Langur, "Dewa" Monyet Tak Kenal Batas
Umat Hindu India. Langur india yang gemar melompat ini dianggap keramat, penolong, atau bahkan mengganggu.
Di India, langur hanoman dilatih di New Delhi untuk menakut-nakuti monyet rhesus (Macaca mulatta) dan hewan liar agresif lainnya, yang mungkin berkeliaran ke tempat umum dan menimbulkan kekacauan.
Saat itu, kota New Delhi menjadi tuan rumah Pesta Olahraga Persemakmuran 2010 lalu, dewan kota memanfaatkan 38 langur untuk membantu mengendalikan hewan liar. Primata ini dihargai lebih dari penjaga keamanan.
Kaum Hindu menghormatinya sebagai simbol sang dewa monyet Hanoman, yang pasukan wanaranya membantu menyelamatkan Sinta (istri dewa Rama) dari Rahwana, menurut sebuah epos Sanskerta.
Wajah dan tangan serta kaki langur yang berwarna hitam mengingatkan pada luka bakar yang diderita Hanoman dalam perjuangannya. Langur terlahir berbulu gelap tipis, bulu yang berubah menjadi emas kelabu tebal setelah beberapa bulan.
Sejarah menunjukkan betapa langur hewan yang dihormati. Di kota Jodhpur di tepi Gurun Thar, atau Great Indian, sekitar 2.100 langur liar biasa memasuki permukiman manusia untuk menikmati sesajen yang disediakan.
Kaum Hindu setempat berbagi makanan yang disantap saat piknik di taman, dan mengubah kuil dipenuhi sesajen prasmanan untuk langur tersebut. Beberapa orang membiarkan makhluk suci itu memasuki kebun mereka.
Itu selingan bagus bagi kehidupan di Gurun Thar, tempat beriklim sangat panas dan kering hingga membuat hewan sulit bertahan hidup. Langur harus berkeliling mencari tanaman dan sesekali serangga untuk makan.
Kebanyakan langur hidup di atas pohon. Hewan ini pun sering berlarian di ketinggian tebing gurun atau bercokol di atap bangunan. Ekor panjang membantu langur menjaga keseimbangan saat berada di tebing.
Namun, kini populasi manusia berkembang pesat di kawasan tersebut. Orang mungkin tergoda untuk membalas jika serbuan langur ke kebun meludeskan hasil tanaman. Bahkan primata yang dekat di hati ini pun lama-lama tak lagi bisa diterima, dan dianggap pengganggu.
sumber : http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/07/langur-dewa-monyet-tak-kenal-batas
Umat Hindu India. Langur india yang gemar melompat ini dianggap keramat, penolong, atau bahkan mengganggu.
Di India, langur hanoman dilatih di New Delhi untuk menakut-nakuti monyet rhesus (Macaca mulatta) dan hewan liar agresif lainnya, yang mungkin berkeliaran ke tempat umum dan menimbulkan kekacauan.
Saat itu, kota New Delhi menjadi tuan rumah Pesta Olahraga Persemakmuran 2010 lalu, dewan kota memanfaatkan 38 langur untuk membantu mengendalikan hewan liar. Primata ini dihargai lebih dari penjaga keamanan.
Kaum Hindu menghormatinya sebagai simbol sang dewa monyet Hanoman, yang pasukan wanaranya membantu menyelamatkan Sinta (istri dewa Rama) dari Rahwana, menurut sebuah epos Sanskerta.
Wajah dan tangan serta kaki langur yang berwarna hitam mengingatkan pada luka bakar yang diderita Hanoman dalam perjuangannya. Langur terlahir berbulu gelap tipis, bulu yang berubah menjadi emas kelabu tebal setelah beberapa bulan.
Sejarah menunjukkan betapa langur hewan yang dihormati. Di kota Jodhpur di tepi Gurun Thar, atau Great Indian, sekitar 2.100 langur liar biasa memasuki permukiman manusia untuk menikmati sesajen yang disediakan.
Kaum Hindu setempat berbagi makanan yang disantap saat piknik di taman, dan mengubah kuil dipenuhi sesajen prasmanan untuk langur tersebut. Beberapa orang membiarkan makhluk suci itu memasuki kebun mereka.
Itu selingan bagus bagi kehidupan di Gurun Thar, tempat beriklim sangat panas dan kering hingga membuat hewan sulit bertahan hidup. Langur harus berkeliling mencari tanaman dan sesekali serangga untuk makan.
Kebanyakan langur hidup di atas pohon. Hewan ini pun sering berlarian di ketinggian tebing gurun atau bercokol di atap bangunan. Ekor panjang membantu langur menjaga keseimbangan saat berada di tebing.
Namun, kini populasi manusia berkembang pesat di kawasan tersebut. Orang mungkin tergoda untuk membalas jika serbuan langur ke kebun meludeskan hasil tanaman. Bahkan primata yang dekat di hati ini pun lama-lama tak lagi bisa diterima, dan dianggap pengganggu.
sumber : http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/07/langur-dewa-monyet-tak-kenal-batas
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih atas kunjungan dan kesan yang telah disampaikan