Umat Hindu Bali.
Pura Kahyangan Jagat Pura Agung Gunung Raung Taro terletak di desa Taro Kecamatan Tegalalang Kabupaten Gianyar, dengan pengempon pura dari Desa Pakraman Taro Kaja. Letak pura diantara dua buah aliran sungai yaitu sungai Wos Lanang (Wos Kangin) dan Wos Wadon (Wos Kauh). Suasana di sekitar pura sangat alamiah, seperti suasana pedesaan pada umumnya. Disebelah selatan, sebelah utara dan sebelah timur pura terdapat pemukiman penduduk sedangkan dibagian barat masih hutan. Tata letak pura Agung Gunung Raung terdapat pada suatu desa yang tergolong Desa Kuno yang berada di Bali Tengah.
Pura Agung Gunung Raung dibangun oleh Mahayogi Markandeya, yaitu seorang raja yang bertahta di Bali Tengah berkeraton di Mangupura (Kerajaan Mengwi). Mahayogi Markandeya banyak mempunyai tanda mantri, punggawa, dan manca seperti : I Gusti Ngurah Batu Lepang berpuri di Sela Guru, bersaudara dengan I Gusti Ngurah Mambal yang berpuri di Mambal. Keduanya berasal dari Majapahit, yang keduanya pula dinobatkan menjadi penguasa (Ratu Arya) yang memimpin rakyat sebanyak dua puluh ribu yang merencanakan membangun kahyangan ( Pura Agung Gunung Raung ) agar stana para Bhatara menjadi lengkap. Nama Gunung Raung terdapat dalam nama pura ini karena di Gunung Raung Jawa Timur merupakan tempat pasraman Mahayogi Markandeya sebelum beliau ke pulau Bali.
Setelah selesai pembangunan seluruh pelinggih dan semuanya sudah dianggap lengkap parahyangan tersebut, kemudian dilaksanakan upacara Dewa Yajna. I Gusti Ngurah Sakti ( Cokorde Sakti Blambangan) yang melaksanakan upacara tersebut dan Ida Sang Brahmana Sakti yang dijuluki Siddhi Mantra (mempunyai mantra yang sangat bertuah) yang bertanggung jawab atas pelaksanaan upacara agar tercapai sesuai dengan tujuan.
Upacara tersebut dilaksanakan pada waktu Bulan Kartika ( pertengahan Oktober - November ), Mertha masa pratiti Jati, tanggal 15 Sukla Paksa (bulan terang /penanggal) beliau Ida Sang Brahmana Sakti tersebut juga menentukan hari baik (dewasa) tersebut. Beliau juga yang dimohon bertanggung jawab atas keberhasilan upacara tersebut. Setelah selesai upacara tersebut sejahteralah kerajaan, rakyat semua saling menghormati, merasa saling membutuhkan semuanya menghendaki kesempurnaan hidup. (RANBB)
Pura Kahyangan Jagat Pura Agung Gunung Raung Taro terletak di desa Taro Kecamatan Tegalalang Kabupaten Gianyar, dengan pengempon pura dari Desa Pakraman Taro Kaja. Letak pura diantara dua buah aliran sungai yaitu sungai Wos Lanang (Wos Kangin) dan Wos Wadon (Wos Kauh). Suasana di sekitar pura sangat alamiah, seperti suasana pedesaan pada umumnya. Disebelah selatan, sebelah utara dan sebelah timur pura terdapat pemukiman penduduk sedangkan dibagian barat masih hutan. Tata letak pura Agung Gunung Raung terdapat pada suatu desa yang tergolong Desa Kuno yang berada di Bali Tengah.
Pura Agung Gunung Raung dibangun oleh Mahayogi Markandeya, yaitu seorang raja yang bertahta di Bali Tengah berkeraton di Mangupura (Kerajaan Mengwi). Mahayogi Markandeya banyak mempunyai tanda mantri, punggawa, dan manca seperti : I Gusti Ngurah Batu Lepang berpuri di Sela Guru, bersaudara dengan I Gusti Ngurah Mambal yang berpuri di Mambal. Keduanya berasal dari Majapahit, yang keduanya pula dinobatkan menjadi penguasa (Ratu Arya) yang memimpin rakyat sebanyak dua puluh ribu yang merencanakan membangun kahyangan ( Pura Agung Gunung Raung ) agar stana para Bhatara menjadi lengkap. Nama Gunung Raung terdapat dalam nama pura ini karena di Gunung Raung Jawa Timur merupakan tempat pasraman Mahayogi Markandeya sebelum beliau ke pulau Bali.
Setelah selesai pembangunan seluruh pelinggih dan semuanya sudah dianggap lengkap parahyangan tersebut, kemudian dilaksanakan upacara Dewa Yajna. I Gusti Ngurah Sakti ( Cokorde Sakti Blambangan) yang melaksanakan upacara tersebut dan Ida Sang Brahmana Sakti yang dijuluki Siddhi Mantra (mempunyai mantra yang sangat bertuah) yang bertanggung jawab atas pelaksanaan upacara agar tercapai sesuai dengan tujuan.
Upacara tersebut dilaksanakan pada waktu Bulan Kartika ( pertengahan Oktober - November ), Mertha masa pratiti Jati, tanggal 15 Sukla Paksa (bulan terang /penanggal) beliau Ida Sang Brahmana Sakti tersebut juga menentukan hari baik (dewasa) tersebut. Beliau juga yang dimohon bertanggung jawab atas keberhasilan upacara tersebut. Setelah selesai upacara tersebut sejahteralah kerajaan, rakyat semua saling menghormati, merasa saling membutuhkan semuanya menghendaki kesempurnaan hidup. (RANBB)
bole minta sumber babadnya...? karena setelah ditelusuri, agak janggal perjalanan cerita babadnya... dimana berdirinya kerajaan yg sejaman dengan nama2 besar seperti I Gusti Ngurah Batu Lepang, I Gusti Ngurah Mambal serta I Gusti Ngurah Sakti ( Cokorde Sakti Blambangan) itu bertalian dengan penaklukan majapahit di bali...
BalasHapussedangkan pembangunan pura oleh Mahayogi Markandeya tsb terjadi sblm penaklukan majapahit... kira2 diabad ke 4.
jadi terasa aneh apabila 2 sejarah itu dipaksakan digabungkan...
coba telusuri pelan2 nggih, biar tidak dijadikan bahan gunjingan bagi masyarakat yang mengerti babad...
Om Swastiastu; inggih Semeton Gni Astra Sakti Pasupati, sumber artikel niki saking buku Selayang Pandang Kahyangan Jagat Pura Agung Gunung Raung & Karya Agung Panca Wali Krama Penyegjeg Jagat tahun 2011, kedepan tiang dalam meringkas/ meresume akan lebih teliti, suksma
BalasHapus