Semangat Hindu. Kepercayaan akan Karma seharusnya membawa implikasi-implikasi etis pada prilaku, seperti suka bekerja keras, bertanggung jawab dan jujur.
Bekerja keras atau rajin. Karena dengan bekerja lebih keras ia menjadi manusia yang lebih baik. Kebahagiaan terletak pada upaya, makin besar upaya, makin besar kebahagiaan. Demikian kata Mahatma Gandhi.
Bertanggung jawab. Jika suatu yang buruk terjadi, orang yang percaya pada Karma, pertama akan melakukan instrospeksi atau mulat sarira, apa yang salah pada dirinya. Ini tanda ia mengakui tanggung jawabnya dan ingin memperbaiki kesalahan itu. Dia tidak menyalahkan puhak lain (Tuhan, Setan, atau Orang disekitarnya). Sekalipun pihak lain mungkin merupakan salah satu faktor, tetapi ia tidak dapat memperbaiki mereka.
Jujur. Karena kalau berbuat tidak baik, hasil buruk akan menimpa si pelaku. Dalam Karma tidak ada penebusan dosa melalui ibadah, misalnya puasa. Upawasa, tapa, samadi bahkan sembahyang adalah untuk kepentingan kita, untuk kejernihan, ketenangan dan kedamaian pikiran dan hati, untuk kesehatan mental kita, untuk memperdalam spiritualitas. Sama seperti olah raga untuk memperkuat badan si pelaku, bukan untuk menyehatkan Tuhan. Ada yang mengajarkan bahwa ibadah itu karena dan untuk Tuhan. Ini adalah cara beragama kanak-kanak. Waktu kecil kita makan, mandi atau belajar karena takut pada orang tua. Tetapi setelah dewasa, kita melakukan semua itu karena sadar akan manfaatnya bagi diri sendiri.
Jujur sangat bersifat pribadi, sering saat berdoa atau bersembahyang kita memohon ampun kepada Tuhan atas kesalahan yang telah diperbuat baik disengaja maupun tidak. Pertanyaannya, kenapa harus memohon ampun pada kesalahan yang disengaja ? Bukankah kita sadar akan perbuatan tersebut salah, kenapa harus dilakukan ? Karma tidak mengenal perbuatan sengaja maupun tidak, semua akan memberikan hasil yang setimpal, maka berbuatlah selalu berdasarkan Tri Kaya Parisudha; berpikir yang baik, berkata yang baik dan berbuat yang baik. Selalu berada di Jalan Dharma akan menuntun kita pada kebahagiaan abadi. (RANBB)
-->
Bekerja keras atau rajin. Karena dengan bekerja lebih keras ia menjadi manusia yang lebih baik. Kebahagiaan terletak pada upaya, makin besar upaya, makin besar kebahagiaan. Demikian kata Mahatma Gandhi.
Bertanggung jawab. Jika suatu yang buruk terjadi, orang yang percaya pada Karma, pertama akan melakukan instrospeksi atau mulat sarira, apa yang salah pada dirinya. Ini tanda ia mengakui tanggung jawabnya dan ingin memperbaiki kesalahan itu. Dia tidak menyalahkan puhak lain (Tuhan, Setan, atau Orang disekitarnya). Sekalipun pihak lain mungkin merupakan salah satu faktor, tetapi ia tidak dapat memperbaiki mereka.
Jujur. Karena kalau berbuat tidak baik, hasil buruk akan menimpa si pelaku. Dalam Karma tidak ada penebusan dosa melalui ibadah, misalnya puasa. Upawasa, tapa, samadi bahkan sembahyang adalah untuk kepentingan kita, untuk kejernihan, ketenangan dan kedamaian pikiran dan hati, untuk kesehatan mental kita, untuk memperdalam spiritualitas. Sama seperti olah raga untuk memperkuat badan si pelaku, bukan untuk menyehatkan Tuhan. Ada yang mengajarkan bahwa ibadah itu karena dan untuk Tuhan. Ini adalah cara beragama kanak-kanak. Waktu kecil kita makan, mandi atau belajar karena takut pada orang tua. Tetapi setelah dewasa, kita melakukan semua itu karena sadar akan manfaatnya bagi diri sendiri.
Jujur sangat bersifat pribadi, sering saat berdoa atau bersembahyang kita memohon ampun kepada Tuhan atas kesalahan yang telah diperbuat baik disengaja maupun tidak. Pertanyaannya, kenapa harus memohon ampun pada kesalahan yang disengaja ? Bukankah kita sadar akan perbuatan tersebut salah, kenapa harus dilakukan ? Karma tidak mengenal perbuatan sengaja maupun tidak, semua akan memberikan hasil yang setimpal, maka berbuatlah selalu berdasarkan Tri Kaya Parisudha; berpikir yang baik, berkata yang baik dan berbuat yang baik. Selalu berada di Jalan Dharma akan menuntun kita pada kebahagiaan abadi. (RANBB)
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih atas kunjungan dan kesan yang telah disampaikan