PALEMBANG TUAN RUMAH ORIENTASI KERUKUNAN UMAT HINDU
Umat Hindu Indonesia. Kota Palembang menjadi tuan rumah penyelenggaraan Orientasi Kerukunan Intern Umat Hindu tahun 2013. Kegiatan yang dihelat di Hotel Grand Zuri, pada 11-13 Juli 2013 ini diikuti 80 peserta dari wilayah Indonesia bagian barat dan tengah.
Ketua Panitia Ketut Lancar dalam laporannya pada acara pembukaan, Kamis (11/7) mengatakan, maksud dari kegiatan ini adalah untuk menyamakan visi dan misi serta persepsi di bidang penguatan kelembagaan serta membuat sebuah pedoman sebagai landasan dalam pembinaan umat Hindu. Adapun tujuannya adalah menciptakan kerukunan intern umat Hindu serta meningkatkan peran kelembagaan Hindu khususnya dalam pembinaan umat.
“Selama mengikuti kegiatan, peserta akan dibekali materi antara lain Kebijakan Ditjen Bimas Hindu, Strategi Peningkatan Kerukunan Intern Umat Hindu, Peranan Pemerintah Dalam Pembinaan Kerukunan Umat, Peranan Parisada Dalam Pembinaan Kerukunan Umat, dan Aspek Kerukunan Dalam Kearifan Lokal yang Bernafaskan Hindu,” tuturnya.
Kakanwil Kemenag Sumsel diwakili Kabag TU, Drs.HM. Ridwan, MM dalam sambutannya, mengaku senang kegiatan ini digelar di Provinsi Sumatera Selatan, tepatnya Kota Palembang. Menurut Ridwan, kerukunan umat di Sumsel hingga saat ini dapat terjaga.
“Kita patut bersyukur karena hingga saat ini pergesekan antarumat beragama di Sumsel bisa dikatakan tidak ada atau zero conflict. Kalaupun ada pergolakan atau kerusuhan, biasanya disebabkan oleh masalah politik atau perebutan lahan, bukan karena agama,” jelasnya.
“Kerukunan umat beragama di Sumsel bisa terjalin dengan baik tidak terlepas dari peranan pemerintah dan keberadaan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sumsel,” tambahnya.
Sementara itu, Dirjen Bimas Hindu Prof Dr Ida Bagus Gede Yudha Triguna dalam pengarahannya menegaskan bahwa manusia pada dasarnya ingin hidup rukun, termasuk umat Hindu. “Betapa banyak sloka-sloka dalam agama kita yang mengajarkan bagaimana cara hidup rukun. Petuah-petuah yang dituangkan dalam kitab suci agama kita merupakan ideologi utama kita dalam menggelar kegiatan ini,” katanya.
IBG Yudha Triguna menambahkan, dari berbagai surat yang masuk ke Ditjen Bimas Hindu, dirinya menginventarisasi beberapa hal penting yang muncul sebagai bagian dari riak-riak kehidupan umat Hindu.
“Terjadi riak-riak di beberapa provinsi dan kabupaten antara pembimas dan majelis. Kita harus buka diri dan buka hati kalau kita ingin baik. Tak usah takut mengakui kita mengalami hal itu. Mengapa dua organisasi ini mengalami hal yang seperti itu. Saya menduga karena adanya kebuntuan komunikasi sehingga terbuka peluang saling mencurigai. Karenanya, komunikasi harus dijalin dengan baik,” tegasnya. (qudus)
sumber : http://sumsel.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=150812
Umat Hindu Indonesia. Kota Palembang menjadi tuan rumah penyelenggaraan Orientasi Kerukunan Intern Umat Hindu tahun 2013. Kegiatan yang dihelat di Hotel Grand Zuri, pada 11-13 Juli 2013 ini diikuti 80 peserta dari wilayah Indonesia bagian barat dan tengah.
Ketua Panitia Ketut Lancar dalam laporannya pada acara pembukaan, Kamis (11/7) mengatakan, maksud dari kegiatan ini adalah untuk menyamakan visi dan misi serta persepsi di bidang penguatan kelembagaan serta membuat sebuah pedoman sebagai landasan dalam pembinaan umat Hindu. Adapun tujuannya adalah menciptakan kerukunan intern umat Hindu serta meningkatkan peran kelembagaan Hindu khususnya dalam pembinaan umat.
“Selama mengikuti kegiatan, peserta akan dibekali materi antara lain Kebijakan Ditjen Bimas Hindu, Strategi Peningkatan Kerukunan Intern Umat Hindu, Peranan Pemerintah Dalam Pembinaan Kerukunan Umat, Peranan Parisada Dalam Pembinaan Kerukunan Umat, dan Aspek Kerukunan Dalam Kearifan Lokal yang Bernafaskan Hindu,” tuturnya.
Kakanwil Kemenag Sumsel diwakili Kabag TU, Drs.HM. Ridwan, MM dalam sambutannya, mengaku senang kegiatan ini digelar di Provinsi Sumatera Selatan, tepatnya Kota Palembang. Menurut Ridwan, kerukunan umat di Sumsel hingga saat ini dapat terjaga.
“Kita patut bersyukur karena hingga saat ini pergesekan antarumat beragama di Sumsel bisa dikatakan tidak ada atau zero conflict. Kalaupun ada pergolakan atau kerusuhan, biasanya disebabkan oleh masalah politik atau perebutan lahan, bukan karena agama,” jelasnya.
“Kerukunan umat beragama di Sumsel bisa terjalin dengan baik tidak terlepas dari peranan pemerintah dan keberadaan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sumsel,” tambahnya.
Sementara itu, Dirjen Bimas Hindu Prof Dr Ida Bagus Gede Yudha Triguna dalam pengarahannya menegaskan bahwa manusia pada dasarnya ingin hidup rukun, termasuk umat Hindu. “Betapa banyak sloka-sloka dalam agama kita yang mengajarkan bagaimana cara hidup rukun. Petuah-petuah yang dituangkan dalam kitab suci agama kita merupakan ideologi utama kita dalam menggelar kegiatan ini,” katanya.
IBG Yudha Triguna menambahkan, dari berbagai surat yang masuk ke Ditjen Bimas Hindu, dirinya menginventarisasi beberapa hal penting yang muncul sebagai bagian dari riak-riak kehidupan umat Hindu.
“Terjadi riak-riak di beberapa provinsi dan kabupaten antara pembimas dan majelis. Kita harus buka diri dan buka hati kalau kita ingin baik. Tak usah takut mengakui kita mengalami hal itu. Mengapa dua organisasi ini mengalami hal yang seperti itu. Saya menduga karena adanya kebuntuan komunikasi sehingga terbuka peluang saling mencurigai. Karenanya, komunikasi harus dijalin dengan baik,” tegasnya. (qudus)
sumber : http://sumsel.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=150812
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih atas kunjungan dan kesan yang telah disampaikan