digunakan oleh Dewa Kresna, yang di dalamnya terdapat, arca Sri Jaganath tak lain adalah Kresna, kemudian Baladeva dan Subdra keliling desa, yang merupakan proses yang dilakukan warga Desa Vindavan, saat membawa Kresna kembali ke desanya.
Dalam festival itu, menceritakan Dewa Kresna diarak pulang kembali ke desanya Vrindavan. Sri Jagannath sendiri keluar untuk melimpahkan karunia-Nya kepada semua orang yang beruntung melihat parade kereta ini. Termasuk masyarakat yang tidak seagama dengan Hindu Kresna tetap akan mendapat karunia dari Tuhan.
Makna perayaan Hari Raya Krisna Prabu Madana Muhana Das, bahwa perayaan Hare Krhisna adalah nama yang dikenal luas dengan singkatan International Society for Khrisna Consciousness (ISKCON) atau Masyarakat Kesadaran Khrisna Internasional yang turun temurun digelar acara tersebut.
ISKCON adalah Visva Vaisnava Sabha,sebuah peradaban masyarakat yang didirikan pada zaman peradaban Wedha,di India. Masayarakat ini, sepenuhnya menganut filosofis dan ajaran Wedha dari garis perguruan atau Parampara, Brahma, Madvha, Gaudiya dan Sampradaya, yaitu salah satu dari empat sistim, rangkaian garis perguruan Wedha
lebih lengkap (sumber) : http://www.medialiputanindonesia.com
Sad Guru berkata,"Dengan tidak membiarkan telinga mendengar hal yang nyata-nyata merupakan kebohongan yang lahir dari kedengkian dan kerakusan, saya ingin menganjurkan Anda untuk membentuk 'Satsangh' di situ Anda akan menemukan dan saling bertukar masalah kebenaran dan pembicaraan yang luhur; dimana Anda akan mempelajari kitab-kitab suci dan wacana-wacana tentang kebenaran Tuhan. Mengapa menghabiskan waktu yang berharga untuk skandal tentang orang lain dan kritik terhadap perilaku orang lain ?
Menanamkan yang mana saja; iri dengki, benci dan amarah terhadap orang lain merupakan kejahatan masa lampau yang justru memukul diri sendiri. Dalam diri setiap orang terdapat penghuni yang tak lain dan tak bukan adalah percikan Yang Maha Suci, sehingga memusuhi tetangga sama dengan memusuhi Yang Maha Suci Sendiri ".
"Berlatihlah bersikap diam. Karena suara Tuhan bisa didengar di wilayah hati, bila lidah tetap diam. Diam adalah pembicaraan musafir spiritual. Kata-kata yang lembut dan manis adalah ekspresi dari kasih sayang murni. Kebencian bercuit-cuit, ketakutan melengking-lengking, kesombongan melolong tinggi, tetapi kasih sayang mendendangkan lagu lembut, menyejukkan dan mendatangkan kehangatan." Sad Guru
Sumber bacaan buku Butir-Butir Indah Wacana Para Maharsi, Kesehatan & Meditasi Matahari Terbit (Tingkat Lanjut) oleh Gede Arsa Dana. (RANBB)
Semangat Hindu. Istilah Kebangkitan Hindu bagi saya sebagai orang Hindu sangat memberikan semangat, namun dilain pihak menyebabkan "kegerahan". Kebangkitan Hindu banyak dimaknai sebagai Hindunisasi masyarakat kita, atau meng-Hindu-kan umat yang ada atau mungkin ada yang lebih keras mengartikan pembalasan Hindu. Marilah berfikir jernih.
Banyak pihak dengan banyak penilaian tentunya menyebabkan arti Kebangkitan Hindu sangat beraneka ragam, bisa menyebabkan kemajuan dan bisa pula menyebabkan ketakutan apabila salah dalam mengartikan Kebangkitan Hindu. Apakah Hindu itu selama ini tertidur sehingga perlu dibangkitkan ? Lalu siapakah yang berhak memberikan penjelasan dan pemberian makna yang tepat untuk istilah Kebangkitan Hindu ?
Dari beberapa buku-buku tentang Hindu dewasa ini, menurut saya istilah Kebangkitan Hindu lebih bersifat intern umat Hindu, sama sekali tidak ada hubungannya dengan umat lain (ekstern umat). Kebangkitan Hindu sebagai instrospeksi umat dalam beragama Hindu, karena diskusi umat tentang agama Hindu dan ajaran-ajarannya sangat terbuka. Diskusi tentang Weda sebagai sumber dari segala sumber ajaran Hindu sangat terbuka. Weda memberikan kesempatan yang sama pada setiap umat Hindu untuk mencari kebenaran yang hakiki dari ajaran Weda. Baik dari Tattwa yang ada dalam Weda yang harus semakin dipahami oleh umat Hindu. Penguasaan dan pendalaman Susila yang diajarkan Weda untuk kehidupan modern ini, atapun tentang Upakara (Yadnya) yang harus diperdalam pemahamannya oleh umat Hindu. inilah inti Kebangkitan Hindu. Weda bukan doktrin yang menutup semua lubang diskusi dan nalar manusia dalam mencari kebahagiaan. Mungkin banyak yang tidak dapat berdiskusi dengan terbuka karena ajarannya sudah berupa doktrin, sehingga "menyebrang" untuk menyalurkan bakat diskusinya.
Kebangkitan Hindu bersifat intern saja, meningkatkan pemahaman umat akan agama yang dianutnya. Ajaran suci yang pertama ada dimuka bumi ini, dapat diyakini dari buku-buku filsafat Hindu karya para ilmuwan, cendikiawan dan filsof-filsof dunia. Umat Hindu harus bangkit dan memahami ajaran-ajaran Hindu nya melalui membaca dan berdiskusi. Metode ceramah (seperti jaman dulu yang belum ada buku, kita hanya bisa mendengarkan dan mendengarkan, seberapa besar yang dapat kita pahami dari mendengar dan menderngar itu). saatnya Hindu bangkit dengan banyak membaca , metode yang sangat baik dalam memahami ajaran agama kita. Jaman telah berubah, metodepun sudah saatnya berubah. Dahulu sang Guru duduk dan memberikan ceramah sementara sang murid duduk mendengarkan. Jaman ada kesenian seperti wayang, drama, umat mendapatkan ajaran dengan menonton dan mendengarkan wejangan sang panutan yang berasal dari ajaran-ajaran Weda. Jaman kembali berganti dengan terbitnya buku-buku agama, saatnya metode mendengarkan dengan duduk manis harus diseimbangkan dengan membaca buku-buku agama Hindu.
Inilah Kebangkitan Hindu sebenarnya,kebangkitan akan pemahaman ajaran Hindu melalui membaca bukan mendengarkan dongeng, legenda ataupun mendengarkan ceramah terus menerus. Nanusia bukan mahluk super dan tak terbatas, manusia butuh pendamping mahluk lain sehingga disebut mahluk sosial, manusia butuh tantangan agar hormon adrenalin diproduksi sehingga membentuk kekebalan mental.
Untuk umat Hindu, mari bangkitkan agama Hindu melalui pemahaman yang mendalam ajaran-ajaran suci Weda dalam kehidupan sehari-hari, dari 4 jalan yang telah dibukakan-Nya, Bhakti, Karma, Jnana dan Yoga Marga, marilah tekuni salah satunya agar kita dapat menemukan spiritualitas dan mencapai moksha.
inilah opini saya tentang Kebangkitan Hindu, bagaimana dengan Anda.
Pertama kami sangat bahagia melaksanakan kegiatan Ngaben ini, biaya hanya
ratusan juta karena kami mampu tuk mengumpulkannya, sama halnya dengan ongkos
naik Haji kan. Kebahagiaan adalah sumber utama untuk mewujudkan sebuah impian,
impian anak terhadap jasa-jasa orangtua yang telah melahirkan, memelihara dan
membesarkan. Melalui gotong royong uang bukan masalah bagi kami, ketulusan hati
dalam beryadnya (mungkin bersedekah bagi anda) adalah modal dasar agar rezeki
kami lebih cerah dikemudian hari dan dilimpahkan selalu kebagaiaan, bukankah demikian?
Begitulah Ngaben kami laksanakan dengan suka cita, sama halnya anda
mengubur orangtua, kakek, nenek anda dalam satu liang bertumpuk-tumpuk, tulang
kakek trus tulang ibu trus tulang belulang ayah dalam satu liang,dan setiap tahun tulang belulang itu anda
kunjungi dan doakan agar dipengadilan nanti (entah kapan; mungkin juga menunggu
anda). Namun melalui Ngaben kami harus mengembalikan apa yang telah dipinjamkan
oleh Tuhan tanpa harus menyembunyikan tulang belulang itu, ada 5 zat pokok
pembentuk manusia yaitu pertiwi(tulang/padat), apah (daging dan darah), teja
(cahaya/panas), bayu (nafas),akasa
(jiwa/ruang). Semuanya milik Tuhan harus dikembalikan pada Tuhan, itulah
prinsip kami. Kembali kapada Anda tentunya, apa yang diyakini telah dijalani
akan menghasilkan kebahagiaan.Semoga
semua mahluk berbahagia.
Harum, ya memang baunya harum, mungkin anda belum pernah mencium bau mayat
termasuk mayat orangtua anda ?, Semoga anda dapat merasakan bau mayat sebagai
cinta dan bhakti kita pada orangtua, please jangan katakan bau busuk disaat
memandikan mayat orangtua kita didepan warga anda, kecuali anda mau dikatakan
tidak tahu terima kasih pada orangtua. Hidup terlahir sebagai manusia pasti
perantara orangtua, tidak mungkin anda lahir dari binatang kan, karena sifat
manusia berbeda dengan sifat binatang. Sehingga rasa terimakasihpun harus kita
sampaikan kepada orangtua apapun dan bagaimanapun jeleknya (wajah, sifat,
watak) orangtua kita. Kembali, kita lahir dari jasa orangtua. percaya ga ?
Tidak manusiawi membakar mayat orangtua. Ya, kita memang membakar bukan
memasaknya, karena jasad tidak memiliki jiwa, sang jiwa telah lebih dahulu
kembali. Jasad sudah tidak merasakan apa-apa, berbeda dengan membakar dengan
bom, dimana sang jiwa masih ada dalam badan itu, baru namanya tidak manusiawi,
sang jiwa yang masih menjalankan tugasnya dalam badan harus dipaksa keluar oleh
bom Anda.
Apapun komentar anda, kami tidak keberatan dan sangat menghargainya.
Cerminan sebuah pribadi dapat dilihat dari komentar-komentar anda, pintar,
berwawasan, provokator, punya toleransi, egoisme, mengadu domba, penuh kasih,
berani tampil (bukan akun palsu), terbuka dalam berdiskusi, iseng hanya untuk
menaikkan SEO blog hehehe.... dan spionase, memancing diair keruh ataupun
berjiwa ksatriya. Warna-warni kehidupan itu indah.
Yach admin menjawab segala keraguan bukan maksud menggurui, jalani
keyakinan anda sebagai mahluk Tuhan, jangan katakan mencintai semua ciptaan Nya
bila dalam hati kita masih ada keraguan akan ciptaan Nya itu.
TARI TOPENG SIDAKARYA
-
*TARI TOPENG SIDAKARYA*
Tari Topeng Sidakarya ditarikan oleh 1 orang laki yang merupakan Tarian
Wali sebagai pelancar jalannya upacara yadnya. Tarian in...
Jasa 3D Rendering Interior Dan Eksterior
-
I worked as a drafter 3d, good build 3d autocad, 3d rendering and
impressions. I am proficient program to build 3d autocad, using 3dmaxs to
render and fin...
KALI INI ADSENSE CAIR LAGI
-
UNTUK KEDUA Kali ini *Rare Angon Nak Bali Belog* akan berbagi pengalaman
saat-saat menegangkan, menunggu pencairan Adsense. Setiap blogger biasanya
terta...